Anda di halaman 1dari 34

SPONDILITIS TB

Oleh :
Sumita Sivanganam 0810714034
Ardhian Wardana 09107140027

Pembimbing : dr. Masruroh Rahayu, MKes


Definisi Epidemiologi
• Spondilitis tuberkulosis atau Pott’s • Berdasarkan WHO, pada tahun 2009
disease adalah penyakit infeksi yang terdapat 9,4 juta kejadian, dan 1,3 juta di
disebabkan oleh Mycobacterium antaranya meninggal dunia. Kejadian
tuberculosis yang mengenai tulang tuberculosis terbanyak adalah di Asia
belakang. yaitu 55% kasus tuberculosis
• Spondilitis tuberkulosis yang paling
sering terjadi yaitu sekitar 50 % dari TB
tulang, 15% dari kasus TB
ekstrapulmonal, dan 1%-2% dari seluruh
kasus TB
• Pada negara berkembang, penyakit
timbul akibat reaktivasi penyakit TB dan
lebih sering terjadi pada orang dewasa
• Kasus tuberkulosis spinal terbanyak
adalah pada daerah vertebra torakal
bagian bawah dan torakolumbalis
• Sakit punggung merupakan gejala yang
paling sering terjadi yaitu lebih dari 80%
pasien
• Defisit neurologis terjadi pada 16-89%
kasus spondilitis TB
Anamnesa
(gejala konstitusional)
D : punya batuk lama dan berlendir? Sesak nafas?
P : dulu pernah berbulan-bulan, lendirnya warna hijau. Kadang sesak dok kalau malam
hari

D : keringat dingin saat malam hari?


P : kadang-kadang ada dok

D : penurunan berat badan?


P : berat badan saya turun 10 kilo dalam 2 bulan dok.

D : ada demam sumer-sumer gak pak?


P : ada kadang2, terus hilang sendiri kadang muncul lagi.

D : pernah sakit tbc pak? Minum obat yang selama 6 bulan gak putus?
P : oh, pernah dok, sekitar 1 tahun lalu.
Anamnesa

D : Apa keluhan yang anda rasakan?


P : Kaki saya terasa susah untuk digerakkan, dokter

 Kelemahan/kelumpuhan pada kaki (paraplegia)


adalah gejala pada Spondylitis TB, namun masih
belum spesifik
 Masih diperlukan anamnesis yang lengkap untuk
mengarahkan diagnosis
Anamnesa

D : apakah kedua kaki yang terkena? bagian kaki yang mana yang tidak bisa digerakkan?
P : kedua kaki saya, dulu masih bisa buat jalan walaupun sedikit lemah. Tapi makin lama
makin gak bisa buat jalan.

 Pada pasien dengan spondylitis TB, keluhan yang sering ada adalah
kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai kaki.
 Penyempitan pada kanalis spinalis serta dekstruksi pada vertebrae
menyebabkan defisit neurologis, khususnya anggota gerak badan bawah.
 Keluhan berawal dari paraparese hingga berkembang menjadi paraplegia
Anamnesa

D : Sudah berapa lama keluhan tersebut dirasakan? Apakah mendadak? Atau perlahan?
P : sudah hampir 1 tahun mungkin

 Spondilitis TB berlangsung lama, hingga


menimbulkan gejala. Bisa bulanan hingga tahunan.
Anamnesa
D : ada nyeri di punggung pak? Menjalar atau menetap? Memberat saat kapan?
P : ada dok, nyeri di punggung tengah, tidak menjalar, dan tambah berat saat dibuat
bergerak

 Intensitas sakit punggung bervariasi dari nyeri


tumpul ringan hingga sangat nyeri. Biasanya nyeri
terlokalisir pada daerah yang terinfeksi. Nyeri
diperberat dengan pergerakan tulang belakang,
batuk karena kerusakan diskus, instabilitas, kompresi
syaraf, dan fraktur patologis.
Patofisiologi
 Paru merupakan port d’entrée dari 98% kasus infeksi TB

 Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh.

 Mikobakteria menyebar melalui aliran darah yang menyuplai daerah diskus dan

metafisis  erosi diskus dan osteomyelitis di daerah sekitarnya + reaksi inflamasi

pada sinovium  efusi cairan dan presipitasi fibrin  jaringan granulasi dapat

mengerosi tulang  demineralisasi dan nekrosis + menyempitnya kanalis 

deformitas + kompresi spinal cord  defisit neurologis.

