Anda di halaman 1dari 63

Tahoma Siregar, Msi., Apt.

1
Diare
Pendahuluan
 Diare adalah frekuensi dan likuiditas keluarnya feses tidak
normal dibandingkan dengan tinja normal. Frekuensi dan
konsistensi bervariasi dari seseorang dan antar individu.
Sebagai contoh, seseorang defekasi sebanyak tiga kali sehari,
sementara lainnya hanya dua atau tiga kali perminggu
 Diare adalah frekuensi keluarnya tinja cair secara abnormal.
Frekuensi antar individu bervariasi (arang dewasa sehat BAB
tiga kali sehari, orang lain mungkin sekali dalam dua hari
atau lebih).
 Diare (Yunani & latin); dia artinya melewati dan rhein yang
berarti mengalir) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat dan
encer”. 2
Diare
 Diare didefinisikan sebagai kelebihan bobot
cairan (normal dewasa; 200 g / hari)
 Rata-rata bobot feses sehari adalah 100-150 g
 Perubahan dari 150-300 g dapat diinterpretasikan
sebagai diare

3
4
Tabel Perputaran (turnover) air harian (ml) dalam saluran cerna
Dimakan 2000

Sekresi endogen 7000


Kelenjar saliva 1500
Lambung 2500
Empedu 500
Pankreas 1500
Usus 1000
7000
Masukan total (2l oral) 9000
Reabsorsi 8800
Jejunm 5500
Ileum 2000
Kolon 1300
8800
Imbangan dalam feses 200
Diare
 Faktor utama berkontribusi pada diare adalah hilangnya
cairan. Secara normal sekitar 7 liter cairan digestive disekresi
ke dalam saluran GI setiap hari
 Cairan ke GI terdiri dari saliva atas sekitar 1 Liter, gastric juice
2 l, pancreatic juice 2l, sekitar 1 l cairan dari liver dan 1 l dari
bowel. Sebagai tambahan 2 l masuk ke GI dengan makanan
dan minuman. Total 9 l, direabsorbsi usus halus.
 Jumlah yang direabsorbsi 850 ml dan 150 ml disekresi sebagai
feses setiap hari. Gangguan pada proses absorbsi air
menyebabkan diare.

6
Diare
 Diare disebabkan umumnya oleh gangguan
transport air dan elektolit di usus
 Diare dapat disebabkan oleh adanya
 peningkatan tekanan osmotik di dalam usus
(sehingga menyebabkan retensi air di dalam
lumen);
 sekresi elektrolit dan air yang berlebihan ke
dalam lumen usus;
 eksudasi protein dan cairan dari mukosa; dan
 perubahan motilitas usus, sehingga
mempercepat transit. 7
Diare
Jenis diare
 Diagnosa dan penanganan diare adalah berbeda. Harus
dibedakan antara diare akut dan kronik. Perbedaan jenis
diare ini menentukan obat antidiare yang akan digunakan.

8
Jenis Diare
 Diare akut, mula terjadinya tiba-tiba, tinja cair
terjadi diikuti lemas, adanya gas, nyeri,
seringkali demam dan muntah.
 Umumnya episode diare akut reda/hilang
dalam 72 jam.
 Diare kronik, keluarnya tinja tidak berbentuk,
sering atau berulang dan biasanya disebabkan
multi faktor.
 Diare kronik termasuk diare yang sering
terjadi selama dua sampai tiga periode
panjang. 9
Tampilan secara klinik
 Banyak zat, termasuk antibiotika dan obat lain
menyebabkan diare.
 Obat-obat yang menyebabkan diare : Laksatif,
antasid mengandung magnesium, antineoplastik,
auranofin (garam emas), antibiotika
(klindamisin, tetrasiklin, sulfonamida, beberapa
antibiotika spektrum luas), antihipertensi
(reserpin, guanetidin,, metildopa, guanabenz,
guanadrel), kolinergik (betanekol, neostigimin),
Cardiac agents (quinidin, digitalis, digoksin),
Obat-obat antiinflamasi non steroid,
prostaglandin, kolkisin. 10
Kemungkinan Penyebab Diare Akut :
 Disentri amuba . Pengobatan
 Antibiotika . Radiasi
 Karsinoma . Enteriitis regional
 Kolera . Salmonellosis
 Divetikuitis . Shigellosis
 Toksin Eschericia coli . Infeksi Staphylococcal
 Keracunan makanan . Kolitis ulseratif
 Giardiasis . Gastroenteritis viral

