Ppi TB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 35

HIMPUNAN PERAWAT PENCEGAH DAN PENGENDALI INFEKSI INDONESIA

( HIPPII )

PPI TUBERCULOSIS DAN


ETIKA BATUK
PENDAHULUAN

• INDONESIA MERUPAKAN ENDEMIK


TB, DAN PERINGKAT KE-3 DI DUNIA
• PREVALENSI TB BTA POSITIF DI
INDONESIA : REGIONAL 3 WILAYAH DI
INDONESIA :
• Sumatera : 160 / 100 000 penduduk
• Jawa & Bali : 110 / 100 000 penduduk
• Indonesia Timur : 210 / 100 000 penduduk
KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA
TINGKAT NASIONAL
Tim Koordinasi / POKJA PPI-TB Kemkes : pelaksanaan PPI
dengan rencana kegiatan serta pendanaan yang jelas

Fasilitas kesehatan : memenuhi syarat kontruksi, desain,


renovasi dan penggunaan sesuai aspek PPI
Melaksanakan surveilens TB bagi petugas kesehatan

Advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial yang


dibutuhkan untuk penerapan PPI

Assesmen, Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan PPI dan


PPI-TB

Penelitan operasional
3 PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012
TUJUAN UMUM

SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN INI


PESERTA MAMPU MENJELASKAN
TENTANG PPI TB DAN MENERAPKAN
ETIKA BATUK
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu
Menjelaskan :
• Risiko terinfeksi TB
• Kebijakan pengendalian infeksi TB
• Strategi PPI TB
• Tujuan PPI TB
• Pedoman PPI TB
• Pngendalian Penyelenggaraan PPI TB
• Ventilasi udara
• Pilar Perlindungan diri terhadap TB
• Etika Batuk
• Kendala Keberhasilan PPI TB
POKOK BAHASAN
• Definisi
• Risiko terinfeksi TB
• Kebijakan pengendalian infeksi TB
• Strategi PPI TB
• Tujuan PPI TB
• Pedoman PPI TB
• Pngendalian Penyelenggaraan PPI TB
• Ventilasi udara
• Pilar Perlindungan diri terhadap TB
• Etika Batuk
• Kendala Keberhasilan PPI TB
DEFINISI PPI TUBERCULOSIS
• Adalah Penerapan Pencegahan
dan pengendalian Infeksi pada
kasus Tuberkulosis di RS dan
fasyankes

7
Lokasi tempat kerja: Kategori pekerjaan :
 Ruang Rawat inap • Perawat / Dokter
pasien TB • Pembantu OS / POS
 Ruang Poliklinik TB • Petugas loket
 Instalasi Gawat • Radiografer
Darurat
• Petugas Lab
 Ruang Laboratorium
• Petugas DOTS / PMO
 Ruang Radiologi
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 8
 Dimulai dari Aspek Manajerial :
 Komitmen Pimpinan RS dan DinKes

Dilaksanakan dalam bentuk 3 pilar :


1. Pengendalian Administratif ( Penyelenggaraan )
2. Pengendalian Lingkungan
3. Perlindungan Diri
(khususnya saluran pernapasan)
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 9
1. Tingkat nasional :
Pengelolaan PPI-TB di RS berdasarkan kebijakan dan praktik
PPI yang dilaksanakan secara terpadu dalam program PPI-RS
secara Nasional
2. Tingkat RS :
Penyelenggaraan PPI TB yang efektif di setiap rumah sakit
 dengan meningkatnya TB-HIV  terutama
MDR-TB serta XDR-TB pada pasien HIV

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 10
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB 
untuk mencegah penularan infeksi  menjaga
Keselamatan Pasien (Patient Safety), petugas
kesehatan (HCW Safety) dan pengunjung RS  dalam
upaya meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 11
 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Lainnya,
cetakan ke3, Kemkes RI 2011
 Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Lainnya, Kemkes RI 2011
 Pedoman PPI Tuberkulosis di Rumah Sakit, Depkes
RI 2009
 Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis Dengan
Strategi DOTS di RS, Kemkes RI 2010

