Anda di halaman 1dari 53

Laporan Kasus

MORBUS HANSEN
MULTIBASILER
DISUSUN OLEH:
ANGGI SRI CIPTA YULIANTI
61110035

PEMBIMBING :
1. DR. YUNI LIDYA, M.SC SP.KK
2. DR. MAULINA, SP.DV
3. DR. FILANDINI PRASANTI, SP.KK
4. DR. RISKA AFRIANTI, M.KED, SP.DV
DEFINISI

MORBUS HANSEN
Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae, dengan afinitas utama pada
saraf perifer, kemudian kulit, serta dapat mengenai
organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat (SSP).
Etiologi Morbus Hansen

  Mycobacterium leprae
 Yaitu :
Basil tahan asam dan tahan
alkohol
Obligat intrasel
Dapat diisolasi dan
diinokulasi, tetapi tidak
dapat dibiakkan
Membelah diri : 12-21 hari
Masa inkubasi : rata-rata 3-5
tahun
Mengenai semua usia,
terbanyak 25-35tahun
Epidemiologi Morbus Hansen

 Umur : Kelompok umur terbanyak adalah 25 – 35 tahun, di


bawah itu jarang
 Jenis kelamin : frequency sama pada pria dan wanita
 Bangsa / ras : insiden pada kulit hitam cenderung tuberkuloid,
pada kulit putih cenderung lepromatosa
 Sosioekonomi : banyak pada negara berkembang dan gol.
Sosioekonomi rendah.
 Kebersihan : lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan
 Turunan : faktor genetik berperan penting, tetapi tidak
diturunkan pada bayi yg ibunya Leprae
 Cara penularan belum pasti, diduga kontak langsung
antarkulit yang lama dan erat, dan secara inhalasi
M. Leprae
PATOGENESIS Masuk ke tubuh
SST (sel schwan)
 LL Berkembang biak
Pecah
Menyebar ke sel schwan lainnya
Respon imun
TT : Tuberkuoid polar sembuh
Ti : Tuberkuloid indefinite Indeterminate
BT : Borderline tuberculoid Determinate
BB : Mid Borderline
BL : Borderline TT Ti BT BB BL Li LL
lepromatous
Li : Lepromatosa indefinite
LL : Lepromatosa polar
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Madrid (1953) B. Klasifikasi Ridley-Jopling
– Indeterminate (I) (1962) - kepentingan risert
– Tuberkuloid (T) – Tuberkuloid (TT)
– Borderline (B) – Borderline tuberkuloid
– Lepromatosa (L) – Mid-borderline (BB)
– Borderline lepromatous
(BL)
– Lepromatosa (LL)

C. Klasifikasi WHO/modifikasi WHO (1981/1988)-


kepentingan program
– Pausibasilar (PB)
–  tipe I, TT, BT dengan BTA -
– Multibasilar (MB)
–  tipe LL, BL, BB, BT dengan BTA +
6
Diagnosis Morbus Hansen
Tanda kardinal :

• Bercak Kulit yang mati rasa

• Penebalan saraf tepi dapat disertai rasa


nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa
gangguan fungsi saraf yang terkena

• Ditemukan kuman tahan asam


Bentuk lesi kulit pada lepra
 SKEMA DIAGNOSIS PENYAKIT KUSTA

Hipopigmentasi
Anesthesia
TIDAK ADA

Penebalan saraf dan tanda – tanda lain

ADA TIDAK ADA

Infiltrat atau nodul

ADA ADA

BTA TIDAK ADA

ADA TIDAK ADA

KUSTA BUKAN KUSTA


DIAGNOSIS BANDING

Beberapa hal penting untuk menentukan DD


Leprae :
Ada makula hipopigmentasi
Ada daerah anestesi
Pemeriksaan bakteriologi memperlihatkan
adnya Bakteri tahan asam (BTA)
Ada pembengkakan / pengerasan saraf tepi
atau cabang - cabangnya
 DIAGNOSIS BANDING
 Tipe I (makula hipopigmentasi) : tinea versikolor,
vitililigo, ptiriasis rosea, dermatitis seboroika, atau
dengan liken simpleks kronik.
 Tipe TT (makula eritematosa dengan tepi meninggi)
: tinea korporis, psoriasis, lupus eritematosus tipe
diskoid, atau pitiriasis rosea
 Tipe BT, BB, BL (infiltrat merah tidak berbatas
tegas) : selulitis, erisipelas, atau psoriasis.
 Tipe LL (bentuk nodula) : lupus eritermatous
sistemik, dermatomiositis, atau erupsi obat
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan anestesia dengan jarum atau air panas.