11
Kemungkinan Penyebab Diare Kronik :
 Penyakit addisons  Kehilangan protein enteropathy
 Pertumbuhan bakterial berlebih  Enteritis regional
 Skleroderma
 Blind loops
 Structure
 Sindrom carcinoid  Surgey / bedah
 Karsinoma  Subtotal gastrectomy dan vagotomy
 Diabetes neuropati  Vagotomy dan pyloroplasty
 Hormon-hormon GI  Gastroenteroctomy dan vagotomy
 Enteropathy Gluten  Vagotomy dan pyloroplasty
 Hidroksi asam lemak  Afferent loop syndrome from
gastrojejunostomy or sub total
 Hipertiroidisme  Gastrectomy and bilroth II
 Penyakit intracranial anastomosis ileal resection
 Iritabilitas colon  Short bowel syndrome
 Kolitis iskemik  Tuberculosis
 Defisiensi laktase  Ulcerative colitis
 Syndrom malabsorbtion  Eremia
 Parasitosis  Villus tumor
 Zollinger-Ellison Syndrome
12
Diare
 Bervariasinya penyebab diare membuat
identifikasi mekanisme secara patofisiologi sulit
dan menyebabkan pemeriksaan secara fisik
lengkap lebih baik, termasuk dukungan uji
laboratorium klinik
 Penyebab diare dapat juga psikogenik,
neurogenik dan pembedahan, endokrin, iritan,
osmotik, diet, alergenic, malabsorbsi dan atau
inflamatory.

13
Pengobatan non spesifik
 Pada kasus parah, risiko diare terbesar adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit,
terutama pada bayi, anak-anak dan manula yang
lemah. Oleh karena itu terapi rehidrasi oral
merupakan kunci utama penanganan untuk
pasien sakit diare akut.

14
Patofisiologi Diare
 Diare adalah ketidakseimbangan absorbsi dan
sekresi air dan elektrolit. Jika absorbsi air di small
bowel dan kolon menurun atau sekresi
meningkat melebihi normal, diare terjadi.
Biasanya keluar air dan elektrolit terus menerus
dari tubuh.

15
Patofisiologi diare
 Secara umum 4 mekanisme patofisiologis
gangguan keseimbangan air dan elektrolit, yang
menyebabkan diare. 4 mekanisme ini adalah
dasar diagnosis dan terapi yaitu ;
1. Perubahan transport aktif ion oleh penurunan
absorbsi Na ataupun meningkatnya sekresi Cl.
2. Perubahan pada motilitas intestinal
3. Meningkatnya osmolaritas dalam luminal dan
4. Meningkatnya tekanan hidrostatik dalam
jaringan,
16
Patofisiologi
 Berdasarkan mekanisme patofisiologi diare telah
dihubungkan dengan 4 kelompok diare secara klinis yaitu
diare : sekretori, osmotik, eksudatif dan perubahan transit
intestinal.
 Diare sekretori terjadi bilamana secara struktural senyawa
mirip (contoh, peptida intestina vasoaktif atau
bakterial/toksin) meningkatkan sekresi atau menurunkan
absorbsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
 Senyawa (zat kimia) diabsorbsi kurang baik menahan cairan
intestinal, menyebabkan diare osmotik.
 Penyakit inflamasi usus dapat menyebabkan diare eksudatif
dengan keluarnya mukus, protein atau darah ke usus.
 Motilitas usus dapat dihubungkan dengan menurunnya waktu
kontak dalam usus halus, cepat melewati kolon dan oleh
pertumbuhan bakteri berlebihan. 17
Diare
 Diare disalahgunakan (abuse) untuk
menurunkan bobot badan dengan terjadinya
diare.
 Pada diare, pemeriksaan secara fisik abdomen
dapat ditemukan peristaltik dengan perut
berbunyi.

