Anda di halaman 1dari 47

PERENCANAAN ANGGARAN - I

Pertemuan ke-7
PENDAPATAN NEGARA DAN
HIBAH PADA APBN
PENDAPATAN DAN HIBAH

Sub Pokok Bahasan :


A. Konsep Dasar
B. Penerimaan Perpajakan
C. PNBP
D. Hibah
A. PENGERTIAN
 Pendapatan Negara : hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih (pasal 1 UU 17/2003). Note : apabila
penerimaan tsb tidak menambah kekayaan bersih maka penerimaan
tersebut merupakan Pembiayaan. Apabila pemerintah memperoleh
pinjaman, kas negara akan bertambah. Namun di sisi lain kewajiban
negara juga bertambah dalam jumlah yg sama, sehingga tidak ada
penambahan terhadap nilai kekayaan bersih.
 Pendapatan Negara terdiri dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) &
Hibah
 PDN = Penerimaan Perpajakan + Penerimaan Negara Bukan Pajak
 Dengan demikian, Pendapatan Negara meliputi Pajak + PNBP + Hibah
 Hibah = setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yg diru
piahkan, rupiah, barang, jasa & atau surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yg tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam
negeri atau luar negeri. 3
 Di dalam APBN, hibah di catat secara
terpisah dari pendapatan negara
sehingga secara keseluruhan
penerimaan negara dalam APBN
disebut sebagai pendapatan negara
dan hibah.
 Dalam menentukan besarnya Penda
patan Negara yang AKAN diterima,
digunakan berbagai formula yang
menghasilkan PROYEKSI penerimaan
yang akan diperoleh.

4
Jenis Pendapatan Negara
Pendapatan Perpajakan, meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPN & PPnBM)
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4. Cukai
5. Pajak Lainnya
6. Pajak Perdagangan Internasional (yang terdiri dari Bea Masuk dan
Bea Keluar)
Note : Sejak 2011, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BUKAN LAGI merupakan penerimaan pajak Pemerintah Pusat (UU
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan SDA (migas dan nonmigas)
2. Bagian Pemerintah atas laba BUMN
3. PNBP Lainnya
4. Penerimaan BLU 5
Unit Kerja Pemungut Pendapatan Negara

6
Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Negara

 Semua komponen pendapatan negara memiliki ketergantungan thd


indikator ekonomi makro yang tercantum dalam asumsi dasar
ekonomi makro APBN baik secara langsung maupun tak langsung.

 Indikator ekonomi makro yg mempengaruhi pendaptn negara adalah:


- harga minyak mentah (ICP)
- pertumbuhan ekonomi
- Inflasi
- nilai tukar rupiah
- lifting minyak bumi

 Namun demikian, diluar indikator ekonomi makro, pendapatan


negara juga dipengaruhi oleh faktor admistratif seperti tarif, nilai
objek pajak, pelayanan, pengawasan, PTKP, dsb.

7
8
B. PENERIMAAN PERPAJAKAN
 Penerimaan perpajakan adalah penerimaan pemerintah pusat yang
berasal dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
 Pajak Dalam Negeri adalah semua penerimaan negara yang berasal
dari PPh, PPN, PBB, cukai, dan Pajak lainnya.
 Pajak Perdagangan Internasional adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari Bea Masuk & Bea Keluar.
 Pajak merup. kontribusi wajib kepada negara yg terutang oleh orang
pribadi atau badan yg bersifat memaksa berdasarkan UU, dgn tdk
mendapat timbal balik secara langsung & digunakan utk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (psl 1 UU no
6/1983 sbgmana telah disempurnakan dgn UU No.28/2007 tg
ketentuan umum & tata cara perpajakan).

9
Fungsi Pajak
 Fungsi anggaran (budgetair); pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran negara (contoh : membiayai belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, belanja modal/pembangunan).
 Fungsi mengatur (regulerend); pajak berfungsi mengatur
pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan perpajakan (contoh :
fasilitas keringanan pajak utk meningkatkatkan penanaman modal,
menerapkan/meningkatkan bea masuk thd produk luar negeri untuk
melindungi produksi dalam negeri)
 Fungsi stabilitas; dgn pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yg berhubungan dgn stabilitas perekonomian
(misalnya stabilitas harga utk mengendalikan inflasi).
 Fungsi redistribusi pendapatan; pajak digunakan untuk mem
biayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yg
pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

10
 Komponen Pajak pada Postur APBN : PPh (PPh Migas dan PPh Non
Migas), PPN, PBB, Cukai, Pajak Lainnya, Bea Masuk, Bea Keluar.