 Tes keringat dengan pensil tinta; pada lesi akan hilang,
sedang pada kulit normal ada bekas tinta. ( tes Gunawan
)
 Pemeriksaan histopatologi : perlu untuk klasifikasi
penyakit.
 Tes leprotomin untuk klasifikasi penyakit
 Pemeriksaan bakteriologi untuk menentukan Indeks
Bakteriologi (IB) dan Indeks Morfologi (IM).
Pemeriksaan ini penting untuk menilai hasil pengobatan ,
menentukan adanya resistensi pengobatan.
Pengobatan

MDT Multibasiler (MB) BB,BLdan LL


atau semua tipe BTA (+)
• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
Pengobatan

MDT Pausibasiler (PB) I, TT dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
Pengobatan

WHO (1998)
RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
Pasien dinyatakan sembuh jika :
Kasus MB 12 dosis dalam 12 – 18 bulan
Kasus PB 6 dosis dalam 6 – 9 bulan
PROGNOSIS

Dengan adanya obat – obatan kombinasi


maka pengobatan menjadi lebih sederhana
dan singkat, prognosis menjadi lebih baik.
Bila sudah ada kontraktur, dan ulkus kronik,
prognosis menjadi kurang baik
Reaksi Kusta

Istilah Reaksi menggambarkan keadaan berbagai gejala dan


tanda radang akut pada lesi kusta, akibat perjalanan
penyakit atau komplikasi penyakit kusta. Meliputi hal-hal
sebagai berikut :
Komplikasi akibat reaksi
Komplikasi akibat imunitas yang menurun.
Komplikasi akibat kerusakan saraf.
Komplikasi disebabkan resisten terhadap obat anti kusta.
Reaksi lepra
Pengobatan Reaksi

Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif u mengatasi
rasa nyeri
4. MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi

Reaksi ENL
Ringan rawat jalan, istirahat
Berat rawat inap
Obat :
Prednison 15 – 30 mg/hr berat/ringan
reaksi
Klofazimin 200 – 300 mg/hr
Thalidomide teratogenik, di Indonesia (-
)
Pengobatan Reaksi

Reaksi Reversal
Neuritis (+)
Prednison 15 – 30 mg/hr
Analgetik + sedatif
Anggota gerak yang terkena
istirahatkan

Neuritis (-)
Kortikosteroid (-)
Analgetik kalau perlu
Reaksi lepra setelah diobati
Identitas

 Nama : Tn. A
 Usia : 38 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Status : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : TNI AD
 Suku : Jawa
 Alamat : Batam
 No. Rekam Medik : 150349
 Kunjungan pertama ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Embung Fatimah tanggal 7 April 2016.
Keluhan • Bercak – bercak merah pada sudut bibir kanan atas,
lengan kiri, dan daun telinga kiri sejak 6 minggu yang
Utama lalu.

• Seorang laki-laki datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD


Embung Fatimah Batam dengan keluhan terdapat bercak – bercak
merah pada sudut bibir kanan atas, lengan kiri, dan daun telinga
kiri sejak 6 minggu yang lalu. Awalnya bercak merah ini muncul di

Keluhan daun telinga kiri lalu ke lengan tangan kiri dan ke sudut bibir
kanan atas, serta betis kanan.
• Awal timbulnya bercak merah ini tidak disertai dengan keluhan
Tambahan gatal, nyeri, namun terasa tebal tapi tidak terlalu jelas bila
dibandingkan dengan daerah kulit normal.
• Pasien tidak merasakan adanya demam, meriang, rontok bulu
mata, alis saat keluhan muncul.

• Sekitar 6 minggu yang lalu pasien menyadari timbul bercak merah


R.Perjalanan pada daerah daun telinga dan pergelangan tangan kiri saat pasien
selesai olahraga dan dalam kondisi berkeringat. Awalnya pasien
Penyakit mengira itu hanya bercak merah biasa, namun setelah timbul
semakin banyak baru pasien berobat ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Embung Fatimah Batam.
• R. sakit serupa : (-)
• R. alergi obat dan makanan : (-)
RPK • R. asma, bersin-bersin pagi hari : (-)

• R. penyakit serupa : (-)


• R. alergi obat dan makanan : (-)
RPT • R. asma, bersin-bersin pagi hari : (-)

• Penderita biasa mandi 2x sehari dengan sabun biasa dan memakai


handuk yang terpisah dengan anggota keluarga yang lain ataupun
dengan teman sekerja nya, dengan sumber air laut atau PDAM.
RK Ganti pakaian 2x sehari, ganti pakaian dalam 2x sehari.
• Keadaan Umum :
Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos
mentis
• Tekanan darah :
Pemeriksaan Tidak diperiksa
Fisik • Pulse
• RR
: 70 x/menit
: 20 x/menit
• Suhu : Tidak
diperiksa
Status Dermatologi

 Lokasi : telinga
 Efloresensi : Makula eritema yang dilapisi skuama
halus soliter
 Anestesi (+)
 Lokasi : Pergelangan tangan kiri
 Efloresensi : Plak eritema soliter numular yang
ditutupi skuama halus
 Anestesi (+)
 Lokasi : Sudut kanan atas bibir
 Efloresensi : Plak eritema soliter numular
 Anestesi (+)
STATUS Neurologis
Pemeriksaan saraf tepi
NERVUS KANAN KIRI

