Bakar
Lale Wisnu Andrayani,M.Kep
Luka Bakar Transplantasi Kulit
Tujuan Pembelajaran
TIU
Mahasiswa akan dapat mengelola asuhan
keperawatan pada klien dengan luka bakar
TIK
1. Menjelaskan definisi, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi
pemeriksaan spesifik dan penatalaksanaan
pada pada luka bakar
2. Melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan luka bakar
Insiden
• Zona Koagulasi
• Zona Statis
• Zona Hiperemi
(Moenadjat, 2003)
back
Zona Kerusakan Jaringan
• Berdasarkan kedalaman
kerusakan jaringan, faktor yang
berperan yaitu: penyebab, lama
kontak dan suhu
• Berdasarkan keparahan cedera
• Berdasarkan ketebalan
Kedalaman Kerusakan Jaringan
Derajat II dangkal
Kerusakan mengenai
bagian superfisial dari
dermis, Folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
Penyembuhan terjadi
secara spontan dalam
waktu 21 hari.
Second – Degree Burn
Derajat II dalam
Kerusakan mengenai hampir
seluruh bagian dermis,
Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian
masih utuh, Penyembuhan
terjadi lebih lama, tergantung
apendises kulit yang tersisa.
Penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari 1 bulan.
Luka Bakar Derajat III
• Kerusakan mengenai seluruh ketebalan dermis dan
lapisan yang lebih dalam.
• Apendises kulit mengalami kerusakan.
• Tidak dijumpai bula
• Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat
koagulasi protein pada lapis epidermis dan dermis
(dikenal dengan sebutan eskar)
• Tidak dijumpai rasa nyeri
• Penyembuhan terjadi lama
• Penyebab: tersengat arus listrik, terkena cairan
mendidih dalam waktu lama, terbakar nyala api.
Makna Klinis: derajat kedalaman
Derajat
Klinis Rasa nyeri
kedalaman
Indikasi kecurigaan:
• Sputum bercampur carbon
• Luka bakar dimuka
• Bulu-bulu diwajah terbakar
• Sisa-sisa jelaga
• Hiperemis orofaring
• Riwayat dalam ruang tertutup
Luas Luka Bakar
9 9 9 9 9 9
18 18 18 18 18 18
18 18 16 16 13 13
Toxic fume
A
Saluran pernapasan atas
Distress Pernapasan
Inflamasi Saluran Pernapasan Bawah (4-7 hari)
Penumpukan Fibrin
Hati2x
Terbentuk membran hialin pemberia
n O2
Gangguan pertukaran O2
Anjuran pemberian
Penurunan Pa O2
Inflamasi Akut
C
Edematus sel endotel
Penimbunan cairan
Inflamasi
Pelepasan histamin
Peningkatan TD Hipoproteinemia
Syok hipovolemik
Gejala Kegagalan Sirkulasi
• Gejala kegagalan sirkulasi otak:
disorientasi, gelisah, penurunan kesadaran
• Gejala akibat konstriksi pembuluh perifer:
suhu turun, produksi urine turun, gangguan
pencernaan
• Gejala kompensasi: peningkatan aktivitas
pernapasan (cepat & dangkal), peningkatan
aktivitas jantung (palpitasi & takikardi)
back
SIRS
(Systemic Inflamatory Respone Syndrome)
• Respon pulmoner
Konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh akan
meningkat 2 x lipat akibat keadaan
hipermetabolik dan respon lokal.
• Abnormalitas paru tidak nampak segera,
kecuali penderita dengan cidera inhalasi
obstruksi jalan nafas dapat terjadi sangat cepat.
(3)
• Respon Renal
Destruksi sel darah merah pada lokasi cidera hemoglobin
bebas dalam urin. Jika kerusakan terjadi sampai otot, mioglobin
akan dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh ginjal.
Bila aliran darah tidak adekuat, hemoglobin dan mioglobin akan
menyumbat tubulus renal NTA.
• Respon imunologi
Kehilangan integritas kulit ketidakmampuan tubuh untuk
mengatur suhu. Pelepasan faktor-faktor inflamasi, penurunan
jumlah limfosit beresiko mengalami sepsis.
• Respon GI Tractus
Penurunan peristaltik usus ileus paralitik dan ulkus curling
Patogenesis
back
Proses Penyembuhan Luka
1.Fase inflamasi
2.Fase proliferatif
3.Fase maturasi
Perawatan Luka Bakar
(Oswari,2000)
Perawatan terbuka
Keuntungan:
• oksigenasi kulit lebih baik
• bila terjadi infeksi mudah terdeteksi
• lebih praktis dan efisien
• rasa takut waktu mengganti perban
tidak ada
• rasa nyeri berkurang
Kerugian:
• tidak cocok bagi pasien yang perlu dibawa ke RS
• mudah terkontaminasi dengan kuman
• privasi terganggu atau pasien tidak merasa nyaman
• tidak cocok untuk luka bakar kaki dan tangan
• dari segi etika berkurang
• bila ada kerusakan lain, tidak dapat diobati dengan
cara terbuka (misalnya patah tulang).