18
Outcome diinginkan
 Tujuan terapeutik pengobatan diare adalah
mengelola diet, mencegah keluarnya air,
elektrolit berlebihan dan gangguan asam-basa.

19
Terapi Farmakologi
 Berbagai obat digunakan untuk mengobati diare,
obat ini dikelompokkan ke dalam berbagai
kategori ;
 Antimotilitas
 Adsorbents
 Senyawa antisekretori
 Antibiotika, enzim dan
 Mikroflora intestinal
 Biasanya obat ini tidak kuratif tapi paliatif 20
Gambar 1. Rekomendasi pengobatan diare akut
Diare

Riwayat Pemeriksaan fisik

Diare akut (< 3hari) Diare kronik (> 14 hari)

Demam atau Ke gambar 2


Tanpa demam
atau simptom Simptom sistemik
sistemik Periksa feses untuk white blood cell
(WBC) / RBC/Parasit

Terapi simptomatik
•Penggantian Positif
cairan/elektrolit
Negatif
•Loperamid difenoksilat Gunakan antibiotik
atau adsorbent sesuai dan terapi
•Diet Terapi simptomatik simptomatik
21
Gambar 2. Rekomendasi pengobatan diare kronik
Diare kronik

Terjadi lebih dari 14 hari

Penyebab yang mungkin


a. Infeksi intestinal
b. Inflamatory bowel disease
c. Malabsorbtion
Pemeriksaan fisik dan
d. Secretory hormonal tumor history
e. Obat
f. Gangguan motilitas

Pilih diagnosis yang sesuai seperti ;


a. Kultur tinja / ova/ parasit/WBC/RBC/Fat
b. Sigmoidoscopy
c. Biopsy intestinal

Tanpa diagnosis, Terapi simptomatik Gunakan antibiotik


a. Penggantian cairan/elektrolit sesuai dan terapi
b. Hentikan obat potensial diare simptomatik
22
c. Loperamid atau adsorbent
Antidiare
 Campuran yang seimbang antara glukosa dan
elektolit dalam volume yang setara dengan cairan
yang hilang dapat mencegah terjadinya diare,
WHO merekomendasikan formula atau larutan
rehidrasi oral yang ideal ; campuran lain atau
obat-obat rumah yang mungkin komposisinya
tidak seimbang.

23
Larutan rehidrasi oral untuk pengobatan diare (satuan mmol/l,
kecuali dalam kurung dalam gram/l

Larutan Na+ K+ Cl- Sitrat Dikarbon glukosa


at
Larutan WHO 90 20 80 30 111
Pedialyte 45 20 35 10 141
Resol 50 20 50 111
Infalyte 50 25 45 30 111
Gatorade 23,5 <1 17 (40)
Coca cola 1,6 <1 13 (100)
Jus apel <1 25 30 (120)
Teh 0 0 0 0 0 0
Sup ayam 250 8 250 0 0 0
24
Obat antidiare
 Farmakoterapi diare harus dilakukan pada pasien
yang menunjukkan gejala diare yang signifikan
dan terus menerus (persisten)
 Obat antidiare nonspesifik biasanya tidak
mengacu pada patofisiologi penyebab diare ;
prinsip pengobatan ini hanya menghilangkan
gejala pada kasus diare akut yang ringan.