 Note : PPh Migas merup. PPh yg dipungut dari Badan Usaha / Bentuk
Usaha Tetap atas penghasilan dari kegiatan usaha hulu minyak bumi &
gas alam. Gross Revenue Migas dipengaruhi oleh lifting, ICP, jml hari
produksi, cost recovery, dan kurs. Cost recovery merupakan sejumlah
biaya-biaya yang akan digantikan oleh pemerintah sbg akibat dari
proses eksplorasi serta eksploitasi sumber migas di wilayah kerja
kontraktor. Besarnya cost recovery berbeda untuk setiap kontrak
(wilayah kerja), tergantung kondisi operasional lapangan, cadangan
migas, tingkat produksi & permintaan sarana prasarana. Gross revenue
dibagi antara bagian Pemerintah dan kontraktor. PPh migas adalah
hasil perkalian antara tarif PPh yang berlaku dengan bagian dari
kontraktor. Pajak yg dikenakan dalam perhitungan PPh migas berupa
PPh Badan sebesar 35% & tarif Pajak atas Bunga, Dividen, Royalti
(PBDR) 20%.
11
 Cukai adalah pungutan negara yg dikenakan thd barang2 yg
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam UU Cukai.
Karakteristik Barang Kena Cukai (BKC) yaitu barang yg konsumsinya
perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dpt
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan
hidup, pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi
keadilan dan keseimbangan.

 Pajak Lainnya merupakan jenis penerimaan perpajakan yang tidak


termasuk ke dalam kategori penerimaan pajak di atas, yg terdiri dari
bea materai, pendapatan penjualan benda materai, pajak tidak
langsung lainnya, bunga penagihan PPh, bunga penagihan PPN,
bunga penagihan pajak.

 Bea Masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang


yang diimpor. Bea Keluar adalah pungutan negara yg dikenakan thd
barang ekspor.
12
*

13
Proyeksi Penerimaan Pajak pada APBN
 Proyeksi Penerimaan Pajak merup usaha yg dilakukan oleh Kemenkeu
utk memperkirakan besarnya Pajak utk thn anggaran yg direncanakan
 Proyeksi Penerimaan Pajak dilakukan oleh Badan Kebijakan Fiskal
(BKF) dengan dukungan data dari Ditjen Pajak. Hasil proyeksi ini
kemudian diteruskan ke Direktorat Penyusunan APBN - DJA.
 Untuk memperkirakan besarnya Pajak yg akan diterima (pada tahun
x+1), maka perlu memperkirakan besaran dari setiap unsur/
komponen Pajak, dengan formulanya adalah : Penerimaan Perpajakan
= Pajak Dalam Negeri + Pajak Perdagangan Internasional (Bea Masuk
+ Bea Keluar)
 Dimana formula utk Pajak Dalam Negeri = PPh + PPN + PBB + Pajak
Lainnya + Cukai
 Dan formula untuk Pajak Penghasilan = PPh Nonmigas + PPh Migas
 Perkiraan penerimaan utk PPh Nonmigas, PPh Migas, PPN, PBB, Pajak
Lainnya, Cukai semuanya didasarkan pada Formula yg sdh ditentukan.
Berikut ini salah satu contoh Formula utk memperkirakan besarnya
penerimaan PPH nonMigas 14
Contoh Formula Perkiraan Penerimaan PPH nonMigas *

a = Elastisitas PPh terhadap pendapatan nasional ( y )


b = Pendapatan nasional tahun sebelumnya ( Yn-1 )(miliar Rp)
c = Sensitivitas pendapatan nasional thd pertumbuhan ekonomi ( gy )
d = Pertumbuhan ekonomi ( G )(%)
e = Tingkat inflasi ( if )(%) = otomatis dari asumsi dasar
f = Sensitivitas pendapatan nasional terhadap tingkat inflasi ( iy )
g = Sensitivitas pendapatan nasional terhadap perubahan kurs ( ky )
h = Nilai kurs ( Kn ) )(Rp/US$1)
i = Nilai kurs tahun sebelumnya (Kn-1) ) (Rp/US$1)
j = Nilai PPh tahun sebelumnya ( PPhn-1 ) (miliar Rp)
k = SPN (N)
l = Sensitivitas pendapatan nasional terhadap perubahan SPN
PM = Policy Measures
AM = Administrative Measures 15
Penerimaan Pajak yang dibagihasilkan *

 Penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 Pribadi harus


dibagihasilkan sebesar 20% utk Pemda (UU no. 33/2004 tg
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah).
 Penerimaan cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan
kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% yang
digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi
ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena
cukai illegal (UU Nomor 39/2007 tg Cukai).
 UU No.33/2004 , PBB merupakan jenis pajak pusat yang dibagihasil
kan ke daerah dgn rincian:
a. 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah provinsi;
b. 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan
disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
16
c. 9% untuk biaya pemungutan; *
d. 6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten
dan kota; dan
e. 3,5% dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota
yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana
penerimaan sektor tertentu.
 PBB Sektor Pedesaan dan PBB Sektor Perkotaan dialihkan pajak
pusat menjadi pajak daerah sejak 1 Januari 2014. Akan tetapi
pemerintah daerah yang telah siap dengan infrastrukturnya dapat
melaksanakan kebijakan ini per 1 Januari 2011.
 BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) per 1
januari 2011 telah dialihkan administrasinya dari pajak Pemerintah
pusat menjadi pajak daerah sesuai amanat UU Nomor 28 tahun 2009
tentang PDRD. Oleh karena itu, sejak tahun 2011 penerimaan BPHTB
sudah tidak dicatat lagi dalam APBN.

17
Tax Ratio
Arti Sempit: Penerimaan Perpajakan/PDB
Arti Luas : (Penerimaan Perpajakan + SDA Migas + SDA Pertambangan
Umum)/PDB
Tax ratio arti sempit dan arti luas mulai digunakan agar lebih mampu
menggambarkan kondisi kapasitas fiskal Pemerintah yang sebenarnya.

18
Tax Ratio Indonesia *
2015 Realisasi 2016 2017
Uraian 2012 2013 2014
(sementara) RAPBNP Pagu Indikatif
Perpajakan Pusat 980,5 1.077,3 1.146,9 1.240,4 1.536,9 1.566,9
SDA Migas 205,8 226,8 216,9 78,4 23,4 22,9
SDA Minerba 15,9 18,6 19,3 18,8 16,3 16,3
Dalam Triliun Rp

Total Perpajakan Pusat + SDA Migas + SDA Minerba 1.202,2 1.322,7 1.383,1 1.337,6 1.576,6 1.606,0
Pajak Daerah 95,1 114,5 138,6 166,8 201,4 243,1
Total Perpajakan Pusat + SDA Migas + SDA Minerba
+ Pajak Daerah
1.297,3 1.437,1 1.521,7 1.504,4 1.777,9 1.849,1

PDB* 8.615,7 9.524,7 10.565,8 11.540,8 12.638,6 13.906,4

Tax ratio (arti sempit) 11,38 11,31 10,85 10,75 12,16 11,27
Dalam %

Tax ratio (Perpajakan Pusat + SDA Migas + SDA


Minerba)
13,95 13,89 13,09 11,59 12,47 11,55
Tax ratio (Perpajakan Pusat + SDA Migas + SDA
Minerba + Pajak Daerah)
15,06 15,09 14,40 13,04 14,07 13,30
*Pajak Daerah Tahun 2012-2014 mengunakan angka APBD, 2015-2016 angka proyeksi

