Anda di halaman 1dari 25

By

Ni Md Wira Santhy,S.Farm.,Apt.
Jenis:
1. Bronkitis akut : peradangan akut pada bronkus dan
cabang-cabangnya, yang mengakibatkan terjadinya
edema dan pembentukan mukus.
2. Bronkitis Kronik : gangguan batuk kronik dengan
dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari
minimal tiga bulan dalam setahun selama dua
tahun berturut-turut.
PENATALAKSANAAN TERAPI
Tujuannya untuk mengatasi :
1.Hipersekresi bronkus
2.Sumbatan jalan napas
3.Infeksi bronkus
4.Kor pulmonale
5.Gagal napas

Terapi:
# Nonfarmakologi
1. Istirahat
Istirahat dan bebas merokok
2. Diet
Minum cukup
# Farmakologi
1. Ekspektoransia bila batuk berdahak, antitussif bila batuk kering
2. Bronkodilator
3. Kalau sesak dapat di beri O2
4. Bila ada infeksi (sputum mukopurulen) di beri antibotik.
5. Kalau terjadi kor pulmonaledi beri digoksin
ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
Definisi : Infeksi saluran pernafasan bagian atas adalah infeksi-infeksi yang
terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas di sebelah atas laring.

Penyebab : adalah virus, bakteri dan jamur.

ISPA meliputi: proses radang akut yang melibatkan hidung, sinus pranasal, ruang
telinga tengah, orofaring dan tonsil, jaringan peritonsiler atau ritrofaring, dan daerah
laringo-epiglotis.

ISPA dapat berupa: salesma (common cold), sinusitis dan tonsilitis akut.
Selesma (common cold)

Salesma adalah gabungan berbagai gejala yang mengganggu


saluran nafas bagian atas utamanya selaput lendir, keadaan
ini juga seringkali disebut flu, rhinitis akut.
Common cold disebabkan oleh mediator radang lokal yang
merangsang serabut saraf nyeri dan sampai nekrosis sel
epitel terbatas.
Rata-rata penyakit salesma yang disebabkan oleh cold
rinovirus dan koronavirus yang berlangsung selama kurang
dari 1 minggu.
Gejala yang muncul pada permulaan salesma biasanya sangat
mendadak, seperti sekresi hidung cair, hidung tersumbat,
dan nyeri tenggorok ringan dengan renoria cepat yang
bertahan selama 2-4 hari, kemudian sedikit demi
sedikit sembuh
Terapi Non Obat:
1. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan
2. Meningkatkan gizi makanan dengan kalori dan protein yang tinggi untuk
menambah daya tahan tubuh.
3. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.
4. Banyak minum air, teh, sari buah untuk mengurangi rasa kering di tenggorokan,
mengencerkan dahak, dan membantu menurunkan demam.
5. Berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan

Terapi Obat (Simptomatik)