25
Obat antidiare
 Obat-obat ini kebanyakan bekerja menurunkan
motilitas usus dan sedapat mungkin tidak boleh
diberikan pada diare yang disebabkan
mikroorganisme. Pada kasus ini obat tersebut
dapat menutupi gambaran klinis, menunda
mikroorganisme dibersihkan, dan meningkatkan
risiko infeksi oleh mikroorganisme dan
komplikasi seperti megakolon toksik (dilatasi
kolon akut disertai kolitis amebik atau ulseratif).
26
Obat antidiare
Senyawa intralumen
 Senyawa-senyawa pembentuk massa dan bersifat
higroskopik
 Koloid hidrofilik, seperti psilium (metamucil, dll.
Polikarbofil dan karboksimetilsellulosa menyerap air
dan meningkatkan massa feses, biasanya digunakan
untuk konstipasi, tetapi kadang-kadang berguna untuk
diare kronis ringan pada pasien yang menderita sindrom
iritasi usus.
 Mekanisme efek ini belum jelas
 Beberapa obat ini dapat mengikat toksin bakteri dan
garam empedu 27
Obat antidiare
Senyawa intralumen
 Adsorbent (seperti kaolin-pektin) digunakan untuk
meringankan simptomatik, adsorbent kerjanya tidak
spesifik. Mereka mengadsorbsi nutrient, toksin, obat dan
digestives juice. Pemberian bersama dengan obat lain
menurunkan bioavailabilitas obat lain tersebut.
 Lempung (Clay) seperti kaolin (suatu alumunium silikat
berhidrat dan silikat lainnya seperti Atapulgit (MgAlsilikat)
mengikat air dalam jumlah besar, juga mengikat
enterotoksin. Campuran kaolin dan pektin (polisakarida
tanaman sebagai OTC dan dapat meredakan gejala diare
ringan).
28
Obat antidiare
Senyawa intralumen
Kolestiramin
 Adalah suatu resin penukar anion yang efektif
mengikat asam empedu dan beberapa toksin
bakteri. Berguna untuk diare yang diinduksi
garam empedu dengan dosis 9 gram 4 kali sehari,
dosis dapat diturunkan hingga frekuensi diare
sesuai diinginkan, juga pernah digunakan untuk
diare akibat AB dan kolitis oleh Clostridium
dificale.
29
Obat antidiare
Senyawa intralumen
Kolestiramin
 Kolestiramin dapat memperparah diare pada
penderita dengan steatorea (feses dengan lemak
berlebihan)
 Kolestiramin dapat mengikat obat dan Vitamin
dan hendaknya tidak diberikan bersama, tetapi
beberapa jam sebelum dan setelah pemberian
obat.