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 12
 Komitmen, kepemimpinan dan dukungan Direktur /
Manajemen RS dalam kegiatan PPI -TB meliputi :
 Mendukung program PPI –TB terkait tenaga dan
pendanaan
 Mengangkat Penanggung Jawab PPI –TB dalam
struktur Komite PPI-RS
 Mengangkat Tim PPI-RS ( 5 IPCN : 1 IPCD) yang
bertanggung-jawab terhadap terlaksananya
program PPI-RS termasuk PPI-TB

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 13
1. Triase saat penerimaan awal
2. Pemisahan pasien batuk
3. Pengadaan masker
4. Pelayanan cepat
5. Sistem rujukan untuk
pengobatan MDR-TB
6. Penyuluhan / KIE

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 14
Jarak < 1m (3 feet)  meningkatkan
risiko penularan infeksi melalui droplet / percikan
batuk
New Engl J Med 1982;307:1255-7; Am J Med 1948;4:690

Jarak Persentase infeksi

< 1m 27% (20/73)*


> 1m 7% (5/71)*
* = bermakna untuk semua perbedaan

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 15
JARAK SEMBURAN DROPLET SAAT BATUK
ATAU BERSIN MENCAPAI HINGGA 0.91 M

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 16
 Penggunaan Sistem Ventilasi:
- Alamiah
- Mekanik
- Campuran
(hibrid)

 Penggunaan Radiasi Ultraviolet


(UVGI) pada aliran udara atas
( dinyalakan terus menerus )

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 17
Tiga elemen dasar :
 Laju Ventilasi : Jumlah udara bersih dari luar yang
masuk ke dalam ruangan pada waktu tertentu
 Arah aliran udara : Arah umum aliran udara dalam
gedung, seharusnya dari area bersih ke area
tercemar
 Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow
pattern): Udara luar tersalurkan ke setiap bagian
ruangan secara efisien, dan kontaminan udara yang
ada dalam ruangan dialirkan keluar

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 18
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 19
ACH = Pertukaran udara setiap jam

 Ruangan dgn risiko penularan tinggi melalui udara

 pertukaran udaran minimal 12 ACH  contoh :

= 80L /detik/pasien untuk ruangan dengan volume

24m3 udara (ukuran ruangan 4x3x2m)

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 20
ACH = Laju aliran rata2 udara (m3/jam)
Isi Ruangan (m3)

 Laju aliran rata2 (LAR) udara = … m³/jam


 Isi Ruangan = … m³

 LAR diukur memakai alat 


VaneometerR

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 21
tinggi 0.5 m, lebar 0.5 m Luas Bukaan Jendela (LBJ)=
0.5 m x 0.5 m = 0.25 m²

Kecepatan udara Ruangan:


rata-rata (KUR) lebar 3 m,
melalu jendela = panjang 5 m,
1 m/detik tinggi 3 m
Isi ruangan (I) =
3mx5mx3m=
Laju aliran rata-rata (LAR)= 45 m³
LBJ x KUR = 0.25 m2 x 1 m x 3600/jam
= 900 m³/jam
Pertukaran Udara setiap Jam= LAR/I
= 900 m3/jam/45 m³ = 20 ACH
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 22
SISTEM VENTILASI ALAMI DENGAN KIPAS ANGIN
KELEBIHAN KELEMAHAN

 Cukup dengan membuka pintu,  Sering tidak dapat


jendela dan skylight dikendalikan  tergantung
 Mengurangi risiko transmisi TB cuaca, kondisi angin

 Meningkatkan kualitas udara  Udara dari luar tanpa disaring /


difilter  membawa polutan
 Kipas angin murah dan mudah
 Jendela/pintu yang selalu
digunakan
dibuka  berdampak pada
 Kipas angin mudah dipindah
keamanan, kenyamanan dan
sesuai kebutuhan
privasi terutama malam hari
atau bila cuaca dingin