Perawatan Tertutup
Keuntungan
• mengurangi kontaminasi
• pasien merasa lebih nyaman
Kerugian
• oksigenasi kulit kurang
• balutan seringkali membatasi gerakan pasien
• waktu membuka balutan sering terjadi perdarahan
• menimbulkan nyeri
• biaya perawatan bertambah
• membutuhkan perawatan lebih lama
Prosedur Perawatan
back
Penatalaksanaan
1. Fase Akut / Syok
• Di tempat kejadian
– Bebaskan dari sumber trauma panas
– Jangan berdiri / berlari, karena api akan membesar
– Api dipadamkan dengan disiram air, ditutup kain basah atau berguling
– Bawa penderita ke RS
• Di Unit Gawat Darurat
Life Saving fungsi pernafasan dan cairan ( A, B, C )
– Pemasangan intubasi ( Trauma Inhalasi )
– Pemberian Oksigen
– Fluid resuscitation : 2-4 cc RL x BB x LPTT
8 jam I : ½ ; 8 jam II : ¼ ; 8 jam III: ¼
– Pemasangan kateter urin
– Pemasangan nasogastric tube jika luka bakar > 20 % LPTT
– Pemeriksaan EKG ( Trauma Listrik )
Perawatan luka juga penting mempengaruhi
kondisi umum penderita dan penyembuhan luka
– Luka dicuci, debridement
– Topikal silver sulfadiazine
– Tutup kassa steril
– Luka dibuka hari ke-5 kecuali ada infeksi
2. Fase Sub Akut
• Masa di dalam perawatan di ruangan atau unit luka
bakar dimana masalah yang ada berkaitan dengan
luka, infeksi, sepsis, curling ulcer, masalah nutrisi
dll.
• Fase ini dimulai 48 hingga 72 jam pasca luka bakar.
• Status respirasi, sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit serta fungsi gastrointestinal harus tetap
dijaga.
• Perawatan luka bakar dan pengendalian nyeri
merupakan prioritas pada tahap ini.
3. Fase Rehabilitasi
back
Manajemen Exercise
(NSWH, 1996)
Tujuan:
1. Untuk mempercepat penyembuhan
2. Mencegah terjadinya gangguan
metabolic
3. Mempertahankan status gizi secara
optimal selama proses
penyembuahn dengan cara:
(Almatsier, 2005)
Syarat-Syarat Pemberian
• Nutrisi enteral dini (NED)
• Protein tinggi, yaitu 20-25% dari
kebutuhan energi total
• Lemak sedang, yaitu 15-20% dari
kebutuhan energi total
• Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari
kebutuhan energi total. Bila mengalami
trauma inhalasi, karbohidrat diberikan 45-
55 % dari kebutuhan energi total
• Vitamin diberikan diatas AKG (Angka Kecukupan
Gizi): suplemen. Kebutuhan beberapa jenis vitamin
adalah sebagai berikut
• Vitamin A minimal 2 x AKG
• Vitamin B minimal 2 x AKG
• Vitamin C minimal 2 x AKG
• Vitamin E 200 SI
• Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium,
kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sebagian
mineral diberikan dalam bentuk suplemen
• Cairan tinggi
Jenis diet dan indikasi
pemberian dibagi 2 yaitu
Diet Luka Bakar (I)
• Diberikan berupa Air Gula Garam Soda (AGGS) dan
Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut:
– 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong, diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip dengan
kecepatan 50 ml/ jam
– 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1
kkal/ml dengan kecepatan yang sama
– 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah , energi
ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75ml/menit.
Diatas 24 jam bila tidak ada keluhan, kecepatan pemberian
makanan dinaikkan sampai dengan 100 ml/menit
– Apabila ada keluhan kembung dan mual, AGGS dan makanan Cair
Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah,
pemberian dihentikan selama 2 jam
• Komposisi AGGS:
– Air 200ml
– Gula/Sirup 25g/30ml
– Garam Dapur2g/ 2 bks
– Soda Kue 1g/1bks
Diet Luka Bakar (II)
• Perpindahan dari diet luka baker I, yaitu diberikan segera
setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan
makanan cair penuh dengan nilai energi 1kkal/ml, serta
sirkulasi cairan tubuh normal. Cara pemberian sebagai
berikut:
– Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien,
dapat berbentuk cairan, saring, lumat, lunak atau biasa
– Cairan AGGS diberikan tidak terbatas
– Bila diberikan dalam bentuk cair , frekuensi pemberian 8 kali/
hari, volume tiap kali pemberian disesuaikan dengan
kemampuan pasien, maksimal 350 ml
– Bila diberikan dalam bentuk sarimg, frekuensi pemberian 3-4
kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan makan cair
penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi
– Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi
pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien sehingga
asupan zat gizi terpenuhi.
