bicara ngaco
Tutor 4A
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan:
1. Anatomi fungsi otak
2. Fisiologi fungsi otak
3. Gejala dan jenis psikotik fungsional (skizofrenia
dan delusional disorder)
4. Diagnosis (multiaksial)
5. Wawancara psikiatri
Anatomi Otak
Fisiologi Otak
Fungsi otak
Fisiologi korteks serebri
Kortek Serebri:
Terdiri atas selaput tipis, mengandung banyak neuron
dengan ketebalan 2 – 5 milimeter. Menutupi seluruh
permukaan serebrum, luas total kira-kira ¼ meter persegi,
mengandung kira-2 100 milyard neuron.
Korteks serebri
Korteks serebri mengandung 3 macam sel :
- Granular : fungsi sebagai interneuron
Intrakortikal.
1. Sifat neuron
a. Eksitatorik > neurotransmiter eksitatorik glutamat
b. Inhibitorik > neurotransmiter GABA
- Fusiformis
- Piramidal
- Dopamin
- Serotonin
- Glutamat
- GABA
- Norepineprin
Lobus parietal Lobus parietal Pengaturan suhu, rasa,
Organisasi Fungsi
Kortek Serebri
Lobus Frontalis:
Dibedakan atas tiga fungsi:
1. Aktivitas motorik volunter:
merencanakan gerakan kompleks dan koordi
nasi gerakan kompleks.
2. Korteks assosiasi preprontal:
perencanaan aktivitas volunter dan berfikir
3. Broca’s area:
korteks primer bicara yang mengontrol otot-
otot artikulasi.
Wernicke’s area:
Terletak antara korteks parietalis, temporal dan
lobus oksipitalis
Terutama kemampuan bahasa :
Memahami pesan bicara dan tulisan.
Wernicke’s area menerima input visual dari
korteks visual lobus oksipitalis dan
input suara dari korteks auditorius
lobus temporalis.
Gejala Psikotik Fungsional
Lingkup Bahasan
• Kesadaran dan kognisi
• Alam perasaan atau emosi
• Perilaku motorik atau konasi
• Alam pikiran
• Persepsi atau pengindera
• Pembicaraan dan kemampuan berbahasa
• Tilikan dan daya nilai sosial
Kesadaran & Kognisi
KESADARAN
a. Kesadaran / Sensorium
– Kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi
rangsangan dari luar / dalam diri
– Sering merupakan pertanda kerusakan organik / otak
Macam Tingkat Kesadaran
1. Kompos mentis
– Derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsangan
dari luar / dalam dirinya
– Individu mampu memahami apa yang terjadi pada diri / lingkungan seperti
bereaksi secara memadai
2. Apatia
– Derajat penurunan kesadaran → respons lambat terhadap rangsangan dari luar
– Tampak acuh tak acuh terhadap situasi sekitar
3. Somnolensi
– Derajat penurunan kesadaran yang cenderung tidur
– Respons lambat tampak selalu mengantuk
4. Sopor
– Derajat penurunan kesadaran berat
– Nyaris tidak berespons / minimal terhadap rangsangan
kuat
5. Koma
– Derajat penurunan kesadaran berat → tidak bereaksi
terhadap rangsangan sekuat apapun
6. Kesadaran berkabut
– Perubahan kualitas kesadaran
– Tidak mampu berpikir jernih & berespons terhadap situasi
sekitar
– Individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian &
disorientasi
7. Delirium
– Perubahan kualitas kesadaran & gangguan fungsi kognisi
luas
– Perilaku fluktuasi → gaduh gelisah / apatis
– Disertai gangguan persepsi (Hal / Ilusi)
– Sulit memusatkan, mempertahankan & mengalihkan
perhatian
8. Kesadaran seperti mimpi (Dream Like State)
– Gangguan kesadaran kualitas →epilepsi psikomotor
– Tidak menyadari apa yang dilakukan walau tampak
seperti melakukan aktifitas normal
– Beda dengan sleep walking → sadar bila dirangsang
9. Twilight state
– Gangguan kesadaran kualitas
– Sering dengan halusinasi
– Gangguan otak organik → separuh sadar, respons
terbatas, impulsif, emosi labil
Kognisi
b. Kognisi
Kemapuan mengenal / mengetahui mengenai
benda / situasi yang terkait dengan pengalaman ○ Berhitung
pembelajaran & kapasitas intelegensi
○ Visuospasial
○ Memori / daya ingat
○ Abstraksi
○ Konsentrasi / perhatian
○ Intelegensi
○ Orientasi
○ Kemampuan berbahasa
Memori / Daya Ingat
Proses pengelolaan informasi → perekaman, penyimpanan & pemanggilan kembali
1. Amnesia
Ketidak mampuan mengingat sebagian / seluruh pengalaman masa lalu.