19
*
Perbandingan Tax Ratio Beberapa Negara di Dunia

13,3

20
C. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
 PNBP digunakan untuk pelayanan masyarakat karena pemerintah
tidak dapat menanggung semua biaya pelayanan publik
 Menurut UU no 20/1997 tentang PNBP, PNBP adalah seluruh pene
rimaan pemerintah pusat yg tdk berasal dr penerimaan perpajakan.
 Namun demikian, dgn diundangkannya UU No 17/2003 tg Keuangan
Negara & UU tentang APBN, definisi PNBP dlm UU no 20/1997 perlu
disesuaikan yaitu dgn mengeluarkan penerimaan hibah dr PNBP.
 Sehingga definisi PNBP menjadi seluruh penerimaan pemerintah pusat
yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan dan penerimaan hibah.
 Jenis dan tarif PNBP ditetapkan melalui UU atau PP, kecuali PNBP
untuk Badan Layanan Umum ditetapkan melalui PMK.
 KL baru dapat menggunakan dana PNBP setelah mendpt persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP dari Menkeu dan setelah PNBP tsb
disetorkan ke kas negara.

21
Pengelompokan PNBP
 Berdasar UU No. 20/1997 pasal 2, PNBP dikelompokkan menjadi :
1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah;
2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan;
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan
Pemerintah;
5.Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal
dari pengenaan denda administrasi;
6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.
Catatan : saat ini hibah dipisahkan dari PNBP
 Sedang berdasarkan jenisnya (dlm konteks APBN), PNBP terdiri :
1. Penerimaan dari Sumber Daya Alam (SDA)
2. Bagian Pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
3. PNBP Lainnya,
4. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). 22
Pengelompokan PNBP
a) Penerimaan sumber daya alam (SDA); dibagi SDA Migas & Non Migas.
 PNBP SDA Migas merupakan pendapatan yang diperoleh dari bagian
bersih pemerintah atas kerjasama pengelolaan sektor hulu migas.
- Dasar penerimaan migas adalah Kontrak Kerja Sama/KKS. Berdasar
kan KKS, atas hasil kegiatan hulu migas setelah dikurangi faktor
pengurang atau biaya2 untuk memproduksi migas, akan dibagihasil
kan antara Kontraktor dan Pemerintah.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan migas : lifting migas,
cost recovery, ICP, dan kurs. Secara umum perhitungan penerimaan
SDA migas adalah:

 PNBP SDA non-Migas merup pendapatan yg diperoleh dari bagian


bersih pemerintah atas kerjasama pengelolaan sektor nonmigas
(pertambangan umum, kehutanan, perikanan, panas bumi).

23
b) Pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
 Pendapatan yg merupakan imbalan kepada pemerintah pusat
selaku pemegang saham BUMN (return on equity) yang dihitung
berdasarkan persentase tertentu terhadap laba bersih (Pay Out
Ratio/POR). Nilai POR akan ditentukan tiap tahun oleh RUPS sesuai
dengan kemampuan finansial dan proyeksi kebutuhan investasi
perusahaan di masa depan.
 Saat ini tidak kurang dari 70 BUMN yang menjadi kontributor
dividen secara reguler setiap tahunnya, dimana Pertamina menjadi
penyumbang terbesar.
 Di dalam APBN, pendapatan ini diklasifikasikan ke dalam kelompok
perbankan dan nonperbankan. Formula umum perhitungan laba
BUMN adalah :

24
c) PNBP Lainnya
 Merup PNBP yg dipungut oleh KL atas produk layanan yg diberikan
kpd masyarakat di luar penerimaan SDA, bagian laba BUMN, maupun
pendapatan BLU (contoh : SIM, STNK, surat nikah, pendapatan gratifi
kasi & uang sitaan hasil korupsi, penerimaan kembali belanja TAYL).
 PNBP Lainnya terbagi atas PNBP Umum & PNBP Fungsional. PNBP
fungsional merup PNBP yg dihasilkan dari pelaksanaan tugas dan
fungsi KL/unit/satker khususnya dlm bidang pelayanan masyarakat
(contoh : SIM). PNBP Umum merup PNBP yg sifatnya umum dan
tidak terkait dgn tugas & fungsi KL/unit (contoh : sewa rumah dinas).
 Saat ini tidak kurang dari sepuluh ribu jenis dan tarif PNBP yang
dikenakan secara sah oleh instansi pemerintah.
 Pada dasarnya perhitungan PNBP Lainnya ditentukan oleh besarnya
volume pelayanan dikalikan dengan tarif PNBP yang telah ditentukan.