back
Asuhan Keperawatan LUka Bakar
(Fase darurat/akut, fase subakut,
fase rehabilitasi)
Pengkajian Fase Akut
• Luas Luka Bakar: Rule Of Nine
• Derajat Kedalaman Luka Bakar
• Vital signs
• Pemantauan cardiovaskuler
• Asupan dan keluaran cairan
• Jumlah keluaran urin pertama kali
• BJ urin, pH, glukosa, protein, Hb
• Warna urin
• Suhu, BB, riwayat berat pra LB, peny sekrg, obat
• Head to toes
• Kesadaran, nyeri, kecemasan
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b/d obstruksi
jalan nafas, ARDS
2. Resiko gangguan pertukaran gas b/d
cedera inhalasi
3. kurang volume cairan b/d proses
kehilangan/perpindahan cairan
4. Nyeri b/d cedera pada saraf perifer dikulit
5. Hipotermia bd gangguan mikrosirkulasi
kulit dan luka terbuka
6. Ansietas
Masalah Kolaborasi
• Kegagalan respirasi
• Syok sirkulasi
• Gagal ginjal akut
• Sindrom Kompartemen
• Ileus paralitik
• Ulkus Curling
Diagnosa Keperawatan
No Dx Keperawatan Kriteria Mayor(80-100%) Kriteria Minor(50-70%)
1 Bersihan jalan napas Batuk tidak efektif/ tidak ada; tidak Suara napas tidak ada; Jumlah,
inefektif b/d obstruksi mampu mengeluarkan sekret di irama, kedalaman pernapasan
jalan napas tidak normal
trakeobronkial
3 Resiko tinggi infeksi b/d Rx. Penyakit kronis, tindakan Rx. faktor resiko terkena infeksi,
pertahanan primer dan pembedahan, situasional dan status nutrisi
maturasional
sekunder inadekuat
4 Nyeri b/d kerusakan Respon verbal/kode individu Fokus pada diri sendiri, ekspresi
jaringan terhadap gambaran nyeri wajah menahan nyeri, perilaku
distraksi, perilaku protektif, respon
autonomik (diaforeses,perubahan
TD,N,RR)
5 Perubahan perfusi jaringan Nyeri, penurunan nadi, perubahan Edema, perubahan fungsi sensori
b/d hipovolemia, penurunan warna kulit, perubahan suhu kulit, dan motorik, perubahan jaringan
CR > 3det trofik (luka sulit sembuh)
aliran darah
No Dx Keperawatan Mayor Minor
6 Kerusakan mobilitas fisik b/d Keterbatsan untuk menggerakkan Keterbatasan aktivitas, malas
kontraktur, gangguan sendi untuk bergerak
neuromuskuler
7 Kerusakan integritas kulit b/d Kerusakan jaringan epidermal dan Luka pada kulit, eritema, lesi,
destruksi lapisan kulit dermal pruritus
• Monitor VS
• Monitor dan hitung intake & output cairan
• Monitor keluaran, warna urine
• Timbang BB setiap hari
• Hitung kebutuhan cairan pengganti
• Berikan cairan sesuai dengan rumus
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Na, K dan elektrolit lainnya
• Waspada tanda-tanda kelebihan cairan
Intervensi Kep: Resiko INfeksi
• Cuci tangan pre & post kontak dengan pasien
menggunakan desinfektan
• Gunakan skort/gaun, masker, sarung tangan steril &
penutup kepala saat lakukan perawatan
• Kaji kondisi luka saat perawatan luka, ada tidaknya
tanda infeksi
• Implementasikan isolasi/ruangan khusus
• Bersihkan luka dengan cairan fisiologis steril, berikan
salep antibiotika tipis & merata
• Pastikan pasien telah mendapat imunisasi tetanus
REsiko Infeksi…
• Berikan kebutuhan kebersihan diri pasien
seperti mandi, keramas, sikat gigi,
bersihkan area perineum setelah eliminasi
dan mencukur rambut sekitar area luka
bakar
• Monitor adanya tanda septikemia seperti
penurunan kesadaran, peningkatan
frekuensi nafas, penurunan bising usus,
peningkatan denyut nadi, penurunan TD
Pengkajian fase rehabilitas
• Informasi mengenai tingkat pendidikan,
rekreasi,latar budaya,agama, interaksi klg/
support sistem.
• Konsep diri, status mental, strategi koping
Diagnosa
• Intoleransi aktivitas bd nyeri
• Gangguan citra diri bd perubahan
penampilan fisik
• Kurang pengetahuan ttg perawatan di
rumah
Kolaboratif:
• Kontraktur
• Adaptasi psikologi yang tidak memadai
Intervensi