30
Obat antidiare
Senyawa intralumen
Bismut
 Mekanisme kerja belum diketahui dengan baik.
 Bismut diduga memiliki efek antisekretori, antiradang dan
antimikroba, juga dapat meredakan mual dan kram
abdomen.
 Bismut subsalisilat efektif untuk pencegahan dan
pengobatan diare pada wisatawan (traveller,s diarrhea)
 Bismut sulfida, berwarna hitam, membuat feses berwarna
gelap, lidah gelap akibat reaksi obat dan sulfida yang
diproduksi bakteri dalam mulut.
 Sering untuk pengobatan helicobacter pylori
31
Obat antidiare
Obat-obat antimotilitas dan anitsekretori
Opioid/Opiat
 Bekerja diperantarai terutama oleh reseptor opioid μ (efek
motilitas) dan δ (sekresi usus) pada saraf enterik, sel epitel
dan otot atau absorbsi (reseptor μ dan δ). Antidiare yang
umum digunakan seperti difenoksilat, difenoksin dan
loperamid)
 Opiat dan derivat opiat memperlama waktu transit konten
intraluminal.
 Pada diare yang disebabkan infeksi, penggunaan obat ini
meperburuk diare.
 Penggunaan jangka panjang dibatasi, potensial adiksi.
32
Obat antidiare
Obat-obat antimotilitas dan anitsekretori
Loperamid (Imodium R)
 Sering direkomendasikan untuk mengatasi diare
akut dan kronik.
 Obat antidiare turunan piperidin butiramid aktif
secara oral. 40-50x lebih kuat dari morfin sebagai
antidiare. Penetrasi ke SSP buruk. Loperamid
memiliki aktivitas antisekretori untuk melawan
toksin kolera dan beberapa bentuk toksin E. coli
33
Loperamid
 Kerja cepat setelah oral, puncak 3-5 jam, t1/2 11
jam. Dosis dewasa 4 mg awal, diikuti 2 mg tiap
defekasi hingga 16 mg / hari. Dosis maks anak 2-5
th 3 mg, 6-8 th 4 mg, 8-12 th 6 mg. Tidak boleh
untuk usia di bawah 2 th.
 Loperamid dapat digunakan kombinasi dengan
antimikroba (trimetoprim-sulfametoksazol atau
fluorokuinolon). Jika perbaikan klinis setelah 48
jam tidak terlihat, penggunaannya dihentikan.
 Loperamid dapat sebagai terapi penunjang diare
kronis. 34
Obat antidiare
Agonis Reseptor α2-adrenergik
 Menstimulasi absorbsi dan menghambat sekresi
cairan dan elektrolit, dan juga meningkatkan
waktu transit usus dengan cara berinteraksi
dengan reseptor spesiifik.
 Klonidin oral (0,1 mg dua kali /hari) untuk
penderita diabetes yang diare kronis, juga untuk
diare akibat penghentian opiat.
 ES ; hipotensi, depresi dan merasa kelelahan,
sebagai pembatas penggunaan obat ini.
35
Obat antidiare
Oktreotid
Analog oktapeptida somatostatin
 Efektif menghambat diare sekresi parah yang disebabkan
oleh tumor pensekresi hormon pada pankreas dan saluran GI
 Mek Kerja, melibatkan penghambatan sekresi hormon dan
bukan efek proabsorptif.
 Efektif untuk diare sekresi seperti diare yang diinduksi
kemoterapi, diare berhubungan dengan HIV dan diare
diabetik.
 Awal terapi 50-100 μg 2-3 x / hari dengan penyesuaian dosis
hingga maks 500 μg 3x / hari.
 Untuk terapi akromegali 20 mg IM sekali sebulan
36
Pelayanan Farmasis
Identifikasi diare yang diderita
 Pertanyaan yang ditanyakan seorang farmasis / petugas apotek
kepada penderita untuk membantu pemilihan obat antidiare
sebagai berikut ;
 Apakah diare yang dialami ada hubungannya dengan
gejala lain ? Seperti demam, muntah, nyeri
 Berapa lama masalah sudah terjadi ?, Apakah diare
terjadi tiba-tiba? Berapa kali sehari buang air besar
(BAB)?
 Apakah terdapat darah pada feses atau mulas ?
 Apakah anda dapat menghubungkan awal mula diare
dengan penyebab spesifik dengan bahan makanan
atau obat?. Apakah anda bepergian ke luar negeri /
daerah lain ?
37
Pelayanan Farmasis
 Apakah ada perubahan diet?, apa alasannya
 Apakah ada keluarga lain dengan gejala yang sama pada saat
ini?
 Apakah pasien bayi atau anak-anak?
 Apakah anda sedang menggunakan atau menghentikan
penggunaan obat? Alasannya?
 Apakah anda mempunyai riwayat diabet atau penyakit lain?
 Apakah anda sudah mencoba beberapa antidiare?,
bagaimana keefektifannya ?

38
Konstipasi dan Penanganannya
 Fungsi utama kolon berhubungan dengan proses
pemadatan, penyimpanan, serta pengaturan
waktu dan proses pengeluaran yang tepat.
 Pasien menggunakan istilah konstipasi untuk
penurunan frekuensi, kesulitan pada awal dan
pelewatan, feses yang keluar keras dan sedikit,
atau suatu perasaan bahwa pembuangan feses
tidak tuntas.