25
d) Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
 Merup PNBP yg dipungut oleh instansi pemerintah atas produk
layanan yg diberikan kpd masyarakat, dimana pendapatan yg dipe-
roleh melalui mekanisme BLU ini dpt langsung digunakan oleh
instansi yang bersangkutan.
 BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya, didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas (contoh : rumah sakit,
perguruan tinggi negeri)
 Saat ini terdapat lebih dari 200 satker yang berstatus sbg BLU.
 Jenis dan tarif PNBP BLU tidak ditetapkan melalui PP melainkan
Peraturan Menteri Keuangan.

26
 Selanjutnya, guna meningkatkan transparansi & akuntabilitas pengelo
laan keuangan negara, keempat kelompok besar PNBP dalam APBN
tersebut dirinci ke dalam jenis pendapatan per akun hingga 6 digit.

27
 Berdasarkan waktu pemungutan, pemungutan PNBP menerapkan
dua prinsip, yaitu prinsip Pra Bayar dan Pasca Bayar.
 Prinsip Pra Bayar, pemungutan dilakukan sebelum penyerahan
barang/jasa (mis SIM)
 Prinsip Pasca Bayar, pemungutan dilakukan setelah penyerahan
barang/jasa (mis royalti pertambangan)

 Idealnya seluruh pelayanan publik yg diberikan Pemerintah ( seperti


pelayanan kesehatan, pendidikan) diberikan gratis kpd masyarakat.
PNBP yang telah dikenakan oleh Pemerintah kpd masyarakat
digunakan untk membiayai pelayanan publik tsb. Namun karena
kemampuan keuangan belum mencukupi, pemerintah terpaksa
mengenakan PNBP atas pelayanan publik yang diberikan. Namun
demikian, tidak semua pelayanan publik dpt dikenakan PNBP,
misalnya layanan sosial kpd lansia.

28
Pendekatan Penentuan Besaran Tarif
Pendekatan dalam menentukan besaran tarif PNBP dibedakan atas :
1. Pendekatan Zero or Cost Minus Tarif
Tarif PNBP yg dikenakan kpd masyarakat adalah nol (gratis) atau
lebih rendah dibandingkan dgn biaya penyelenggaraan atau
penyediaan jasa (contoh : pelayanan kesehatan & pendidikan).
2. Pendekatan Just Cost Tarif
Tarif PNBP ditentukan dgn menyamakan antara tarif dgn biaya
penyelenggaraan/penyediaan jasa. Umumnya dikenakan atas jasa pe
layanan publik yg bukan merup kebutuhan dasar masyarakat dan
atau pemanfaatan aset pemerintah (contoh : laboratorium uji mutu).
3. Pendekatan Cost Plus Tarif
Tarif PNBP yg dikenakan lebih tinggi dibandingkan dgn biaya pe
nyelenggaraan/penyediaan jasa. Umumnya dikenakan atas jasa pe
ngaturan & pelayanan publik tertentu dimana masyarakat mempe
roleh manfaat yang besar dari jasa yang diberikan dan atau utk me
lindungi kelestarian lingkungan/alam (contoh : pengenaan tarif PNBP
di bidang pertambangan umum dan kehutanan) 29
Satker PNBP Khusus BUN

 Transaksi pengelolaan PNBP yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal


Anggaran c.q. Direktorat PNBP, terdiri dari: PPh migas, PNBP migas
dan PNBP migas lainnya, pungutan ekspor, dan penerimaan laba
BUMN perbankan dan non-perbankan.
 Satuan kerja (satker) yang diberi kewenangan untuk melaksanakan
pengelolaan PNBP migas merupakan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggara (UAKPA) dengan penanggung jawabnya adalah Direktur
PNBP selaku Kepala Satker.
 Pengelolaan PNBP oleh Direktorat PNBP merup pelaksanaan fungsi
Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).