Gangguan otak organik → kontusio serebri
Gangguan psikologik → stres pasca trauma
a. A.Retrograd hilang memori sebelum kejadian
b. A.Anterograd setelah kejadian
2. Paramnesia
Ingatan palsu
Faktor organik, psikologik (ganguan disosiasi).
Dementia
a. Konfabulasi
e. Screen Memory
Ingatan palsu mengisi kekosongan
memori → Dementia Secara sadar menutupi ingatan /
pengalaman traumatis dengan yang
b. Deja Vu : Ingatan palsu terhadap lebih bisa di toleransi
pengalaman baru
f. Letologika
c. Jamais Vu : X déjà vu
Ketidak mampuan bersifat
d. Hiperamnesia sementara dalam menemukan kata
tepat untuk mendiskripsikan
Ingatan mendalam & berlebihan pengalaman → stadium awal
terhadap suatu pengalaman dementia
Berdasarkan rentang waktu :
1. Memori segera → detik sampai menit
2. Memori baru → beberapa hari terakhir
3. Memori menengah → beberapa bulan
4. Memori Panjang → beberapa tahun
Perhatian / Konsentrasi
– Suatu usaha untuk mengarahkan aktifitas mental pada pengalaman
tertentu
– Ketidak mampuan memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan
perhatian
Jenis Gangguan :
1. Distraktibilitas :
Ketidak mampuan memastikan & mempertahankan perhatian, mudah teralih
oleh stimulus sekitar
2. Inatensi selektif
Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada obyek / situasi tertentu (biasa
yang membangkitkan cemas)
3. Kewaspadaan berlebih (Hypervigilance)
Pemusatan perhatian yang berlebih terhadap stimulus eksternal / internal →
individu terlihat tegang
Orientasi
Kemampuan individu untuk mengenali obyek / situasi
sebagaimana adanya
– Personal
– Ruang (spasial)
– Waktu
EMOSI
Emosi adalah :
Suatu perasaan yang di hayati secara sadar bersifat kompleks →
melibatkan pikiran, persepsi & perilaku individu
1. Mood :
Suasan perasaan yang menetap bersifat c. Hipertimia
pervasif & bertahan lama
Suasana perasaan dengan
a. Eutimia : semangat & kegairahan
berlebihan : Hiperaktif & energik
Rentang normal : penghayatan perasaan yang
luas & serasi dengan irama hidupnya
d. Disforia
b. Hipotimia
Suasana perasaan yang tidak
Suasana perasaan diwarnai dengan kesedihan menyenangkan
& kemurungan
2. Afek :
Respons emosional saat kini, dapat dilihat dari
ekspresi wajah, pembicaraan, gerak gerik tubuh →
Emosi sesaat
a. Afek Serasi : serasi antara ekspresi emosi & suasana hati
b. Afek Tidak serasi : X serasi
c. Afek Tumpul : penurunan ekspresi emosi →tatapan kosong, irama suara
monoton, bahasa tubuh kurang
d. Afek Mendatar
e. Afek Luas : rentang normal → ekspresi emosi luas, variasi beragam & serasi
Perilaku Motorik
• Ragam perbuatan manusia yang dilandasi
motif & tujuan tertentu serta melibatkan
seluruh aktifitas mental individu
• Respons total individual terhadap situasi
kehidupan
• Ekspresi perilaku individual yang terwujud
dalam ragam aktifitas motorik
1. Stupor katatonia
Penurunan aktifitas motorik secara ekstrim → gerak lambat
hingga tidak bergerak & kaku seperti patung
2. Furor Katatonia
Agitasi motorik yang ekstrim : kegaduhan motorik tidak
bertujuan tanpa motif & tidak di pengaruhi oleh stimulus
eksternal
3. Katalepsia
Mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu & lama
Proses Pikir
1. Dereistic, tidak logis, magis
Normal : mimpi ; Abnormal : psikosis
2. Gangguan Bentuk / arus pikir
a. Asosiasi longgar
Arus pikir dengan ide berpindah2 dari 1 subyek ke subyek lain
& tidak berhubungan sama sekali
b. Inkoherensia
Pikiran / kata keluar bersama2 tanpa hubungan yang logis →
hasil disorganisasi pikir
c. Flight of Ideas
Pikiran yang begitu cepat, pemindahan konstan dari 1 ide ke ide lain
tapi tidak parah → mungkin masih dapat mengikuti jalan pikirannya
d. Sirkumstansial
Pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point
akibat keterpakuan belebih pada detail & petunjuk
e. Tangensial
Ketidak mampuan mencapai tujuan secara langsung & sering tidak
mencapai point yang diharapkan
ISI PIPKIR
Gangguan yang terjadi adalah pada buah
pikiran / keyakinan bukan pada cara
penyampaian
1. Miskin isi pikir
Informasi sedikit karena ketidak jelasan,
pengulangan yang kosong / frase yang tidak
dikenal
2. Waham / Delusi
Suatu perasaan / keyakinan / kepercayaan yang keliru tentang kenyataan
eksternal, tidak konsisten, tidak bisa diubah lewat penalaran / penyajian fakta
a. Waham Bizarre
Keyakinan keliru, mustahil & aneh
(mahluk angkasa luar menanamkan elektoda di otak manusia)
1. Thought Echo
Isi pikir dirinya yang berulang / bergema dalam kepalanya
2. Thought Insertion / withdrawl
Isi pikiran asing masuk / diambil dari pikirannya
3. Thought Broadcasting
Isi pikiran tersiar keluar (hingga orang lain mengetahuinya)
Bersifat mistik / mukjisat
4. Delusion of Control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan dari luar
5. Delusion of Influence
Dirinya di pengaruhi kekuatan luar
6. Delusion of Passivity
Dirinya tidak berdaya & pasrah terhadap kekuatan dari luar
7. Delusional Perception
Bersifat mistik / mukjisat
b. Waham Sistematik
Keyakinan yang tergabung dalam 1 tema / kejadian (orang dikejar polisi / mafia)
c. Waham Somatik
Melibatkan fungsi tubuh (yakin otaknya meleleh)
d. Waham paranoid
• Waham kebesaran
Dirinya sangat kuat, berkuasa / besar
• Waham kejar (persekutorik)
Korban dari usaha untuk melukai, menggagalkan orang
berkomplot merugikan, mencederai dirinya
• Waham rujukan
Meyakini tingkah laku orang lain akan membahayakan /
jahat terhadap dirinya
e. Waham Cemburu
f. Waham Erotomania
Merasa seseorang begitu mencintainya
3. Obsesi
Suatu ide kuat menetap seringkali tidak
rasional biasa disertai kompulsi untuk
melakukan perbuatan, tidak dapat
dihilangkan dengan usaha logis,
berhubungan dengan kecemasan.
4. Kompulsi
Kebutuhan & tindak patologis untuk
melaksanakan suatu impuls, jika ditahan
akan timbul kecemasan
5. Fobia
Ketakutan patologis / irasional yang persisten, berlebihan & selalu terjadi
berhubungan dengan stimulus / situasi spesifik
a. Fobia Spesifik : Terbatas pada obyek / situasi khusus (takut laba2, ular)
b. Fobia Sosial : Ketakutan dipermalukan di depan publik (takut berbicara, tampil, makan di
depan umum)
c. Akrofobia : Ketakutan berada di tempat tinggi
d. Agorafobia : Ketakutan ditempat terbuka, ramai, sulit melarikan diri
e. Klaustrofobia : Ketakutan di tempat sempit
f. Ailurofobia : Ketakutan pada kucing
g. Zoofabia : ketakutan pada binatang
h. Xenofobia : ketakutan pada orang asing
i. Fobia jarum
PERSEPSI
Proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi infor psikologis
sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar
1. Depersonalisasi
Perasaan subyektif yang merasa dirinya (tubuhnya) sebagai Tidak nyata / khayal
2. Derealisasi
Perasaan subyektif yang merasa lingkungannya menjadi asing / tidak nyata
3. Ilusi
Persepsi yang keliru / menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata
4. Halusinasi
Persepsi yang keliru, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata
a. Hal Hipnagogik
Terjadi saat orang mulai tertidur
b. Hal Hipnapompik
saat orang mulai bangun tidur
c. Hal Audiotorik
d. Hal Visual
e. Hal Penciuman
f. Hal Percakapan
g. Hal Taktil
Reality Testing of Ability (RTA)
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas
• Menentukan persepsi, respons emosi & perilaku
dalam berelasi dengan realitas kehidupan
Genetik
Faktor
rentan SKIZOFRENIA
lingkungan
skizofrenia
Gejala + Delusi
katatonia
schizofrenia
Kemiskinan
pikiran
Kuran mampu
Gejala - mengekspresikan
emosi
alogia
KRITERIA SKIZOFRENIA MENURUT
DSM-IV
Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian
waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika
diobati dengan berhasil):
1. Waham.
2. Halusinasi.
3. Bicara terdisorganisasi
4. Perilaku terdisorganisasi.
5. Gejala negative
Patofisiologi
• Melibatkan dopaminergik dan serotoninergik
• Hipotesis/teori :
– Pada pasien schizofrenia terjadi peningkatan dopaminergik
– Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik → berkaitan
dengan gejala +
– Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal
→ bertanggung jawab thd gejala negatif
SKIZOFRENIA
PEMERIKSAAN (DIAGNOSTIK)
SKEMA DIAGNOSIS PSIKOSIS (1)
GEJALA PSIKOTIK:
- Waham - Inkoherensi
- Halusinasi - Katatonia
TANDA ORGANIK:
- Penurunan kesadaran patologis
- Disorientasi
- Gangguan daya ingat
- Gangguan fungsi intelektual
Gangguan mental
organik atau ganguan Y TIDAK Psikosis
jiwa akibat penyakit A Fungsional
umum
SKEMA DIAGNOSIS PSIKOSIS (2)
PSIKOSIS
FUNGSIONAL
- > 1 bulan
- Afektif -/<
Pikiran Aneh
Waham Aneh
Halusinasi Auditorik
Waham Tak Mungkin
2. PALING SEDIKIT DUA GEJALA BERIKUT:
Halusinasi Menetap
Inkoherensi/Pembicaraan Tak Relevan
Katatonia
Gejala Negatif
KRITERIA DIAGNOSTIK
A. Paling sedikit terdapat satu gejala yang amat jekas dari
kelompok (1) atau dua gejala kelompok (1) yang kurang jelas
atau dua gejala yang jelas dari kelompok (2)
B. Gejala berlangsung terus menerus paling sedikit satu bulan
C. Bila memenuhi kriteria episode manik, atau defensif, maka
gejala psikotik (A) harus mendahuluinya
D. Tidak disebabkan oleh penyakit otak atau intoksinasi atau
lepas zat
Diagnosis Banding
- Skizofenia Paranoid
- Paranoid involusional
- Paranoia
- Psikosis diinduksi obat
- Depresi
Skizofrenia Depresi
Tidur terganggu + +
Nafsu makan + +
berkurang
Hidup emosi serasi + +
Halusinasi + -
Waham + -
Tingkah laku + -
hiperaktif
TATALAKSANA
Golongan antipsikotik
• Antipsikosis generasi pertama (APG-I)/ tipikal
• Antipsikosis generasi kedua (APG-II)/ atipikal
APG-I
Beberapa kelompok obat yang sering dipergunakan :
• Chlorpromazine ( 100 )
• Trifluoperazine ( 5 )
• Haloperidol ( 2-5 )
• Thioridazine ( 100 )
• Kekurangannya :
• 50 % penderita tetap tidak banyak perbaikan
• Efek samping yang cukup serius ( tardive diskenesia
dan neuroleptik malignan sindrom )
APG-II
1. Risperidon ( Risperidal )
• Lebih efektif
• Efek samping neurologik sangat berkurang
• Dapat mengatasi “positif” dan “negatif symptoms”
2. Clozapine
• Kekurangan : agranulositosis dan harganya mahal
• Kelebihannya : tidak menyebabkan tardive diskenesia
Psikososial
• Terapi perilaku
• Terapi keluarga
Prognosis
• Prognosis kearah baik, bila:
(1) Onset akut dengan faktor pencetus yang jelas
(2) Riwayat hubungan sosial & pekerjaan yang baik
(premorbid )
(3) Subtipe paranoid
(4) Subtipe katatonik
(5) Banyak symptoms positif
• Prognosis kearah buruk, bila:
(1) Onset perlahan-lahan dengan faktor pencetus tidak
jelas
(2) Riwayat hubungan sosial dan pekerjaan buruk
(premorbid )
(3) Tipe Hebeprenik dan tipe tak tergolongkan
(4) Riwayat skizofrenia dalam keluarga
(5) Adanya gejala neurologik
(6) Banyak symptoms negatif
DELUSIONAL
DISORDER
DELUSIONAL
Kepercayaan
yang jelas salah,
ada yang salah
pada pikiran
DELUSION
• Tidak diketahui
• Terdapat beberapa factor
• Faktor psikodinamik: ketidakpercaya terhadap lingkungannya
• Mekanisme defensive
• Pseudokomunitas paranoid
• Faktor relevan lain
DIAGNOSIS DELUSIONAL DISORDER
(PPDGJ-III DAN DSM-5)
1.Psikoterapi
2.Rawat inap di rumah sakit
3.Farmakoterapi
Jenis-jenis Psikotin
Fungsional
Diagnosis (multiaksial)
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinik
AKSIS II : Gangg kepribadian
Retardasi mental
AKSIS III : Kondisi Medik Umum
AKSIS IV : Masalah psikososial dan Lingkungan
AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara Global
Catatan :
• Antara aksis I, II dan III tidak selalu ada hubungan etiologik atau
patogenesisi
• Hubungan antara aksis I, II, III dan aksis IV dapat timbal balik saling
mempengaruhi
AKSIS I (RPS )
• F 60 : Gg Kepribadian khas
• F 60.0 : Gg kepribadian paranoid
• F 60.1 : Gg kepribadian schizoid
• F 60.2 : Gg kepribadian disosial
• F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil
• F 60.4 : Gg kepribadian histrionik
• F 60.5 : Gg kepribadian anankastik
• dst …..F 70 : RM
AKSIS III (RPS )
a. Psikiatrik
b. Faktor Presipitasi
V. Riwayat Hidup e. Masa Dewasa
Refleksi isi (mengulang & menyimpulkan) Nasehat (akhir wawancara + sudah terbina raport)
Konfrontasi (waham)