39
Konstipasi dan Penanganannya
 Penyebab konstipasi bersifat sekunder atau
reversibel, misal ; kekurangan asupan serat
makanan, obat-obatan, gangguan hormonal,
kelainan neurogenik dan penyakit sistemik.
 Seringkali konstipasi kronis penyebabnya tidak
diketahui.
 Mengatasi konstipasi dengan menggunakan
laksatif.
 Penyalahgunaan laksatif untuk mengendalikan
berat badan. 40
Konstipasi dan Penanganannya
 Pada banyak kasus konstipasi dapat diatasi dengan
mengkonsumsi makanan kaya serat (20-30 g / hari), banyak
minum, serta membiasakan defekasi yang tepat. Perbaikan
aktivitas fisik dan faktor psikososial serta emosional
membantu mengatasi konstipasi.
 Kebiasaan menggunakan laksatif dapat menyebabkan
kehilangan air dan elektrolit secara berlebihan.
 Laksatif selain untuk konstipasi juga digunakan untuk
menjalani prosedur pembedahan, radiologi dan endoskopi
yang memerlukan kondisi kolon kosong.
 Laksatif membantu mempertahankan feses yang lunak pada
pasien gangguan anorektikal seperti hemoroid dan sindrom
iritasi usus divertikulosis. 41
Obat mengatasi konstipasi; pertimbangan umum
 Laksatif ; pengososngan bahan feses yang telah terbentuk
sebelumnya dari rektum
 Katartika ; pengosongan bahan feses yang belum terbentuk
sebelumnya dan biasanya berair dari seluruh kolon.
Mekanisme kerja umum
 Laksatif diduga bekerja dengan salah satu berikut ;
 Retensi cairan intra lumen dengan mekanisme
hidrofilik atau osmosis.
 Menurunkan absorbsi cairan
 Efek terhadap motilitas dengan menghambat
kontraksi (non propulsif) atau dengan menstimulasi
kontraksi propulsif. 42
Laksatif digolongkan seperti tabel
1. Obat yang aktif di lumen
a. Koloid hidrofilik; senyawa pembentuk massa (kulit ari padi-
padian, psilium, dll)
b. Senyawa osmotik (garam anorganik tak terabsorbsi atau gula)
c. Senyawa pembasah feses (surfaktan) dan emolien (dokusat,
minyak mineral)
2. Stimulan atau iritan non spesifik (dengan efek pada sekresi
cairan dan motilitas)
• Difenilmetan (bisakodil), antrakuinon (sena dan kaskara),
minyak jarak.
3. Senyawa prokinetik (terutama bekerja terhadap motilitas)
 Agonis reseptor 5-HT, antagonis reseptor opioid

43
Obat laksatif terhadap motilitas dan sekresi pada tabel
Obat Usus halus Kolon

Waktu Kontraksi / Kontraksi Kerja Air


Transit Gerak-an mencampur Propulsif massa Feses
Makanan berserat ? ?
Magnesium -
Laktulosa ? ? ?

Metoklopramid ? ? -

Cisaprid ? ?

Eritromisin ? ? ? ?