30
*

31
Pencantuman Penerimaan Migas pada APBN *
 Pada thn 1960-an, penerimaan migas diperoleh dari hasil penjualan
migas dlm bentuk perjanjian karya atau Kontrak Karya (KK). Peme
rintah menerima royalti/konsesi dari kegiatan eksploitasi SDA migas.
 Selanjutnya, mengingat UUD 1945 Pasal 33 mensyaratkan kepemilikan
migas tetap berada ditangani negara, maka model KK dianggap tidak
memenuhi amanat tsb. Hal ini mengingat kepemilikan migas yang
dihasilkan dari wilayah kontrak sepenuhnya menjadi milik kontraktor.
Negara hanya memperoleh bagian dari sistem royalti.
 Awal 1970-an mulai diperkenalkan model kerja sama dalam bentuk
Production Sharing Contract (PSC) atau Kontrak Bagi Hasil. Perjanjian
model PSC ini dianggap dapat memenuhi amanat UUD 1945 pasal 33
karena kepemilikan migas tetap berada di tangan Negara.
 Penerimaan migas yg dicatat adalah berasal dari bagian pemerintah
dari bagi hasil dengan kontraktor migas dan hasil operasi Pertamina.
Sedangkan penerimaan PPh migas tergabung dalam split/porsi bagian
Pemerintah atau PPh migas belum dikenal (pd saat itu).
32
 Tahun 1978, dgn tetap mengacu pd model PSC, dilakukan pemisahan*
antara unsur pajak penghasilan kontraktor migas yang selanjutnya
disebut PPh migas, dan porsi bagian pemerintah.

33
*
 Meskipun dalam bagian Pemerintah dengan model PSC sudah
terdapat unsur pajaknya, tetapi pencatatan penerimaan negara dari
bagi hasil migas di dalam APBN, belum dipisahkan antara PNBP SDA
Migas dengan PPh Migas. Seluruh pendapatan tersebut masih tetap
dikelompokkan sebagai penerimaan migas, karena pada masa itu, pos
penerimaan dalam APBN terdiri dari; (i) Penerimaan Migas dan (ii)
Penerimaan Non Migas.
 Sejak APBN tahun 2000, pos penerimaan dalam APBN tidak lagi
dikelompokkan sebagai penerimaan migas dan penerimaan non
migas, melainkan dikelompokkan menjadi; (i) Penerimaan Pajak dan
(ii) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Selanjutnya, sejak tahun
2000 penerimaan migas terdiri dari; (i) PNBP Migas & (ii) PPh Migas.
 Sesuai dengan pola PSC, kontraktor migas wajib membayar PPh dan
dividen atas keuntungan melaksanakan kegiatan hulu migas. Namun,
untuk kewajiban pajak selain PPh migas ditanggung oleh Pemerintah
(PPN, PBB, dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dibayarkan dari
bagian migas yang diterima oleh Pemerintah) 34
Realisasi Penerimaan PNBP (dalam miliar rupiah)

35
Proyeksi Penerimaan PNBP pada APBN
 Proyeksi Penerimaan PNBP merup usaha yg dilakukan oleh Kemenkeu
(DJA) utk memperkirakan besarnya PNBP (baik PNBP SDA, Laba
BUMN, PNBP Lainnya, PNBP BLU) utk thn anggaran yg direncanakan.
 Proyeksi Penerimaan PNBP dilakukan oleh Direktorat PNBP yang
hasilnya kemudian diteruskan ke Direktorat Penyusunan APBN - DJA.
 Untuk memperkirakan besarnya PNBP yg akan diterima (pada tahun
x+1), maka perlu memperkirakan besaran dari setiap
unsur/komponen PNBP, shg formulanya adalah PNBP = Penerimaan
SDA + Bagian Laba BUMN + PNBP Lainnya + Pendapatan BLU
 Dilain pihak, formula utk memperkirakan penerimaan SDA yaitu,
Penerimaan SDA = SDA Migas + Non Migas (Pertambangan Umum +
Kehutanan + Perikanan + Panas Bumi)
 Utk memperkirakan besarnya PNBP SDA Migas, SDA Pertambangan
Umum, SDA Kehutanan, SDA Perikanan, SDA Panas Bumi diperlukan
formula yang spesifik. Dgn demikian utk memperkirakan besaran
PNBP SDA saja, minimal diperlukan 5 formula. Belum lagi formula utk
Laba BUMN, PNBP Lainnya, dan pendapatan BLU. 36
 Sebagai contoh, formula untuk memperkirakan besarnya PNBP SDA
Pertambangan Umum adalah :

dimana :
Gn = Pertumbuhan Ekonomi Tahun n (%)
Gn-1 = Pertumbuhan Ekonomi Tahun n-1 (%)
Kn = Kurs pada tahun n (Rp)
Kn-1 = Kurs pada tahun n-1 (Rp)
ITn-1 = Penerimaan Iuran Tetap tahun lalu (miliar Rp)
PM = Policy Measure
AM = Administrative Measure

