Morbus Hensen
Morbus Hensen
MORBUS HANSEN
MULTIBASILER
DISUSUN OLEH:
ANGGI SRI CIPTA YULIANTI
61110035
PEMBIMBING :
1. DR. YUNI LIDYA, M.SC SP.KK
2. DR. MAULINA, SP.DV
3. DR. FILANDINI PRASANTI, SP.KK
4. DR. RISKA AFRIANTI, M.KED, SP.DV
DEFINISI
MORBUS HANSEN
Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae, dengan afinitas utama pada
saraf perifer, kemudian kulit, serta dapat mengenai
organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat (SSP).
Etiologi Morbus Hansen
Mycobacterium leprae
Yaitu :
Basil tahan asam dan tahan
alkohol
Obligat intrasel
Dapat diisolasi dan
diinokulasi, tetapi tidak
dapat dibiakkan
Membelah diri : 12-21 hari
Masa inkubasi : rata-rata 3-5
tahun
Mengenai semua usia,
terbanyak 25-35tahun
Epidemiologi Morbus Hansen
Hipopigmentasi
Anesthesia
TIDAK ADA
ADA ADA
WHO (1998)
RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
Pasien dinyatakan sembuh jika :
Kasus MB 12 dosis dalam 12 – 18 bulan
Kasus PB 6 dosis dalam 6 – 9 bulan
PROGNOSIS
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif u mengatasi
rasa nyeri
4. MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
Ringan rawat jalan, istirahat
Berat rawat inap
Obat :
Prednison 15 – 30 mg/hr berat/ringan
reaksi
Klofazimin 200 – 300 mg/hr
Thalidomide teratogenik, di Indonesia (-
)
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 15 – 30 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena
istirahatkan
Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Reaksi lepra setelah diobati
Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI AD
Suku : Jawa
Alamat : Batam
No. Rekam Medik : 150349
Kunjungan pertama ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Embung Fatimah tanggal 7 April 2016.
Keluhan • Bercak – bercak merah pada sudut bibir kanan atas,
lengan kiri, dan daun telinga kiri sejak 6 minggu yang
Utama lalu.
Keluhan daun telinga kiri lalu ke lengan tangan kiri dan ke sudut bibir
kanan atas, serta betis kanan.
• Awal timbulnya bercak merah ini tidak disertai dengan keluhan
Tambahan gatal, nyeri, namun terasa tebal tapi tidak terlalu jelas bila
dibandingkan dengan daerah kulit normal.
• Pasien tidak merasakan adanya demam, meriang, rontok bulu
mata, alis saat keluhan muncul.
Lokasi : telinga
Efloresensi : Makula eritema yang dilapisi skuama
halus soliter
Anestesi (+)
Lokasi : Pergelangan tangan kiri
Efloresensi : Plak eritema soliter numular yang
ditutupi skuama halus
Anestesi (+)
Lokasi : Sudut kanan atas bibir
Efloresensi : Plak eritema soliter numular
Anestesi (+)
STATUS Neurologis
Pemeriksaan saraf tepi
NERVUS KANAN KIRI
• Tes sensibilitas :
• Rasa raba : anestesi (+) pada lesi
• Rasa nyeri : anestesi (+) pada lesi
• Suhu : tidak dilakukan
Ringkasan
Non-medikamtosa
Memberikan informasi bahwa penyakit yang di alami
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Menjaga daya tahan tubuh agar tidak menimbulkan
manifestasi klinis.
Memberikan anjuran dan memastikan agar pasien meminum
obat secara teratur dan sampai tuntas lama pengobatannya
agar tidak menyebabkan kecacatan.
Menjelaskan tentang kemungkinan adanya reaksi kusta
sebelum minum obat, saat minum obat, atau sesudah selesei
pengobatan yang ditandai dengan munculnya benjolan –
benjolan, merah – merah pada kulit yang disertai demam
yang apabila gejala ini muncul segera kembali ke dokter
MDT MH multibasiler dari WHO selama 1 tahun
yang terdiri dari
Rifampisin 600 mg 1x1 / bulan
DDS 100 mg 1x1 / hari
Klofazimin (Lampren) 300 mg 1x1 / bulan kemudian
dilanjutkan dengan 50 mg 1x1 , hari
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan lepromin
Prognosis
1. Morbus Hansen
2. Ptiriasis Rosea
Diagnosa ptiriais rosea disingkirkan karena pada
ptiriasis rosea tidak terdapat daerah yang anestesi
dan penyakit ini self limited disease dan penyakit ini
tidak diketahui penyebabnya.
Penatalaksanaan
Tabel 1. Obat dan dosis regimen MDT-PB
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)