Nalokson - -

Antrakuinon

Difenil metan

Dokusat - ? ? ? -
44
Penggolongan dan perbandingan contoh-contoh laksatif
Efek laksatif dan kelatenannya dalam dosis klinis lazim
Pelunakan feses Feses lunak atau semi Pengeluaran encer
1-3 hari cair 6-8 jam 1-3 jam
Laksatif pembentuk Laksatif stimulan Laksatif osmotik
massa Turunan difenil metan •Natrium fosfat
•Kulit ari padi-padian •Bisakodil •Magnesium sulfat
•Sediaan psilium Turunan antrakinon •Susu atau
•Metil selulosa •Senna •Magnesium
•Kalsium polikarbofil •Cascara sagrada •Magnesium sulfat
Laksatif surfaktan Minyak jarak
•Dokusat
•Poloksamer
Laktulosa 45
Laksatif
Serat makanan dan suplemen
 Serat makanan didefinisikan sebagai bagian dari makanan
yang tahan terhadap pencernaan enzimatik sehingga
kondisinya saat mencapai kolon sebagian besar tidak
berubah
 Fermentasi serat memiliki dua efek penting
1. Memproduksi asam lemak rantai pendek (SCFA)
2. Meningkatkan massa bakteri
 Serat yang tidak terfermentasi akan menarik air dan
meningkatkan feses
 Lignin ( serat tidak larut dan fermentasinya buruk paling
efektif dalam meningkatkan massa feses dan transit. 46
Laksatif
 Kulit ari gandum memiliki lignin tinggi, sangat efektif dalam
meningkatkan bobot badan
 Buah dan sayuran mengandung lebih banyak pektin dan
hemiselulosa sehingga lebih cepat difermentasi dan efeknya
terhadap transit feses lebih rendah.
 Kulit ari psillium (psyllium husk) dari biji plantago untuk
konstipasi, dalam beberapa produk
 Kulit ari psillium mengandung musiloid hidrofilik
mengalami fermentasi dan menghasilkan peningkatan
massa bakteri kolon. Dosis lazim 2,5 – 4 gr (1-3 sendok teh
dalam 250 ml jus buah).
 Metilsellulosa, polikarbofil menyerap air dan meningkatkan
massa feses. 47
Laksatif
Obat-obat aktif osmotik
 Laksatif garam (Magnesium sulfat, Magnesium
hidroksida, Magnesium sitrat, Natrium posfat)
 Laksatif yang mengandung kation Mg atau anion
fosfat biasa disebut laksatif garam.
 Kerja katartik disebabkan oleh retensi air yang
diperantarai secara osmotik, yang kemudian
menstimulasi peristaltik.
 Diduga Mg menstimulasi pelepasan kolesistokinin,
yang menyebabkan akumulasi cairan dan elektrolit
lumen, serta meningkatkan motilitas usus. 48
Laksatif
 Dosis lazim garam Mg mengandung 40-120 mEq
Mg2+ dan menghasilkan 300-600 ml feses dalam
waktu 6 jam.
 Sediaan Na fosfat adalah larutan oral (Fleet
phospo-soda) yang mengandung 1,8 gram Na
fosfat di basa dan 4,8 gram Na fosfat mono basa
dalam 10 ml larutan. Dosis lazim dewasa 20-30
ml, diminum dengan air banyak.
 Hati-hati atau dihindarkan pada pasien
insufisiensi ginjal, penyakit jantung atau
abnormalitas elektrolit yang telah ada 49
Laksatif
 Senyawa alkohol dan gula yang tidak dapat dicerna
(Gliserin, Laktulosa, Sorbitol dan Manitol)
 Gliserin merupakan trihidroksi alkohol, dimaksudkan
untuk penggunaan rektal dan diberikan dalam dosis
harian tunggal sebagai 2 atau 3 gram suppositoria atau
sebagai larutan enema 80 % sebanyak 5-15 ml.
 Gliserin dapat menyebabkan ketidaknyamanan rektal,
rasa terbakar atau hipertermia lokal dengan sedikit
perdarahan. Beberapa suppositoria gliserin mengandung
natrium stearat yang dapat menyebabkan iritasi lokal.
50
Laksatif
 Laktulosa, sorbitol dan manitol merupakan gula yang
tidak dapat diabsorbsi mengalami hidrolisis di usus
menjadi asam organik sehingga mengasamkan isi lumen
dan secara osmosis menarik air ke dalam lumen,
sehingga menstimulasi motilitas propulsif kolon.
 Obat tersedia dalam bentuk larutan 70%, diberikan
dalam dosis 15-30 ml pada malam hari dalam dosis
terbagi jika dibutuhkan. Efek mungkin belum terlihat
dalam 24-48 jam pertama. Distensi (keadaan membesar)
dan flatulens relatif sering terjadi pada beberapa hari
pertama pemberian.
51
Laksatif

 Laktulosa juga digunakan untuk mengatasi


ensefalopati hepatik, penurunan pH lumen oleh
laktulosa menyebabkan terperangkapnya amonia
akibat perubahannya menjadi amonium polar.
Bersama dengan peningkatan transit kolon,
menyebabkan turunnya kadar amonia.