 Angka yg diperoleh adalah angka PERKIRAAN. Dalam implementasi


nya tidak sesederhana sbgmana yg terdeskripsikan pada formula di
atas. Berikut ini contoh utk proses perencanaan penerimaan migas. 37
Contoh Proses Estimasi Penerimaan Migas *
 Dalam hal penerimaan migas, asumsi makro yang di tetapkan
meliputi jumlah lifting minyak mentah, Harga Minyak Mentah
Indonesia/ ICP, dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar.
 Kementerian ESDM bersama SKK MIGAS memperkirakan besaran
lifting per kontraktor migas dan perkiraan besarnya biaya operasi
dalam setahun (perkiraan cost recovery) masing2 kontraktor.
 Apabila perhitungan perkiraan bagian pemerintah per-kontraktor
sudah ditentukan oleh SKK MIGAS, maka data tersebut selanjutnya
digunakan oleh DJA untuk menghitung perkiraan penerimaan migas
(perkontraktor), yg meliputi PPh Migas, PNBP SDA migas dan
penerimaan minyak mentah DMO (Delivery Market Obligation).
 Perhitungan di atas jg memperhitungan kewajiban pemerintah terkait
kegiatan usaha hulu migas (komponen pengurang migas) yang
datanya berasal dari instansi terkait.

38
 Komponen pengurang tersebut meliputi: *
a. Kewajiban atas PBB Migas, Reimbursement PPN Migas, Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD).
b. DMO Fee dan Underlifting kontraktor.
DMO fee merup imbalan yang diberikan Pemerintah kepada
kontraktor karena telah bersedia memberikan sebagian minyak
mentah yang menjadi haknya untuk digunakan sebagai penyediaan
BBM dalam negeri. Underlifting kontraktor merup kelebihan
pengambilan migas oleh pemerintah (haknya kontraktor berkurang
karena pemerintah mengambil bagian migas lebih dari haknya),
sehingga pemerintah berkewajiban mengembalikan kepada
kontraktor sebesar kelebihan yang ambil.
c. Komponen pengurang migas lainnya (pungutan lainnya) yang
berasal dari ketentuan perundang-undangan, meliputi fee penjual
untuk Pertamina dan fee untuk eks BPMIGAS.

39
 Dalam menghitung perkiraan penerimaan PNBP SDA migas (per *
kontraktor), formula yang digunakan sebagai acuan sudah ditentukan
sebagaimana diatur dalam kontak bagi hasil. Dalam kontrak model
PSC, formula tersebut adalah sebagai berikut:

dimana :
• ICP=Indonesian Crude Price (rata2 harga minyak mentah Indonesia)
• Lifting = volume minyak bumi & gas alam yang di-lift dan menjadi
nilai monetary unit
• Cost Recoverable = biaya-biaya yang dapat dikembalikan kepada
kontraktor migas, diatur dalam PSC
• % Bagian Pemerintah = besaran (%) bagi hasil migas untuk
Pemerintah, diatur dalam PSC
• Komponen Pengurang = Kewajiban kontraktual Pemerintah terkait
dengan kegiatan Usaha Hulu migas antara lain pembayaran PBB
migas, reimbursement PPN dan pembayaran PDRD
40
PNBP yang dibagihasilkan
PNBP yang bersumber dari penerimaan SDA yang dibagihasilkan kepada daerah
dengan proporsi tertentu yaitu :
- Penerimaan SDA migas
- Penerimaan SDA kehutanan
- Penerimaan SDA pertambangan umum
- Penerimaan SDA perikanan
- Penerimaan SDA panas bumi

41
D. HIBAH
 Hibah adalah pendapatan pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa dari pemerintah lainnya, perusahaan negara/daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat serta tidak secara terus-menerus.
 Hibah digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional
dan/atau mendukung penanggulangan bencana alam dan bantuan
kemanusiaan. Hibah dapat diterima apabila memenuhi prinsip
transparan, akuntabel, efisien dan efektif, kehati-hatian, tidak ada
ikatan politik, dan tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu
stabilitas keamanan negara.
 Pos penerimaan hibah baru mulai ada dalam APBN sejak APBN
menggunakan struktur baru yaitu tahun 2000. Realisasinya
penerimaannya baru mulai pada tahun 2001.
 Awalnya penerimaan hibah hanya dicatat realisasinya tetapi tidak
dianggarkan dalam APBN. Akan tetapi, sehubungan dgn adanya bebe
rapa program Pemerintah yang dibiayai melalui hibah, penerimaan
hibah mulai dianggarkan pertama kali dalam APBN-P 2002.
42
 Berdasarkan jenisnya, hibah dibagi menjadi:
1. Hibah yg direncanakan; hibah yg dilaksanakan melalui mekanisme
perencanaan, shg hibah ini dicatat penerimaannya dlm APBN.
2. Hibah yg tidak direncanakan; hibah yang diberikan langsung oleh
donor kpd excuting agency (KL yg menerima hibah tanpa melalui
kas umum negara). Biasanya diberikan dalam bentuk barang/jasa.
 Berdasarkan bentuknya, hibah dibagi menjadi :
1. uang tunai, di mana uang tersebut disetor langsung ke rekening kas
umum negara (RKUN) atau atau rekening lain yang ditentukan oleh
menteri sebagai bagian dari penerimaan APBN.
2. uang tunai, tetapi uang tsb digunakan langsung utk membiayai
suatu kegiatan. Dalam hal ini, hibah tsb tdk masuk melalui reke
ning kas negara melainkan melalui dana perwalian (trust fund).
3. non tunai, yaitu hibah yang diberikan dalam bentuk barang
/jasa/surat berharga. Pemberian hibah ini sebagian besar
dilakukan secara langsung oleh donor kepada KL sehingga tidak
dicantumkan dlm proses penganggaran tetapi di catat realisasinya.
43
 Berdasarkan sumbernya , hibah terdiri dari :
1. Hibah yang berasal dari luar negeri , hibah yang diterima dari negara
asing, lembaga di bawah PBB, lembaga multilateral, lembaga
keuangan asing, lembaga non-keuangan asing, lembaga keuangan
nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar
wilayah Republik Indonesia, perorangan.
2. Hibah yang berasal dari dalam negeri, hibah yang diterima dari
lembaga keuangan dalam negeri, lembaga non-keuangan dalam
negeri, pemerintah daerah, perusahaan asing yang berdomisili dan
melakukan kegiatan di wilayah Republik Indonesia, lembaga lainnya,
dan perorangan.
 Hibah adalah jenis penerimaan yg tidak dpt dikontrol. Bila ada donor
yg bersedia memberikan hibah utk melaksanakan program tertentu,
maka penerimaan tsb dpt langsung diterima tanpa harus melalui pro
ses penganggaran, shg menjadi lazim bila realisasi penerimaan hibah
menjadi jauh lebih besar daripada targetnya. Sebaliknya donor yang
semula telah menandatangani MoU untuk memberikan hibah tetapi
dikarenakan suatu hal, belum memberikan hibah yang dijanjikannya. 44
Penerimaan Hibah (dalam miliar rupiah) *

45
Tantangan/Isu terkait PNBP

 Jenis dan tarif PNBP jumlahnya lebih dari 10.000. Payung hukum
terhadap tarif tsb dilakukan melalui Peraturan Pemerintah. Dalam
usulan perubahan UU no. 20/1997 tentang PNBP, terdapat proposal
agar penentuan jenis dan tarif PNBP cukup dilakukan lewat
Peraturan Menteri Keuangan (tidak perlu melalui PP). Pengesahan
lewat PP akan menimbulkan rentang birokrasi yang cukup panjang,
disamping waktu yg diperlukan juga cukup lama. Akibatnya, PNBP
yang seharusnya sudah dapat dipungut (oleh KL), akhirnya belum
dapat dipungut karena PP-nya belum keluar. Shg terjadi potensi
‘kehilangan penerimaan’. Namun ide/usulan ini tidak/belum disetujui
oleh stakeholder yang lain.

46
47

Anda mungkin juga menyukai