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 23
CONTOH SIRKULASI ALAMI YANG MEMADAI

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 24
 Dapat mengalirkan udara bersih dan mengganti
udara di dalam ruangan
 Dapat menyaring (dengan pemasangan filter)
partikel yang infeksius dari udara yang di sirkulasi
ulang ATAU
 Memakai lampu UVGI untuk disinfeksi udara yang
di sirkulasi ulang

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 25
Mengurangi risiko terinfeksi dan mencegah penyebaran infeksi
Kewaspadaan Standar : tindakan yang harus diterapkan oleh
semua petugas pada setiap saat, tempat dan waktu tanpa
melihat apakah pasien infeksius atau tidak
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi : diterapkan sebagai
tambahan Kewaspadaan Standar apabila terjadi transmisi infeksi
secara kontak, udara, droplet :
- Kewaspadaan Kontak
- Kewaspadaan Udara (Airborne)
- Kewaspadaan Droplet

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 26
1. Pemakaian Respirator partikulat
(N-95, FFP2)

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 27
 Mencegah
– Menghirup/menelan partikel infeksius (< 5 m)
– Kontaminasi pada muka, hidung / mulut
 Gunakan hanya satu N-95/FFP2 respirator 
tidak perlu tambahan perlindungan
 JANGAN SENTUH bagian depan respirator
apabila telah dipasang di wajah
 Gunakan ukuran yang tepat sesuai bentuk
hidung dan mulut
 Periksa keketatannya
 Buang sebagai sampah medis

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 28
 Cek Kedap Positip :  Cek Kedap Negatip :
 Tutup mulut dan  Tarik nafas dalam-dalam. Jika
lepaskan nafas pendek.
tidak ada kebocoran, tekanan
Tekanan positif terjadi
dalam respirator negatif membuat respirator
 Jika bocor, atur posisi tertarik kearah wajah
dan/atau tegangan tali  Kebocoran akan menyebabkan
karet kehilangan tekanan negatif krn
 Ulangi percobaan
udara masuk melalui celah
 Ulang langkah sehingga
respirator melekat
dengan benar

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 29
2. Edukasi dan penerapan Etika Batuk

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 30
Pilar Perlindungan Diri
3. Proteksi saat transportasi pasien,
pemakaian masker untuk pasien

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 31
Kekuatan:
 Aspek Manajerial dan Unit Penyelenggara Administratip
mendukung pelaksanaan program dan kegiatan PPI-RS
termasuk PPI-TB
 Memiliki Komite dan Tim PPI yang bekerja aktif
 Memiliki SOP, tersosialisasi dan diterapkan
 Pendidikan dan Pelatihan PPI secara rutin
 Memiliki Program PPIRS, melakukan surveilans aktif,
memiliki Penanggung Jawab PPI TB dan melakukan revisi
SOP secara berkala

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 32
Kelemahan :
 Ketersediaan alat perlindung diri petugas dan pengunjung
masih kurang
 Aliran udara / Ventilasi ruangan tidak memadai
 Kewaspadaan Standar sering kurang diperhatikan
 SPO triase (pemisahan orang batuk, TB, HIV) dan
percepatan pelayanan pasien batuk belum ada
 Tidak ada anggaran khusus PPI-RS, PPI-TB, TB-HIV di RS
 Surveilans belum dilakukan secara aktif dan terus menerus
 Penanganan limbah sering tidak sesuai aturan
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 33
Kesimpulan

 PPI-TB merupakan bagian dari kegiatan dan program


PPI-RS secara keseluruhan
 Diselenggarakan sebagai antisipasi meningkatnya
angka TB sejalan dengan meningkatnya pasien HIV di
Indonesia
 Keberhasilan program PPI-TB sangat tergantung dari
komitmen dan dukungan Direktur / Pimpinan RS

PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 34
PanchoK,DalimaAW/Kemkes/WIT/2012 35

Anda mungkin juga menyukai