Antipiretik/analgetik:
# Asetosal
Dewasa: 0,5-1 g, maksimal 6 kali sehari
Anak 2-5 thn; 160-240 mg/hr
Anak 6-11 thn: 320-480 mg/hr
# parasetamol
Dewasa: 325-650mg,tiap 4 jam, maks 4 g sehari
Anak < 1 thn, 120 mg tiap 4 jam
Anak 1-5 thn, 250 mg tiap 4 jam
Anak 6-12 thn, 500 mg tiap 4 jam
# asam mefenamat
Dewasa: 500 mg, 3-4 kali sehari
Anak-anak: 10 mg/kg BB, 3 kali sehari
Antihistamin:
# CTM
Dewasa: 2-4 mg, 3-4 kali sehari
Anak-anak <12 tahun: 0,35mg/kg BB terbagi dalam 3-4 dosis
# Triprolidin
Dewasa: 2,5 mg, 3-4 kali sehari
Anak 1-2 thn: 0,3 mg, 3-4 kali sehari
Anak 2-4 thn: 0,6 mg, 3-4 kali sehari
Anak 4-6 thn: 0,9 mg, 3-4 kali sehari
Anak >6 tahun: 1,25 mg, 3-4 kali sehari
# Promethazin
Dewasa: 50-300 mg sehari
Anak 1-5 thn: 5-15 mg sehari
Anak 5-10 tahun: 10-25 mg sehari
Ekspektoran:
# Gliseril guaiakolat
Dewasa: 200-400 mg setiap 4 jam
Anak 2-6 thn: 50-100 mg tiap 4 jam
Anak 6-12 thn: 100-200 mg tiap 4 jam
# Amonium klorida
Dewasa: 300 mg tiap 4 jam
# Bromheksin
Dosis:
Dewasa: 4-8 mg tiap 8 jam
Antitusif:
Bekerja sentral pada s usunan syaraf pusat, menekan pusat batuk & menaikkan
ambang rangsang batuk.
# Dekstrometorfan HBr
Dewasa: 10-20 mg, 3 kali sehari
Anak-anak: 5-10 mg, 3 kali sehari
# Difenhidramin HCl
Dewasa: 25 mg, 3-4 kali sehari
Anak 6-10 thn: 12,5 mg, 3-4 kali sehari
Dekongestan:
Berdasarkan cara pemberiannya dapat dibedakan menjadi dekongestan oral dan
dekongestan nasal
Dekongestan oral:
# Fenilpropanolamin: Dewasa: 25-50 mg, 3 kali sehari
# Fenilefrin :Dewasa: 20 mg, 3 kali sehari
# Pseudoefedrin :Dewasa: 60 mg, 3-4 kali sehari ; Anak: 1 mg/kg BB, 3-4 kali sehari
# Efedrin :Dewasa: 25-50 mg, 3 kali sehari
Dekongestan nasal:
# Oksimetazolin
Dewasa dan anak >6 thn: 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,05% pada setiap lubang hidung
Anak 2-5 tahun: 2-3 tetes oksimetazolin 0,025% pada setiap lubang hidung
Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus pranasal
Sinusitis dibedakan menjadi :
# Sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus pranasal sampai dengan selama 30 hari baik
dengan gejala yang menetap maupun berat.
Gejala menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya cairan dari hidung, batuk
di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14
hari, sedangkan yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah disamping adanya
secret hidung yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39o C) selama 3-4 hari.
# Sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari.
# Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun
waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan.
# Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu

Tatalaksana Terapi:
Non Farmakologi: Lihat pada salesma
Farmakologi:
1. Obat Simptomatik
2. Antibiotik (lihat Tabel)
ANTIBIOTIK DOSIS
SINUSITIS AKUT

Lini Pertama
Amoksisillin / Amoksisillin- Anak: 20-40 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis / 25-45 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.
clavulanat Dewasa: 3 x 500mg/ 2 x 875mg
Kotrimoxasol Anak: 6-12mg TMP/30-60mg SMX/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.
Dewasa: 2 x 2tab dewasa
Eritromisisn Anak: 30-50mg/kg/hari terbagi dalam 6jam. Dewasa: 4 x 250-500mg

Doksisiklin Dewasa: 2 x 100mg

Lini Kedua
Amoksisilin-clavulanat Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa: 2 x 875mg

Cefuroksim 2 x 500mg

Klaritromisin Anak: 15mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.


Dewasa: 2 x 250mg
Azitromisisn 1 x 500mg, kemudian 1 x 250mg selama 4 hari berikutnya.

Levofloxacin Dewasa: 1 x 250-500mg

SINUSITIS KRONIK
Amoksisilin-clavulanat Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa: 2 x 875mg