 Infeksi pada awalnya sering menginfeksi vertebra torakal pada bagian anterior

posterior dan kemudian menyebar ke diskus intervertebralis lalu baru menyebar ke

vertebra di sekitarnya
Derajat keparahan (Kumar, 1985)

Derajat I : Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi


setelah melakukan aktifitas atau setelah berjalan jauh.

Derajat II : Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah


tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.

Derajat III : Terdapat kelemahan pada anggota gerak


bawah yang membatasi gerak/aktivitas penderita serta
hipestesi/anestesia

Derajat IV : Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris


disertai gangguan defekasi dan miksi. Tuberkulosis
paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini
atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya
Tipe 1 : satu level diskus dan infiltrasi jaringan lunak tanpa
abses, kolaps, dan defisit neurologis.

Tipe 1A : lesi hanya terbatas pada vertebra sehingga


manajemennya adalah biopsy dan terapi medis.

Tipe 1B : pembentukan abses melebihi vertebra dan


manajemnnya debridement.

Tipe 2 : degenerasi 1 atau 2 level diskus, pembentukan abses,


dan kifosis ringan, terdapat defisit neurologis

Tipe 3 : degenerasi 2 atau 3 level diskus, pembentukan abses,


instabilitas, dan deformitas yang tidak dapat diatasi dengan
pembedahan, hanya dekompresi dan stabilisasi

Oguz et al, 2008


Diagnosis...
• Nyeri punggung
• Gejala konstitusional
Anamnesis • Gejala neurologis

• Local tenderness atau muscle spasm


Pemeriksaan • Cold abscess
fisik

• Laboratorium (DL, BTA)


Pemeriksaan • Plain foto
penunjang
Tanda, gejala klinis, & pemeriksaan fisik
Gejala awal : Pemeriksaan fisik
• Nyeri punggung
• Progresif • Cold abses
Gejala • Nyeri tekan
konstitusional • Nyeri tumpul ringan
hingga sangat nyeri • Deformitas (kifosis, gibbus)
• demam, keringat • Defisit neurologis
malam, kehilangan • Diperberat dengan
berat badan aktivitas dan gerakan
mendadak (batuk,
bersin)
• Spasme otot
Gejala neurologis :
• Parestesia
• Gangguan sensoris Gejala pada v. servikalis
• Kelemahan pada (lebih berat) :
ekstremitas - Tortikolis
• paraplegia - Sakil atau kaku pada leher
- Disfagia
- Hemiparesis
- kuadriparesis
 Tuberculin skin test (Mantoux test) : deteksi adanya infeksi tanpa manifestasi (+)
 LED : untuk monitor terapi
 PCR : untuk hasil smear – namun kecurigaan tinggi
 Mikrobiologi : BTA (+) dan kultur
 Radiologi :
 X-ray : destruksi korpus vertebra bagian anterior, peningkatan wedging
anterior, kolaps korpus vertebra
 Ct scan : lesi litik irregular, kolaps disk dan kerusakan tulang, abses,
jaringan lunak
 MRI : perubahan osteolitik, penyempitan diskus, penipisan vertebra, jaringan
lunak kompresi, dan erosi endplate
 Biopsi tulang : BTA + dan kultur untuk kasus meragukan, respons terapi buruk,
kecurigaan resistensi  diagnosis definitif
MANAJEMEN TERAPI

Tujuan terapi
• mengeradikasi infeksi atau menahan
progresifitas penyakit
• Mencegah deformitas atau defisit neurologis
• mengkoreksi deformitas atau defisit neurologis
Untuk mencapai tujuan :
• Terapi konservatif
• Terapi operatif
Tirah baring

Pemberian nutrisi
yang bergizi
TERAPI
KONSERVATIF
Pemberian
kemoterapi dengan
terapi anti
tuberkulosa

Pemasangan brace
 prinsip utama terapi : Pemberian kemoterapi anti
tuberkulosa(OAT) pada seluruh kasus termasuk
tuberkulosa tulang belakang
 Pemberian dini OAT dapat secara signifikan
mengurangi morbiditas dan mortalitas.
 Adanya respon yang baik terhadap OAT 
penegakkan diagnostik
(Pedoman nasional tb anak, 2005)
Standar pengobatan di indonesia
berdasarkan program P2TB paru
 Kategori 1:
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA(-)/rontgen (+),
diberikan dalam 2 tahap ;
Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, INH 300mg, Etambutol 1000
mg, dan Pirazinamid 1500 mg. Obat ini diberikan setiap
hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali
seminggu (intermitten) selama 4 bulan (54 kali).
Lamanya pengobatan Dosis per hari Jumlah hari/kali
menelan obat
Tablet Isoniazid @ 300 mg Tablet Rifampicin @ 450 mg
Tablet Pyrazinamid @ 500 mg Tablet Etambutol @ 250 mg
2 bulan RHZE
4 bulan RH
Standar pengobatan di indonesia
berdasarkan program P2TB paru
 Kategori 2
Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama
sebulan, termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal
yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :
 Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin
450 mg, Pirazinamid 1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini
diberikan setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama
(60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).
 Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol
1250 mg. Obat diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 5
bulan (66 kali).
 2RHZES/ 1 RHZE/ 5RHE atau RHZES/1RHZE / sesuai uji resistensi
(Pedoman diagnosis & penatalaksanaan TB di indonesia,
2010)
Pemasangan gips atau brace
 Tujuan
 melindungi tulang belakangnya dalam posisi ekstensi
terutama pada keadaan yang akut atau fase aktif.
 mencegah pergerakan dan mengurangi kompresi dan
deformitas lebih lanjut
 Tindakan ini biasanya dilakukan
 penyakit yang telah lanjut
 bila tidak tersedia keterampilan dan fasilitas yang
cukup untuk melakukan operasi
 terdapat masalah teknik yang terlalu membahayakan.
 Pemasangan gips bergantung pada level lesi.
 Pada daerah servikal -jaket Minerva
 daerah vertebra torakal, torakolumbal dan lumbal
-body cast jacket
 daerah lumbal bawah, lumbosakral dan sakral-
body jacket atau korset dari gips yang disertai
dengan fiksasi salah satu sisi panggul
TERAPI OPERATIF

bermanfaat untuk pasien yang mempunyai lesi


kompresif secara radiologis dan menyebabkan
timbulnya kelainan neurologis

Tindakan operasi juga dilakukan bila setelah 3-4


minggu pemberian terapi obat anti tuberkulosa
dan tirah baring (terapi konservatif) dilakukan
tetapi tidak memberikan respon yang baik
INDIKASI OPERASI

Indikasi
Jarang

Indikasi
relatif

Indikasi
absolut
Indikasi absolut
 Paraplegia onset selama konservatif
 Paraplegia yang menjadi memburuk atau tetap statis (+konservatif)
 Hilangnya kekuatan motorik secara lengkap selama 1 bulan
(+konservatif)
 Paraplegia disertai dengan spastisitas yang tidak terkontrol
sehingga tirah baring dan immobilisasi menjadi sesuatu yang tidak
memungkinkan atau terdapat resiko adanya nekrosis karena
tekanan pada kulit.
 Paraplegia berat dengan onset yang cepat, mengindikasikan
tekanan yang besar yang tidak biasa terjadi dari abses atau
kecelakaan mekanis; dapat juga disebabkan karena trombosis
vaskuler yang tidak dapat terdiagnosa
 Paraplegia berat; paraplegia flasid, paraplegia dalam posisi fleksi,
hilangnya sensibilitas secara lengkap, atau hilangnya kekuatan
motorik selama lebih dari 6 bulan (-konservatif)
Indikasi relatif

 Paraplegia yang rekuren bahwa dengan paralisis


ringan sebelumnya
 Paraplegia pada usia lanjut, indikasi untuk operasi
diperkuat karena kemungkinan pengaruh buruk
dari immobilisasi
 Paraplegia yang disertai nyeri, nyeri dapat
disebabkan karena spasme atau kompresi syaraf
 Komplikasi seperti infeksi traktur urinarius atau batu
Indikasi yang jarang

 Posterior spinal disease


 Spinal tumor syndrome
 Paralisis berat sekunder terhadap penyakit servikal
 Paralisis berat karena sindrom kauda ekuina
PROGNOSA

kondisi durasi terapi


usia kesehatan derajat defisit yang
umum berat neurologis diberikan
pasien
RINGKASAN
insidensi di dunia telah berkurang dengan
adanya perbaikan distribusi pelayanan
kesehatan dan perkembangan regimen
kemoterapi yang efektif

penyakit ini akan menjadi suatu masalah


kesehatan di negara-negara yang belum
dan sedang berkembang
obat anti tuberkulosa biasanya bersifat kuratif,
morbiditas yang berhubungan dengan deformitas
spinal, nyeri dan gejala sisa neurologis dapat
dikurangi secara agresif dengan intervensi
operasi, program rehabilitasi serta kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga dan tim
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai