Oleh :
Sumita Sivanganam 0810714034
Ardhian Wardana 09107140027
D : pernah sakit tbc pak? Minum obat yang selama 6 bulan gak putus?
P : oh, pernah dok, sekitar 1 tahun lalu.
Anamnesa
D : apakah kedua kaki yang terkena? bagian kaki yang mana yang tidak bisa digerakkan?
P : kedua kaki saya, dulu masih bisa buat jalan walaupun sedikit lemah. Tapi makin lama
makin gak bisa buat jalan.
Pada pasien dengan spondylitis TB, keluhan yang sering ada adalah
kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai kaki.
Penyempitan pada kanalis spinalis serta dekstruksi pada vertebrae
menyebabkan defisit neurologis, khususnya anggota gerak badan bawah.
Keluhan berawal dari paraparese hingga berkembang menjadi paraplegia
Anamnesa
D : Sudah berapa lama keluhan tersebut dirasakan? Apakah mendadak? Atau perlahan?
P : sudah hampir 1 tahun mungkin
Mikobakteria menyebar melalui aliran darah yang menyuplai daerah diskus dan
pada sinovium efusi cairan dan presipitasi fibrin jaringan granulasi dapat
Infeksi pada awalnya sering menginfeksi vertebra torakal pada bagian anterior
vertebra di sekitarnya
Derajat keparahan (Kumar, 1985)
Tujuan terapi
• mengeradikasi infeksi atau menahan
progresifitas penyakit
• Mencegah deformitas atau defisit neurologis
• mengkoreksi deformitas atau defisit neurologis
Untuk mencapai tujuan :
• Terapi konservatif
• Terapi operatif
Tirah baring
Pemberian nutrisi
yang bergizi
TERAPI
KONSERVATIF
Pemberian
kemoterapi dengan
terapi anti
tuberkulosa
Pemasangan brace
prinsip utama terapi : Pemberian kemoterapi anti
tuberkulosa(OAT) pada seluruh kasus termasuk
tuberkulosa tulang belakang
Pemberian dini OAT dapat secara signifikan
mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Adanya respon yang baik terhadap OAT
penegakkan diagnostik
(Pedoman nasional tb anak, 2005)
Standar pengobatan di indonesia
berdasarkan program P2TB paru
Kategori 1:
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+),
diberikan dalam 2 tahap ;
Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, INH 300mg, Etambutol 1000
mg, dan Pirazinamid 1500 mg. Obat ini diberikan setiap
hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali
seminggu (intermitten) selama 4 bulan (54 kali).
Lamanya pengobatan Dosis per hari Jumlah hari/kali
menelan obat
Tablet Isoniazid @ 300 mg Tablet Rifampicin @ 450 mg
Tablet Pyrazinamid @ 500 mg Tablet Etambutol @ 250 mg
2 bulan RHZE
4 bulan RH
Standar pengobatan di indonesia
berdasarkan program P2TB paru
Kategori 2
Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama
sebulan, termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal
yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :
Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin
450 mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini
diberikan setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama
(60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).
Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol
1250 mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5
bulan (66 kali).
2RHZES/ 1 RHZE/ 5RHE atau RHZES/1RHZE / sesuai uji resistensi
(Pedoman diagnosis & penatalaksanaan TB di indonesia,
2010)
Pemasangan gips atau brace
Tujuan
melindungi tulang belakangnya dalam posisi ekstensi
terutama pada keadaan yang akut atau fase aktif.
mencegah pergerakan dan mengurangi kompresi dan
deformitas lebih lanjut
Tindakan ini biasanya dilakukan
penyakit yang telah lanjut
bila tidak tersedia keterampilan dan fasilitas yang
cukup untuk melakukan operasi
terdapat masalah teknik yang terlalu membahayakan.
Pemasangan gips bergantung pada level lesi.
Pada daerah servikal -jaket Minerva
daerah vertebra torakal, torakolumbal dan lumbal
-body cast jacket
daerah lumbal bawah, lumbosakral dan sakral-
body jacket atau korset dari gips yang disertai
dengan fiksasi salah satu sisi panggul
TERAPI OPERATIF
Indikasi
Jarang
Indikasi
relatif
Indikasi
absolut
Indikasi absolut
Paraplegia onset selama konservatif
Paraplegia yang menjadi memburuk atau tetap statis (+konservatif)
Hilangnya kekuatan motorik secara lengkap selama 1 bulan
(+konservatif)
Paraplegia disertai dengan spastisitas yang tidak terkontrol
sehingga tirah baring dan immobilisasi menjadi sesuatu yang tidak
memungkinkan atau terdapat resiko adanya nekrosis karena
tekanan pada kulit.
Paraplegia berat dengan onset yang cepat, mengindikasikan
tekanan yang besar yang tidak biasa terjadi dari abses atau
kecelakaan mekanis; dapat juga disebabkan karena trombosis
vaskuler yang tidak dapat terdiagnosa
Paraplegia berat; paraplegia flasid, paraplegia dalam posisi fleksi,
hilangnya sensibilitas secara lengkap, atau hilangnya kekuatan
motorik selama lebih dari 6 bulan (-konservatif)
Indikasi relatif