Azitromisin Anak: 10mg/kg pada hari 1 diikuti 5mg/kg selama 4 hari berikutnya.
Dewasa: 1 x 500mg, kemudian 1 x 250mg selama 4 hari
Levofloxacin Dewasa: 1 x 250-500mg
Faringitis/Tonsilitis
Penyebab bakterial faringitis dan tonsilitis yang paling
penting adalah streptococcus beta hemolitik group A
(S. pyogenes)
Penderita ini menampakkan serangan nyeri tenggorokan,
demam, disfagi dan lunaknya limfonodi, tetapi keparauan
tidak ada
Tatalaksana Terapi
Non Farmakologi: Lihat pada salesma
Farmakologi:
1. Obat Simptomatik
2. Antibiotik (lihat Tabel)
Antibiotik pada terapi faringitis
Antibiotik Dosis Lama Terapi
Lini Pertama
Penicilin G 1 x 1,2 juta U i.m. 1 dosis
(untuk psien yang tidak dapat menyelesaikan
terapi oral selama 10 hari)
Penicilin VK Anak: 2-3 x 250mg 10 hari
Dewasa: 2-3 x 500mg
Amoksisillin-Clavulanat Anak: 3 x 250mg 10 hari
Dewasa: 3 x 500mg

Lini Kedua
Eritromisin (untuk pasien alergi Penicilin) Anak: 4 x 250mg 10 hari
Dewasa: 4 x 500mg
Klaritromisin Anak: 15mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis. 5 hari
Dewasa: 2 250mg

Azitromisin 1 x 500mg, kemudian 1 x 250mg selama 4 5 hari


hari berikutnya.

Sefalosporin generasi satu Bervariasi sesuai agen 10 hari


atau dua
Levofloksasin (hindari untuk
anak maupun wanita hamil)
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

Definisi: penyakit obstruksi saluran nafas kronis dan progresif yang dikarakterisir
oleh adanya keterbatasan aliran udara yang bersifat irreversibel, yang
disebabkan oleh bronkitis kronis, emphysema atau keduanya.
Bronkitis kronik adalah keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang bronchial
secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari selama
sekurangnya tiga bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut -turut.

Emfisema: kelainan paru-paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas yang sifatnya
permanen mulai dari terminal bronchial sampai bagian distal (alveoli : saluran, kantong udara
dan dinding alveoli).
TATA LAKSANA TERAPI
TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Rehabilitasi paru-paru
 Perbaikan nutrisi
 Tidak ada obat yang dapat
menunda memburuknya fungsi
paru jika pasien tetap merokok
TERAPI FARMAKOLOGI
# Antikolinergik inhalasi → first line therapy, dosis harus cukup tinggi : 2 puff 4 – 6x/day; iika sulit,
gunakan nebulizer 0.5 mg setiap 4-6 jam prn, exp: ipratropium or oxytropium bromide
# Simpatomimetik → second line therapy : terbutalin, salbutamol
# Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik → untuk meningkatkan efektifitas
# Metil xantin → banyak ADR, dipakai jika yang lain tidak mempan
# Mukolitik → membantu pengenceran dahak, namun tidak memperbaiki aliran udara → masih
kontroversi, apakah bermanfaat secara klinis atau tidak
# Kortikosteroid → benefit is very limited, laporan tentang efektivitasnya masih bervariasi, kecuali
jika pasien juga memiliki riwayat asma
# Oksigen → untuk pasien hipoksemia, cor pulmonale. Digunakan jika baseline Pa O2 turun sampai
< 55 mmHg
# Antibiotik → digunakan bila ada tanda infeksi, bukan untuk maintenance therapy
# Vaksinasi → direkomendasikan untuk high-risk patients: vaksin pneumococcus (tiap 5-10 th) dan
vaksin influenza (tiap tahun)
Antibiotika yang direkomendasikan untuk eksaserbasi akut PPOK

