Anda di halaman 1dari 19

Lanjut Usia

 Tahap akhir dari proses penuaan


Menurut Depkes RI
 Lansia awal 46 – 55 tahun
 Lansia akhir 56- 65 tahun
 Masa Manula diatas 65 tahun
 Indonesia termasuk negara ke 5 yg akan
memiliki populasilansia terbesar setelah Cina
,India,Amerika, dan Meksiko ( WHO 2002 )
Perubahan yang Dapat Terjadi
 Perubahan anatomi dan fisiologi
 Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai
sejak konsepsi dan berakhir saat kematian.
 Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan
fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses
degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses
regenerasi sel (anabolisma).
Akibat yang timbul adalah
 hilangnya sel-sel yang berdampak dalam gangguan
fungsi organ. Dengan demikian menua ditandai
dengan kehilangan secara progresif lean body mass
(jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di
semua system di dalam tubuh manusia..
 Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang
berhubungan dan mempengaruhi status gizi
lansia.
 Indera pengecap, pencium dan penglihatan
menurun yang akan secara langsung dan tak
langsung mempengaruhi nafsu makan dan
asuapan makanan. Papila pengecap mulai
mengalami atrofi pada usia 50 tahun. Terjadi
penurunan sensitifitas terhadap rasa manis
dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau
nyeri pada lidah.
 Saluran cerna/digestif, mukosa lambung
menipis, motilitas lambung menurun, sekresi
HCL,pepsin berkurang, shg penyerapan
vitamin dan zat besi berkurang.
 Terjadi perubahan-perubahan pada
kemampuan digesti dan absorbsi yang terjadi
sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan
efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang
muncul adalah anoreksia.
 Pengunyahan dan penelanan.
 Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena
berkurangnya sel-sel parietal mukosa
lambung akan mengakibatkan penurunan
absorpsi kalsium dan non-hem-iron.
 Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan
menurunkan B12, malabsorbsi lemak, fungsi
asam empedu yang menurun dan diare.
Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
 Metabolisma
 Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi
glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk
tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin karena
penurunan produksi insulin atau karena respon
jaringan terhadp insulin yng menurun.
 Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20%
antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia
 Ginjal
 Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara
usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik
melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma
protein dan elektolit yang harus dilakukan
ginjal akan merupakan beban tersendiri.
 Fungsi jaringan
 Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentasenya fungsi
jaringan yang tertinggal adalah 82 % untuk cairan/air
tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % dan 56 %
berat otak.

 Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat


berbentuk gizi kurang maupun gizi lebih.
 Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit
atau terjadi sebagai akibat adanya penyakit tertentu.
 Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan terlebih dahulu ada tidaknya
gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan
bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki.
 Metabolisme Energi
 Produksi energi untuk tiap m2 luas tubuh
menurun secara progresif dengan bertambahnya
usia. Rata-rata penurunanya dalah 12
kal/m2/jam untuk tiap tahun antara usia 20 –90
tahun. Penurunan ini terjadi oleh karena
berkurangnya jaringan aktif (metabolizing tissue)
sejalan dengan bertambahnya usia.
 Produksi energi ini merupakan produksi untuk
metabolisme basal ditambah dengan energi
untuk aktifitas. Kebutuhan energi untuk aktivitas
menurun lebih besar daripada untuk
metabolisme basal, terutama pada lansia.
 Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena
sebab-sebab yang bersifat primer maupun sekunder.
Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi
sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan inderra, gangguan
mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab
sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera,
gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme.
Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau
disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas.
Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup sendirian,
yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada
keinginan untuk masak.
 Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat
terbentuk KKP (kurang kalori protein) kronik,
baik ringan sedang maupun berat.
 Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah
melalui penampilan umum, yakni adanya
kekurusan dan rendahnya BB .
 Kekurangan zat gizi lain adalah defisiensi zat
besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1
dan B12.
 Gangguan fisik terjadi pada lansia yang mengalami
hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun mata.
Gangguan mental terjadi pada lansia yang demensia dan
mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada
lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka waktu
lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C.
Gangguan selera, mengunyah dan malabsorbsi terjadi
sebagi akibat penurunan fungsi alat pencernaan dan
pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca
operasi, iskemik dinding perut dan sensitifitas yang
meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti
cabai, santan, lemak dan tepung yang mengandung gluten
tinggi (misalnya ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi
pada lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen
negatif dan katabolisme protein yang terjadi pada mereka
yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu
lama dan yang mengalami panas yang tinggi.
 Kelebihan gizi berhubungan dengan afluency dengan
gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun. Dengan
kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya
berbagai makanan siap saji yang enak dan kaya
energi. Utamanya sumber lemak, terjadi asupan
makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh.
 Keadaan kelebihan gizi yang dimulai pada awal usia
50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan
obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya
berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes
mellitus dan dislipidemia.
 Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan
pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus
dijalani sepanjang usia yang masih tersisa.
 . Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes,
1995)
 . Makanlah aneka ragam makanan.
 Makananlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi.
 Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah
dari kebutuhan energi.
 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai
seperempat dari kebutuhan energi.
 Batasi penggunaan garam dan gunakan garam
beryodium.
 Makanlah makanan sumber zat besi.
Masalah gizi pada lansia
Depresi : daya ingat yg buruk, Kemiskinan,
penyakit kronis; hipertensi ,jantung,
DM,hidup sendiri. Konsumsi
obat,osteopororosis , tulang nyeri. Anaemia.
 Kebutuhan zat gizi pada lansia
Sumbergizi terdapat pada makanan padat
seimbang
.energi menurun : 2050 kalori
 Kh, Protein ( 4 kalori ) dan lemak ( 9 kalori )
 Biasakan makan pagi.
 Minumlah air yang hangat, aman, dan cukup
jumlahnya.
 Lakukan aktifitas fisik dan olahraga secara
teratur.
 Hindari minum-minuman beralkohol.
 Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan.
 Bacalah label makanan yang dikemas.

Laki-Laki Perempuan
Zat Gizi
55 – 64 >/65 55-64 >/65
Energi 2250 kalori 2050 kalori 1750 kalori 1600 kalori
Protein 60 gr 60 gr 50 gr 50 gr
Lemak 50 gr 45,5 gr 39 gr 36 gr
Karbohidrat 400 gr 350 gr 285 gr 248 gr

Anda mungkin juga menyukai