GASTROENTERITIS
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral penyebab utama infeksi bakteri (vibrio, E. Coli, salmonella, singgela).
2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat : disakarida, monosakarida. Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengonsumsi makanan besi, beracun, dan terhadap jenis alergi tertentu.
4. Faktor psikologis
Buang air besar dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (100-200 ml perjam tinja) dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) .
Gastroenteritis terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melawan
lambung mikroorganisme berkembang biak, dan mengeluarkan toksin akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi. Selanjutnya menimbulkan diare, mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang
diproduksi agen bakteri (E. Coli dan vibrio cholera). Akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal, yang menghasilkan Kerusakan sel-sel yang terinflamasi.
Beberapa mikroorganisme seperti singgela menyebabkan terjadinya destruksi serta inflamasi.
z
MANIFESTASI KLINIS
2. zPemeriksaan darah.
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
6. Kejang
7. Malnutrisi energi
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
z
1. Identitas. Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2tahun pertama kehidupan. Insiden yang
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar.
2. Keluhan utama.
3. Riwayat penyakit sekarang. BAB warna kuning kehijauan bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
4. Riwayat nutrisi.
1. Kekurangan volume cairan behubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (diare, muntah)
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (muntah,diare)
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Kekurangan volume cairan dapat
teratasi dengan kriteria hasil keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, status nutrisi yang adekuat
asupan makanan dan cairan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Intervasi :
1. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan volume cairan. Rasional: untuk mempermudah
perhitungan balance cairan.
2. Pantau status hidrasi misal kelembaban membran mukosa, keadekutan nadi. Rasional untuk
menentukan tingkat dehidrasi.
4. Manajemen nutrisi misal diet makanan padat, pantau asupan makan klien. Rasional Untuk
menyediakan asupan.
z
2. Hipertensi berhungan dengan penyakit (proses infeksi).
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam maka hipertermi dapat berkurang
dengan kriteria hasil suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi
dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna kulit tidak ada.
Intervensi :
1. Kaji kenaikan suhu tubuh. Rasional suhu 38°-40° C menunjukkan proses infeksi sehingga
membantu untuk menentukan intervensi yang tepat.
3. Pantau suhu badan minimal setiap dua jam atau sesuai kebutuhan. Rasional indikator
perkembangan kondisi pasien.
4. Berikan kompres air hangat pada kening, ketiak dan lipatan paha. Rasional untuk Menurunkan
hipertermi melalui proses evaporasi.
3. Nutrisi kurang darizkebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil asupan makanan dan cairan adekuat, mempertahankan berat badan
atau Pertambahan berat badan, ada kemauan untuk makan, tidak muntah setelah makan .
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien serta intake dan outputnya. Rasional untuk mengetahui status nutrisi
pasien.
2. Timbang BB setiap hari. Rasional untuk mengetahui apakah ada penurunan BB atau tidak karena
ini indikator perubahan status nutrisi.
3. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makan. Respon untuk Mengkaji toleransi
pemberian makan.