Karakteristik pasien Patogen penyebab yang Terapi yang


mungkin direkomendasikan
•Eksaserbasi tanpa S. pneumoniae, H. •makrolid (azitromisin,
komplikasi influenzae,H. klaritromisin)
•< 4 x eksaserbasi setahun parainfluenzae, danM. •sefalosporin generasi 2 atau 3
•tidak ada penyakit catarrhalis •doksisiklin
penyerta umumnya tidak resisten
•FEV1 > 50%
•Eksaserbasi kompleks seperti di atas, ditambah H. •Amoksisilin/klavulanat
•umur > 65 th, influenza dan M. catarrhalis •Fluorokuinolon (levofloksasin,
•> 4 eksaserbasi pertahun penghasil beta-laktamase gatiflokasin, moksifloksasin)
•FEV1 < 50% tapi > 35 %
Eksaserbasi kompleks seperti di atas, ditambah P. •Fluorokuinolon (levofloksasin,
dengan risikoP. aeruginosa aeruginosa gatiflokasin, moksifloksasin)
•Terapi I.V. jika diperlukan :
sefalosporin generasi 3 atau 4
ASMA
Definisi: merupakan suatu penyakit yang dikarakteristikkan
dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronki
terhadap berbagai rangsangan dan bermanifestasi dengan
penyebaran penyempitan saluran napas yang beratnya dapat
berubah secara spontan atau sebagai hasil dari terapi.
Secara klinik, asma bronkial ditandai dengan serangan spasme
bronkus hebat dengan batuk, mengi dan dispneu.
Terapi Farmakologi
a. Beta agonists
Beta agonists (P-adrenergic agents)→lini pertama. Hal tersebut dikarenakan obat ini bekerja dengan
cara mendilatasikan otot polos. Agen adrenergik juga meningkatkan pergerakan silia, menurunkan
mediator kimia anafilaksis, dan dapat meningkatkan efek bronkolasi dari kortikosteroid. Agen
adrenergik yang sering digunakan antara lain epinephrine, albuterol, metaproterenol, isoproterenol,
isoetharine, dan terbutaline. Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi.

b. Bronkodilator
Obat-obatan bronkodilator golongan simpatomimetik yang selektif terhadap adrenoreseptor
(Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, lspenturin, dan Fenoterol). Selain itu, Obat-obatan tersebut
mempunyai sifat yang efektif dengan masa kerja lebih lama dan efek samping lebih kecil daripada
bentuk nonselektif (Adrenalin, Efedrin, dan Isoprendlin).
Penggunaanya, mula-mula diberikan sebanyak sedotan Metered Aerosol Defire (Afulpen Metered
Aerosol). Jika menunjukkan perbaikan, maka dapat diulang tiap empat jam dan jika tidak ada
perbaikan selama 10-15 menit segera berikan Aminophilin secara intravena. Pemberian Aminophilin
dengan perlahan disuntikkan secara intravena dalam durasi 5-10 menit. Efek samping yang timbul jika
diberikan secara tidak perlahan adalah menurunnya tekanan darah. Dosis awal yang diberikan sebesar
5-6 mg/kg BB untuk orang dewasa dan anak-anak. Sedangkan dosis penunjang yang diberikan adalah
sebesar 0,9 mg/kgBB/jam secara infus.
c. Kortikosteroid
Bila pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan
perbaikan, maka pengobatan dilanjutkan dengan 200 mg
hidrokortison secara oral atau dengan dosis 3-4 mg/Kg BB
intravena sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 2-4 jam
secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti
pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/Kg
BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi
secara bertahap.

d. Lain-lain
Pemberian oksigen menggunakan kanul hidung dengan
kecepatan aliran 0, 2-4 liter/menit yang dialirkan melalui air
untuk memberikan kelembapan.
Tuberculosis
Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Micobacterium tuberculosis) yang menyerang paru (80%) tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (sistemik).
Dapat juga menyerang anggota tubuh lain seperti telinga tengah,
tonsil/amandel, kantung jantung, saraf pusat, tulang dan otot, usus, alat
kelamin, hati dan organ dalam, anak ginjal, saluran kemih dan prostat.

Gejala TB yang timbul antara lain : batuk berdahak ≥ 2-3 minggu,


batuk berdarah, sesak nafas dan nyeri dada, nafsu makan berkurang, berat
badan menurun / menjadi kurus, demam tidak terlalu tinggi, keringat di
malam hari walaupun tidak beraktivitas.
Memang agak sulit membandingkan gejala TB dengan penyakit saluran
pernafasan lainnya tetapi untuk memastikan / penegakan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu : pemeriksaan dahak yang dikenal
dengan SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu).

Obat Antituberkulosis
Digolongkan dalam 2 kategori yakni OAT Primer dan OAT Sekunder.
# OAT Primer : Isoniazid (I), Rifampisin (R), Ethambutol (E),
Pirazinamid (Z).
# OAT Sekunder : Asam para-aminosalisilat (PAS),
Fluorokinolon (FQN), ß-laktam.
# OAT PRIMER
1. Isoniazid (INH, Isonex)
Mekanisme kerja: menghambat biosintesis dinding sel  kelemahan
jaringan dinding sel mikobakteri  kerusakan membran sel 
pecahnya sel karena lisis osmotik  kematian mikobakteri
Dosis: (4-6 mg/kg BB, 1 dd, setiap hari) atau (8-12 mg/kg BB, 1 dd,3 x seminggu)
ESO: jarang terjadi; Kesemutan, hepatitis (px diatas 35 thn)
IO: obat-obat epilepsi

2. Rifampisin (Kalrifam, Rifampin, Rimactane)


Mekanisme Kerja: Penghambatan biosintesis asam nukleat  Kematian
mikobakteri
Dosis:(8-12 mg/kg BB, 1 dd, setiap hari) atau (8-12 mg/kg BB, 1 dd,3 x seminggu)
ESO: rasa panas pada muka, gatal-gatal, mual, anoreksia, kadang- kadang
timbul diare
IO: pil kontrasepsi.
3.Ethambutol
Mekanisme Kerja : Menghambat biosintesis asam nukleat
Dosis: (15-20 mg/kg BB, 1 dd, setiap hari) atau (25-35 mg/kg BB, 1 dd, 3 x seminggu)
ESO: kehilangan penglihatan yang progresif terutama pada pasien gagal ginjal, hepatitis (jarang)

4. Pirazinamid
Mekanisme Kerja: Menghambat biosintesis protein  kematian mikobakteri
Dosis: (20-30 mg/kg BB, 1 dd, setiap hari) atau (30-40 mg/kg BB, 1 dd, 3 x seminggu)
ESO: Hepatotoksik (paling sering dan bila timbul hepatitis berat, hentikan obat ini), artralgia,
anoreksia, mual.

# OAT SEKUNDER
1. Asam para-aminosalisilat (PAS)
Mekanisme Kerja: Menghambat biosintesis protein  kematian mikobakteri
Dosis: 3 g, 4 dd
ESO: gangguan saluran cerna, reaksi hipersensitifitas, hipotiroid, trombositopenia,
malabsorbsi.
2. Fluorokinolon (FQN)
Mekanisme Kerja:kemampuan memasuki makrofag dan memperlihatkan efek mikobakterisid
Dosis: Oxofloxacin (800 mg/hr, 1 dd),Ciprofloxacin (1000 mg/hr, 1 dd),
Moxifloxacin (400 mg/hr, 1 dd)
ESO: Gangguan saluran cerna, efek neurologik, artopathy, dan fotosensitifitas.
Panduan Pengobatan Alternatif Untuk Setiap Ketegori Pengobatan
Kategori Fase Awal
Pengobatan Pasien TB (tiap hr) Fase Lanjutan
TB (tiap hr/3x seminggu)
Kasus baru TB paru dahak +; 2 EIRZ 6 IE
Kasus paru TB paru dahak – 2 EIRZ 4 IR
I dengan kelainan luas di paru;
Kasus baru TB-ekstrapulmonal 2 EIRZ 4 I3R3
berat

II Kambuh, dahak +; 1 IRZE 5 I3R3E3


Pengobatan gagal; 1 IRZE 5 IRE
Pengobatan setelah terputus
Kasus baru TB paru dahak – 2 IRZ 6 IE
(selain kategori I); Kasus baru 2 IRZ 4 IR
III TB-ekstrapulmonal yang tidak 2 IRZ 4 I3R3
berat

IV Kasus kronis (dahak masih kronis Tidak dipergunakan (merujuk ke penuntun WHO
setelah pengobatan) guna pemakaian obat lini kedua)

Anda mungkin juga menyukai