52
Laksatif
Laksatif Stimulan (Iritan)
 Efek langsung terhadap enterosit, neuron enterik
dan otot. Obat-obat ini kemungkinan sedikit
menginduksi radang pada usus halus dan usus
besar, meningkatkan akumulasi air dan elektrolit
dan menstimulasi otot usus.
 Mediator efek ini meliputi aktivitas jalur
prostaglandin / AMP siklin dan mungkin
penghambatan Na+, K+-ATP ase. Termasuk ;
turunan difenil metan, antrakuinon dan asam
risinoleat. 53
Laksatif
Turunan difenilmetan (Bisakodil, fenolftalein).
 Fenolfptalein telah ditarik di USA karena
berpotensi karsinogenik. Perbedaan dosis tiap
individu dapat 4-8 kali lipat.
 Bisakodil tersedia dalam sediaan salut enterik,
diberikan 1 kali sehari. Dosis lazim dewasa 10-15
mg, anak 6-12 tahun 5-10 mg. Obat ini harus
dihidrolisis di usus agar dapat teraktivasi, maka
efek laksatif baru muncul 6 jam pemberian obat
oral.
54
Laksatif
 Laksan ini sering dikonsumsi pada waktu
sebelum tidur agar dapat menghasilkan feses
pada pagi harinya. Suppositoria bekerja lebih
cepat 30-60 menit. Tidak boleh diberi 10 hari
berturut-turut akibat efek sampingnya.
 Over dosis, kekurangan cairan dan elektrolit.
 Tablet tidak dikunyah / dihancurkan untuk
menghindari aktivasi berlebihan, iritasi lambung
dan kram serta menghindari susu atau obat
antasid selama 1 jam sebelum dan atau setelah
obat dikonsumsi. 55
Laksatif
Laksatif antrakuinon
 Diperoleh dari tanaman, contoh ; aloe, kaskara
dan sena. Zat aktifnya inti antrasen trisiklik
dengan gugus hidroksil, metil, karbonil
membentuk mono antron, seperti rein dan
frangula.
 Obat-obat ini menyebabkan kontraksi kolon
yang menyebabkan perpindahan massa
besarbesaran dan juga menginduksi sekresi air
dan elektrolit. Efek laksatif baru terlihat setelah
lebih dari 6-12 jam setelah obat dikonsumsi. 56
Laksatif
Asam risinoleat (Minyak Jarak)
 Diperoleh dari biji tanaman jarak, Ricinus
comunis, mengandung risin suatu protein yang
sangat toksik dan minyak yang kaya akan
kandungan trigliserida asam risinoleat.
Trigliserida dihidrolisis di usus halus oleh lipase
menjadi gliserol dan zat aktifnya, yakni asam
risinoleat, yang terutama bekerja di usus halus. 4
ml pada perut kosong dewasa, efek laksatif
terjadi dalam waktu 1-3 jam. Dosis lazim 15-60
ml, rasa tidak enak, jarang direkomendasikan. 57
TERIMA KASIH

58
Composition of Common Crystalloid Solutions
[Glucose](mm [Glucose](mg/
Solution Other Name [Na+](mmol/L) [Cl-](mmol/L)
ol/L) dl)

D5W 5% Dextrose 0 0 278 5000

3.3% Dextrose
2/3D & 1/3S 51 51 185 3333
/ 0.3% saline

Half-normal
0.45% NaCl 77 77 0 0
saline

Normal saline 0.9% NaCl 154 154 0 0

Lactated
Ringer's lactate 130 109 0 0
Ringer

59
Composition of Common Crystalloid Solutions

 Ringer's lactate also has 28 mmol/L lactate, 4 mmol/L


K+ and 3 mmol/L Ca2+. Ringer's acetate (ASERING)
also has 28 mmol/L acetate, 4 mmol/L K+ and 3
mmol/L Ca2+.

60
Obat-obat yang digunakan untuk penyakit radang usus
 Penyakit radang usus (Inflamatory bowel disease/IBD),
kelompok penyakit mempengaruhi isi usus halus dan usus
besar serta dicirikan oleh adanya radang kronis yang
etiologinya belum jelas.
Dua penyakit utama
 Kolitis ulseratif, hanya dikolon, radang kronis tetapi
dipermukaan yang selalu melibatkan distal yang melebar
terus menerus dan
 Penyakit Crohn (Crohn disease) dapat mempengaruhi usus
besar dan usus halus dan dapat mempengaruhi segmen-
segmen GI, radang lebih terfokus, mempengaruhi seluruh
lapisan dinding usus

61
Obat radang usus
 Pemilihan obat tergantung pemahaman
Patogenesis
 Tidak ada obat tunggal yang efektif
 Senyawa-senyawa 5 aminosalisilat
 Sulfadiazin, dikolon dipecah oleh azoreduktase
dari bakteri menjadi komponen-komponennya.

62
63

Anda mungkin juga menyukai