Anda di halaman 1dari 13

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS

TERHADAP AKTA KETIKA PARA PIHAK


MEMALSUKAN DOKUMEN

Kelompok 2
Alfadhilah Senja Aulia Puteri (19921002)
Clara Venesia Inma (19921008)
Erwina Junita Sari (19921016)
Fadly Muchsin (19921017)
Intan Nasta Dewi (19921026)
Karina Darojatun Agnia (19921027)
M. Zaky Ridho Subakti (19921031)
Latar Belakang
Notaris merupakan pejabat negara yang mempunyai wewenang untuk membuat akta
autentik, yang mana akta notaris tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti untuk menjamin
atau pengingat suatu peristiwa-peristiwa yang terjadi sehingga akta tersebut dijadikan sebagai
pembuktian. Namun dalam prakreknya banyak ditemukan notaris yang dipermasalahkan oleh
para pihak karena melakukan suatu perbuatan tindak pidana yaitu memberikan keterangan
palsu dalam pembuatan akta. Faktanya notaris membuat suatu akta berdasarkan kebenaran
secara formal sesuai dengan kehendak dan keterangan yang diberikan oleh para pihak di
depan Pejabat Umum (Notaris). Realitanya di dalam masyarakat banyak ditemukan para
pihak yang memberikan keterangan yang tidak sesuai denga peristiwa yang ada atau
dikatakan tidak benar (palsu).
Akan tetapi, ketika adanya permasalahan terkait dengan tugas notaris adalah pembuatan akta
notaris yang didasarkan pada keterangan/pernyataan palsu sehingga bagaimana tanggung
jawab notaris dalam pembuatan akta berdasarkan keterangan palsu para pihak?
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana tanggung jawab notaris terkait akta yang dibuatnya berdasarkan pemalsuan
dokumen dari para pihak ?
A. TINJAUAN MENGENAI JABATAN NOTARIS

Pengertian notaris diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
disebutkan bahwa notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya berdasarkan undang-undang. Notaris diberikan
kekuasaan dalam melakukan pelayanan hukum perdata kepada masyarakat guna
terciptanya kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum.
Kewajiban notaris sendiri diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUJN, apabila kewajiban tersebut
dilanggar maka akan dikenakan sanksi sebagaimana dalam Pasal 85 UUJN berupa peringatan
tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, atau pemberhentian dengan
tidak hormat.

Notaris dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk selalu mengikuti etika yang sudah
disepakati bersama dalam bentuk kode etik. Kode etik merupakan norma atau peraturan yang
praktis mengenai suatu profesi, baik tertulis maupun tidak tertulis.
B. KEWENANGAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA
Kewenangan notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
disebutkan bahwa ada empat belas kewenangan notaris salah satu diantaranya yaitu dalam
Pasal 1 angka 1 UUJN dan Pasal 15 UUJN menyebutkan bahwa kewenangan notaris adalah
membuat akta autentik, dan dalam hal ini notaris membuat suatu akta autentik berperan untuk
merealisasikan apa yang dikemukakan oleh para pihak.

Isi dari Akta autentik yang dibuat oleh Notaris harus sesuai dengan kehendak dan maksud
dari para pihak. Akta otentik merupakan bukti sempurna bagi kedua belah pihak serta
sekalian orang yang mendapatkan hak dari padanya apa yang tersebut di dalamnya perihal
pokok masalah dan isi dari akta autentik itu dianggap tidak dapat disangkal kebenarannya,
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa apa yang dibuat oleh Notaris itu tidak benar.
C. PERTANGGUNG JAWABAN NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUAT
BERDASARKAN DOKUMEN PALSU PARA PIHAK
Akta merupakan surat yang diberi tanda tangan yang memuat peristiwa-peristiwa hukum,
yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan yang dubuat untuk tujuan pembuktian. Akta
autentik merupakan suatu kepastian hukum yang mana diperoleh dari alat bukti yang
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
Banyanya fenomena yang menyangkut notaris salah satunya adalah dalam pembuatan akta
para pihak yang menghadap kepada notaris memberikan surat-suart atau keterangan palsu
sehingga hal ini membawa notaris kesuatu permasalahan pidana yang mana dianggap
sebagai pihak yang turut serta dalam melakukan kejahatan.
Sebagai contoh Tjondro Santoso SH, Notaris di sukoharjo yang membuat Partij akta berupa
pernyataan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Indoveneer utama (PT.IVU) yang
dijadikan terdakwa dan di pengadilan tingkat pertama dijatuhi hukuman 2 Tahun, sedangkan
penghadap yang merupakan kuasa dari risalah Rapat Umum Pemegang Saham di bawah
tangan untuk menuangkan RUPS kedalam pernyataan keputusan Rapat yang di dakwa
memalsukan keterangan palsu kedalam akta autentik justru bebas, dan memperoleh kekuatan
hukum tetap .
Menurut Hatta Isnaini Wahyu Utomo, yang paling utama dalam pembuatan akta notaris
adalah harus ada keingininan atau kehendak dan permintaan para pihak. Jika keinginan para
pihak tidak ada maka tidak akan lahirnya hukum yaitu akta yang dibuat oleh notaris. Para
pihak yang menghadap ke notaris agar perbuatan atau tindakan hukumnya di formulasikan ke
dalam suatu akta autentik sesuai dengan kewenangan notaris dalam artian notaris akan
membuat suatu akta atas permintaan dan keinginan dari penghadap atau para pihak tersebut.
Sesuai dengan syarat sahnya perjanjian yang mana jika tidak terpenuhi maka akta tersebut
batal demi hukum.
Notaris dalam membuat suatu akta memerlukan kehati-hatian dan selalu berdasar pada
peraturan perundang-undangan. Notaris harus bertanggung jawab apabila membuat suatu
kesalahan atau pelanggaran yang disengaja akan tetapi jika unsur kesalahan tersebut bukan
berasal dari Notaris maka Notaris tidak berhak bertanggung jawab karena Notaris mencatat
apa yang disampaikan oleh para pihak untuk dituangkan ke dalam akta sesuai dengan
syarat yang ada.
Keterangan palsu yang disampaikan oleh para pihak akan menjadi tanggung jawab para
pihak sendiri. Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Notaris apabila penipuan atau
tipu muslihat itu bersumber dari Notaris sendiri. Notaris dapat terlepas dari tanggung
jawab secara hukum akibat kesalahan dalam akta yang dibuatnya, sepanjang apa yang
membuat kesalahan tersebut merupakan kesalahan pihak lain, atau keterangan atau bukti
surat yang disampaikan oleh para pihak.
Kesimpulan
Pertanggung jawaban notaris terkait dengan akta yang dibuatnya apabila pihak yang
menghadap memberikan keterangan palsu adalah sepanjang notaris tidak mengetahui bahwa
keterangan yang diberikan palsu dan sepanjang notaris melaksanakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kode etik, maka notaris tidak dapat
dipersalahkan telah memberikan keterangan palsu dan tidak dapat dipertanggung jawabkan
atas akta yang dibuatnya. Karena notaris dalam hal membuat akta harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan dalam hal ini notaris tidak
mengetahui bahwa keterangan yang diberikan oleh para pihak adalah palsu maka notaris tidak
bertanggung jawab atas permasalahan tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai