Disusun oleh :
Dewi Hartina Sari
Wulandari Diaswara
Dachniar Dwi Astuti
Pembimbing :
dr. Yusuf Bachmid, Sp.M
KELAINAN REFRAKSI
• Emetropia
Mata dengan sifat emetrop adalah mata
tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar
mata dan berfungsi normal. Daya bias mata
adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempurna didaerah makula lutea tanpa bantuan
akomodasi
KELAINAN REFRAKSI
• Ametropia
Dalam bahasa yunani ametros berarti tidak
sebanding atau seimbang, ops berarti mata.
Dikenal beberapa bentuk:
– Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu bola mata lebih
panjang atau lebih pendek sehingga bayangan benda
difokuskan didepan atau dibelakang retina
– Ametropia refraktif : terjadi akibat kelainan sistem
pembiasan sinar dalam mata. Bila daya bias kuat maka
bayangan benda terletak didepan retina (miopia) atau
bila daya bias kurang maka bayangan benda akan
terletak dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
III. KELAINAN REFRAKSI
Kelainan
Refraksi
Astigmatism Hipermetropia
1. MIOPIA
Miopia aksial
Miopia Indeks
• Miopia stasioner/simplek
Menurut • Miopia progresif/miopia
perjalanan maligna
penyakitnya
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik:
• Penglihatan kabur saat
melihat jauh, dan jelas pada
jarak tertentu/dekat
• Selalu ingin melihat dengan
mendekatkan benda yang
dilihat pada mata
• Gangguan dalam pekerjaan
• Nyeri kepala akibat
akomodasi kuat untuk
melihat jelas
• Cendrung memicingkan
mata bila melihat jauh
• Astenopia konvergensi
(kelelahan mata)
Diagnosis Miopia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
• Visus dasar utk melihat jauh
• Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah
penglihatan yang buram disebabkan kelainan refraksi
atau kelainan anatomi
• Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis
negatif sampai didapatkan visus 6/6
3. Pemeriksaan penunjang
• Funduskopi
• Auto refraktometer
Tatalaksana Miopia
• Strabismus
• Pencairan badan kaca (syncitis, cyntitilans)
• Ablasio retina
• Degenarasi makula
HIPERMETROPIA
Hipermetropia
Manifestasi klinik:
• Gejala subyektif
• Penglihatan kabur bila melihat
dekat dan jauh
• Astenopia akomodativa : sakit
kepala, mata cepat lelah,
cepat mengantuk sesudah
membaca dan menullis
• Gejala obyektif
• Terjadi strabismus
• COA dangkal, karena hipertofi
otot-otot siliaris
• Ambliopia pada mata yang
tanpa akomodasi; tidak
pernah melihat obyek dengan
baik
DIAGNOSIS
HIPERMETROPIA
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
• Visus dasar dengan snellen chart,
visus dengan pinhole
• Refraksi subyektif dengan cara
trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
• Funduskopi
• Refraktometer
TATALAKSANA HIPERMETROPIA
• Non bedah
– Koreksi dengan lensa sferis terbesar
yang memberikan visus terbaik
dan dapat melihat dekat yanpa
kelelahan
– Tidak diperlukan lensa sferis positif
pada hipermetropia rinagn, tidak
ada astenopia akomodatif, tidak
ada strabismus
• Bedah
– LASIK (Laser in situ keratomileusis)
– LASEK (Laser sebepithelial
keratomileusis)
– PRK
KOMPLIKASI HIPERMETROPIA
- Strabismus konvergen
- Glaukoma sekunder
- Amblyopia
ASTIGMATISME