Pembesaran Konsistensi Nyeri Pembesaran Konsistensi Nyeri

N.aurikularis - Kenyal + - Kenyal +


magnus
N.ulnaris - Kenyal - - Kenyal +

N.Paroneus - Kenyal + - Kenyal -


lateralis
STATUS Neurologis

• Tes sensibilitas :
• Rasa raba : anestesi (+) pada lesi
• Rasa nyeri : anestesi (+) pada lesi
• Suhu : tidak dilakukan
Ringkasan

 Pasien datang dengan keluhan bercak – bercak


merah di kulit yang terasa tebal. Tampak beberapa
jenis ruam yaitu makula, plak yang kebanyakan
berskuama dan saat dilakukan pemeriksan
penunjang untuk melihat sensibilitas kulit
ditemukan sensasi raba dan nyeri berkurang sampai
menghilang di daerah lesi disertai penebalan nervus.
Diagnosa • Morbus Hansen
Banding • Ptiriasis rosea

Diagnosa • Morbus Hansen


Sementara
Penatalaksanaan

 Non-medikamtosa
 Memberikan informasi bahwa penyakit yang di alami
merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
 Menjaga daya tahan tubuh agar tidak menimbulkan
manifestasi klinis.
 Memberikan anjuran dan memastikan agar pasien meminum
obat secara teratur dan sampai tuntas lama pengobatannya
agar tidak menyebabkan kecacatan.
 Menjelaskan tentang kemungkinan adanya reaksi kusta
sebelum minum obat, saat minum obat, atau sesudah selesei
pengobatan yang ditandai dengan munculnya benjolan –
benjolan, merah – merah pada kulit yang disertai demam
yang apabila gejala ini muncul segera kembali ke dokter
 MDT MH multibasiler dari WHO selama 1 tahun
yang terdiri dari
 Rifampisin 600 mg 1x1 / bulan
 DDS 100 mg 1x1 / hari
 Klofazimin (Lampren) 300 mg 1x1 / bulan kemudian
dilanjutkan dengan 50 mg 1x1 , hari
Pemeriksaan Anjuran

 Pemeriksaan BTA
 Pemeriksaan histopatologi
 Pemeriksaan serologi
 Pemeriksaan lepromin
Prognosis

 Quo ad vitam : bonam


 Quo ad functionam : dubia
 Quo ad sanationam : dubia
Pembahasan

Diagnosis Morbus Hansen tipe Multi Basiler


(MHMB) ditegakkan berdasarkan :
Dari Anamnesa

 Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke poliklinik kulit


dan kelamin RSUD Embung Fatimah Batam dengan keluhan
terdapat bercak – bercak merah pada kulit sejak 6 minggu
yang lalu. Awalnya bercak merah ini muncul di daun telinga
sebelah kiri lalu ke pergelangan tangan kiri dan ke sudut bibir
kanan atas
 Awal timbulnya bercak merah ini tidak disertai dengan
keluhan gatal, nyeri, namun terasa tebal. Pasien tidak
merasakan adanya demam, meriang, rontok bulu mata, dan
alis saat keluhan muncul. Hal ini sama menurut teori dimana
gejala klinis umum dari MH ini adalah kelainan saraf tepi,
yang dalam hal ini dapat bercak mati rasa, rasa tebal,
kesemutan, kelemahan otot – otot akibat gangguan
pengeluaran kelenjar keringat, dan sesekali ada yang gatal.
Pemeriksaan Fisik

 Pada pemeriksaan fisik didapatkan lokasi lesi ialah


pada pergelangan tangan kiri, daun telinga kiri, dan
sudut atas kanan bibir dengan gambaran umum
makula eritema berskuama halus dengan ukuran
plakat atau patch / plak eritema dengan ukuran
plakat dan distribusi soliter. Hasil dari pemeriksan
fisik ini sesuai dengan teori dimana rata – rata
bentuk awal lesi dari MH ini ialah makula ataupun
patch / plak eritema yang berskuama halus sebesar
plakat dengan penyebaran solitar
 Pada pemeriksaan saraf tepi didapatkan penebalan
nervus aurikularis magnus dekstra / sinistra (negatif
/ positif), penebalan nervus ulnaris atau sulkus nervi
ulnaris dekstra / sinistra (negatif / positif),
penebalan nervus peroneus lateralis dekstra atau
sinistra (negatif / positif), dan pada pemeriksaan
anestesi dan nyeri raba didapatkan hasil positif.
Diagnosa Banding

 1. Morbus Hansen
 2. Ptiriasis Rosea
 Diagnosa ptiriais rosea disingkirkan karena pada
ptiriasis rosea tidak terdapat daerah yang anestesi
dan penyakit ini self limited disease dan penyakit ini
tidak diketahui penyebabnya.
Penatalaksanaan
Tabel 1. Obat dan dosis regimen MDT-PB

OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg

Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln


(diawasi)

Dapson 50mg/hari(1- 100 mg/hari


swakelola 2mg/kgBB/hari)
Tabel 2. Obat dan dosis regimen MDT-MB

OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln 600 mg/bln
(diawasi) (diawasi)

Klofazimin 300 mg/bln diawasi


dan diteruskan 50
mg/hari
Dapson swakelola 50mg/hari(1- 100 mg/hari
2mg/kgBB/hari)
Obat kusta dari WHO
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai