Anda di halaman 1dari 31

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT SISTEM SARAF

“EPILEPSI”
KELOMPOK 1 : S1 - VB

MAYA HELMITA MAHDAR (1701071) REGINA ALLAYA (1701078)


NIA APRILIANA SUHARI (1701072) REZA AFDA (1701079)
NIDA LARASATI (1701073) RISMA NURHAYATI (1701080)
NUR ABDILLAH ARMAN (1701074) SARAH AMELIA AZHAR (1701081)
NUR ADILLA (1701075) SEPTIA NURBAITI (1701082)

DOSEN PENGAJAR : FINA ARYANI, M.Sc, Apt.

1

Epilepsi menyatakan suatu serangan berulang secara
periodik dengan atau tanpa kejang. Serangan tersebut
disebabkan oleh kelebihan muatan neuron kortikal dan
ditandai dengan perubahan aktivitas litrik seperti yang
diukur degan elektro-ensefalogam (EEG). Kejang
menyatakan keparahan kontraksi otot polos yang tidak
terkendali (Dipiro, 2005).

2
PERHATIAN!! Kejang epilepsi
Sindrom epilepsi
adalah timbulnya adalah sekumpulan
kejang akibat gejala dan tanda klinis
Kejang epilepsi
berbagai penyebab epilepsi yang ditandai
berbeda dengan
yang ditandai dengan dengan kejang epilepsi
sindrom serangan tunggal atau berulang, meliputi
epilepsi. tersendiri. berbagai etiologi,
umur, onset, jenis
serangan, faktor
pencetus, kronisitas.

3
EPIDEMIOLOGI

Epilepsi lebih banyak terjadi dinegara berkembang (100/100,000) dibandingkan


dengan negara maju (50/100,000) .
Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia 2 tahun (262/100.000 kasus) dan usia
lanjut diatas 65 tahun 81/100.000 kasus).
Pravalensi epilespi diindonesia berkisar 0,5-2% sekitar 1,1 juta penduduk
indonesia menderita penyakit epilepsi, dengan kejadian epilepsi pada laki-laki
sebesar 5.88 dan perempuan 5.51 tiap 1000 penduduk

Pada 75% pasien, epilepsi terjadi sebelum umur 18 tahun.

4
1. Idiopatik epikepsi
◦ Epilepsi dengan serangan kejang umum, penyebab tidak diketahui
dengan idiopatik epilepsi mempunyai inteligensi normal dan hasil
pemeriksaan normal dan umumnya predisposisi genetik
2. Kriptogenik epilepsi
ETIOLOGI
dibagi kedalam 3
◦ Dianggap simptomatik tapi penyebab belum diketahui. Termasuk
disini adalah sindroma west, sindroma lennox gastaut dan epilepsi
(tiga) kategori
mioklonik. Gambaran klnis berupa ensefalopati difus.
3. Simptomatik epilepsi
◦ Pada simptomatik terdapat lesi struktural di otak yang mendasari,
contohnya oleh karena sekunder dari trauma kepala, infeksi
susunan saraf pusat, kelainan kongenital, proses desak ruang di
otak, gangguan pembuluh darah diotak, toksik (alkohol obat),
gangguan metabolik dan kelainan neurodegeneratif.
5
a. Bangkitan epilepsi berasal dari sekelompok neuron yang
abnormal di otak yang melepaskan muatan secara berlebihan
dan hepersinkron.
b. Suatu serangan dapat dilacak pada membran sel atau sel
disekitarnya yang tidak stabil.
c. Terjadinya konduktansi kalium yang tidak normal, cacat pada
kanal kalsium sensitive voltase, atau defisiensi pada membrane
PATOFISIOLOGI adenosine trifospat (ATPase)
d. Aktivitas neuronal normal tergantung pada fungsi normal
pemicu ransangan dan penghambat neurotransmitter ) pasokan
glukosa, oksigen, natrium, kalium , klorida, kalsium, dan asam
amino yang cukup
e. Kejang yang lama terpapar glutamate secara terus-menerus,
sejumlah besar kejang tonik-klonik umum dan episode ganda
status epileptikus dapat dikaitkan dengan kerusakan neuronal.
6
Prognosis umumnya baik, 70-80% pasien akan sembuh
dan kurang lebih sebagian dapat terlepas dari obat.
Sementara 20-30%, mungkin akan berkembang
menjadi epilepsi kronis dan 5% di antaranya akan
tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-
hari. Pasien dengan lebih dari satu jenis epilepsi,
mengalami retardasi mental dan gangguan psikiatri
serta neurologik maka prognosis yang tidak begitu
baik.

PROGNOSIS
Prognosis epilepsi tergantung pada jenis epilepsi, faktor penyebab, saat
pengobatan dimulai dan ketaatan minum obat. Pada 50-70% penderita serangan
epilepsi dapat dicegah dengan obat sedangkan sekitar 50% pada suatu waktu
akan dapat berhenti minum.

Prognosis epilepsi dihubungkan dengan terjadinya remisi serangan baik dengan


pengobatan maupun status psikososial, dan status neurologis penderita. Batasan
remisi epilepsi sering dipakai pada 2 tahun bebas serangan (kejang) dengan terapi.
Pada pasien yang telah mengalami remisi 2 tahun harus dipertimbangkan untuk
penurunan dosis dan penghentian obat secara bebas.

Batasan lain yang dipakai untuk menggambarkan remisi adalah bebas serangan
(remisi terminal) minimal 6 bulan dalam terapi OAE. Setelah tercapai bebas
serangan selama > 6bulan atau 2> tahun dengan terapi, maka perlu
diperikrakan untuk menurunkan dosis secara berkala sampai kemudian obat
dihentikan, perlu mempertimbangkan resiko terjadinya relaps setelah
penghentia obat.

8
9
10
3. SASARAN TERAPI
1. TUJUAN TERAPI

Farmakoterapi epilepsi mencegah atau untuk


sangat individual dan menurunkan mengontrol atau
lepasnya muatan TATA mengurangi
membutuhkan titrasi dosis
listrik syaraf LAKSANA frekuensi kejang
untuk mengoptimalisasi yang berlebihan TERAPI
terapi obat antiepilepsi.
Sekitar 50-70% pasien
dapat diterapi dengan obat
antiepilepsi tunggal.

2. SASARAN TERAPI
Keseimbangan
neurotransmiter GABA
di otak
11
PENATALAKSANAAN TERAPI

Tipe kejang Terapi lini pertama Terapi lini kedua

Kejang Parsial

Simple Partial Karbamazepin Vigabatrin

Complex Partial Fenitoin Klobazam

Fenobarbital, Asetazolamid,
Secondarily generalized Valproat, Lamotrigin
Gabapentin, Topiramat

Kejang umum

Toni –clonic Valproat Vigabatrin

Tonic Karbamazepin Klobazam

Clonic Fenitoin, Lamotrigin Fenobarbital

12
Tipe kejang Terapi lini pertama Terapi lini kedua

Klonazepam, Lamotrigin,
Absence Ethosuksimid, Valproat
Asetazolamid

Atypical absences Valproat Phenobarbital

Lamotrigin, Karbamazepin,
Atonic Klonazepam, Klobazam
Fenitoin, Asetazolamid

Myoclonic Valproat, Klonazepam Fenobarbital, Asetazolamid

13
FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT SISTEM SARAF
“EPILEPSI”
OBAT PILIHAN UNTUK EPILEPSI

17
18
19
KASUS

TN. YG usia 29 tahun, 60 kg, tiba-tiba jatuh dari kamarnya, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur. Kejang terjadi hanya beberapa menit,
kemudian merasa lemah dan kebingungan. TN. YG sudah tidak
mengkonsumsi Dilantin 400 mg/hari sejak dua tahun terakhir. TN. YG
kembali ke dokter yang merawatnya dan diresepkan Dilantin dengan dosis
100 mg 3 x sehari.
Hasil pemeriksaan fisik :
TD : 120/70 mmHg
T : 36,8
N : 20x/menit
P : 78x/menit
Pemeriksaan laboratorium :
KGDS : 250 mg/dL
LDL : 200 mg/dL
HDL : 35 mg/dL
Trigliserida : 230 mg/dL

20
Analisa Kasus dengan Metode SOAP

SUBJEKTIF
◦ Nama : TN.YG
◦ Umur : 29 tahun
◦ Jenis kelamin : Laki-laki
◦ Keluhan : Tiba-tiba jatuh dari kamarnya, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur. Kejang terjadi hanya beberapa menit,
kemudian merasa lemah dan kebingungan
◦ Riwayat penyakit dahulu : Epilepsi
◦ Riwayat pengobatan : Dilantin 400 mg/hari

21
JENIS NILAI
NO HASIL KETERANGAN
PEMERIKSAAN NORMAL
1 Tekanan Darah 120/70 <140/90 Normal
mmHg mmHg
2 Suhu 36,8 36,6-37,2 Normal
OBJEKTIF
3 Nadi 20x/menit 60- Rendah
100x/menit
4 Pernafasan 78x/menit 16-20x/menit Tinggi
5 Kadar Gula 250 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi
Darah Sewaktu
6 LDL 200 mg/dL < 100mg/dL Tinggi

7 HDL 35 mg/dL ≥60 mg/dL Rendah

8 Trigliserida 230 mg/dL < 150 mg/dL Tinggi

22
◦ Dilihat dari riwayat pengobatan, pasien
mengkonsumsi Dilantin 400 mg/hari dua tahun
terakhir. Dari pernyataan tersebut kita dapat
menyimpulkan bahwa pasien pernah menderita
epilepsi sebelumnya. Sehingga pasien di
ASSESMENT diagnosis terkena epilepsi kembali (kambuh).
◦ Dari data hasil test laboratorium menunjukkan
kadar LDL pasien > 100 mg/dL yaitu 200
mg/dL sehingga pasien perlu mendapatkan
pengobatan untuk kolesterolnya.

23
1. Tujuan terapi
Mengupayakan tercapainya kualitas hidup optimal untuk
penyandang epilepsi sesuai dengan perjalanan penyakit dan
disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya
Untuk penyandang epilepsi tujuannya adalah “bebas bangkitan
tanpa efek samping”
Untuk tercapainya tujuan tadi diperlukan beberapa upaya, antara
lain menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan
PLAN tanpa efek samping/dengan efek samping yang minimal,
menurunkan angka kesakitan dan kematian

2. Terapi non farmakologi


 Amati faktor pemicu
 Pembedahan
 Stimulasi nerves vagus ( vagus nerves stimulation, VNS)
 Pola hidup sehat, seperti diet katogenik dan istirahat
teratur

24
3. Terapi Farmakologi

a. Penanganan epilepsi
Tetap digunakan Dilantin 100 mg 3 kali sehari, Dilantin 100
mg ini digunakan untuk melihat efektif atau tidaknya obat ini
terhadap pasien, jika obat ini efektif untuk mengatasi epilepsi
yang diderita pasien, dapat dinyatakan bahwa pasien
mengalami epilepsi dengan jenis yang sama seperti
sebelumnya, dan jika efektivitasnya rendah kita bisa
menaikkan dosisnya sesuai dengan keadaan pasien.

b. Terapi lainnya
Antihiperlipidemia : Simvastatin 40 mg/hari

25
Pemilihan Obat Rasional
TEPAT INDIKASI
Nama Obat Indikasi Mekanisme Aksi Keterangan
Fenitoin Epilepsi semua jenis memblokade pergerakan ion melalui Tepat indikasi
kecuali petit mal dan kanal Na dengan menurunkan aliran Na
status epileptikus yang tersisa maupun aliran ion Na yang
mengalir selama penyebaran potensial
aksi

TEPAT OBAT
Nama Obat Alasan sebagai drug of choice Keterangan
Fenitoin Merupakan OAE yang pernah digunakan Tepat obat
oleh pasien dan digunakan untuk terapi
TEPAT PASIEN pemeliharaan dan pengontrolan

Nama Obat Kontra Indikasi Keterangan


Fenitoin Hipersensitif dengan fenitoin Tepat pasien tidak
ada riwayat alergi

26
TEPAT DOSIS
Nama Obat Dosis Pemeliharaan Dosis yang diberikan Keterangan
Fenitoin Dewasa300-600 400 mg/hari Tepat dosis
mg/hari

WASPADA EFEK SAMPING

Nama Obat Efek Samping Obat Saran


Fenitoin Mengantuk, ataksia, toksisitas kronik, hipertrofi gusi, Beristirahat yang cukup dan jangan
jerawat, wajah menjadi kasar, hirsutisme, erupsi kulit, melakukan aktivitas diluar rumah.
limfadenopati, depresi SSP sehingga mengakibatkan Untuk mengatasi demam yang bila
lemah, kelelahan, dan gangguan penglihatan timbul dapat diberikan ibuprofen
(penglihatan berganda) dan disfungsi korteks. syrup. Dan berikan vit B complex jika
efek samping fenitoin anemia terjadi.

27
Monitoring 2. Simvastatin
1. Dilantin (Fenitoin) Parameter monitoring :
Parameter monitoring :  Pemeriksaan kadar LDL
Monitoring  Monitoring konsentrasi obat
dan HDL

dan Follow dalam darah dan


perkembangan dari bangkitan Follow Up
Up epilepsi
 Ketepatan regimen dan
 Monitoring ESO kepatuhan pasien dalam
 Monitoring fungsi hati mengkonsumsi obat
 Monitoring tekanan darah  Keadaan epilepsi pasien
 Monitoring EEG

28
 Memberikan penjelasan tentang epilepsi dan perawatan epilepsi
 Pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien epilepsi
 Bagaimana mengenali serangan epilepsi dan tingkat keparahannya; serta hal-hal
yang harus dilakukan apabila terjadi serangan termasuk mencari pertolongan
apabila diperlukan.
 Upaya pencegahan serangan pada pasien epilepsi yang berbeda antara satu individu
Komunikasi dengan individu lainnya yaitu dengan mengenali faktor pencetus seperti demam,
Informasi gangguan penyakit lain, merokok, alergi, penggunaan obat tertentu, stress.

Edukasi
Pengobatan epilepsi sangat individualis dan tergantung pada tingkat keparahan
epilepsi.
(KIE)  Secara garis besar pengobatan epilepsi dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
Pengobatan simptomatik , obat-obat yang digunakan pada serangan epilepsi dan
bekerja cepat/segera bekerja. Pengobatan pencegahan, obat-obat yang digunakan
secara rutin untuk mencegah/ mengontrol terjadinya serangan epilepsi.
 Kapan obat-obat epilepsi dipergunakan, bagaimana cara menggunakannya
(sebaiknya dengan peragaan), seberapa banyak/sering/lama obat-obat tersebut
digunakan, efek samping apa yang mungkin dialami oleh pasien serta cara
mencegah atau meminimalkan efek samping tersebut.
29
 Bagaimana cara penyimpanan obat epilepsi.
 Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang dan kepatuhan dalam
berobat dan pengobatan sangat diharapkan.
 Apabila ada keluhan pasien dalam menggunakan obat segera laporkan ke dokter
atau apoteker.

Komunikasi  Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, sebaiknya dokter


menurunkan dosisnya secara bertahap sebelum dihentikan sama sekali.
Informasi  Jika ada dosis yang terlewat diminum segera diminum obatnya. Namun jika sudah
Edukasi mendekati waktu minum dosis berikutnya, cukup meminum 1 dosis obat tersebut
sesuai jadwal minum obat yang seharusnya. Jangan gandakan (meminum 2 dosis
(KIE) sekaligus). Tetapi jika terlewat lebih dari 1 dosis sehari, segera beri tahu dokter.
 Jangan meminum obat ini lebih dari dosis yang telah ditentukan, jangan meminum
lebih sering dari frekuensi minum obat yang telah ditetapkan, dan jangan diminum
untuk jangka waktu yang lebih lama dari yang telah disarankan oleh dokter.
 Makanan dapat meningkatkan bioavailabilitas (ketersediaan hayati) obat.
 Penyimpanan obat jauhkan dari jangkauan anak-anak dan simpanlah dari tempat
yang terlindung dari api atau cahaya.

30
THANKS!
Any questions?

31

Anda mungkin juga menyukai