Luas Produksi :
Banyaknya jumlah serta jenis barang yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Untuk menentukan
luas perusahaan, maka luas produksi bukanlah
merupakan satu-satunya ukuran, sehingga luas produksi
tidak sama dengan luas perusahaan.
Luas perusahaan dapat diukur berdasarkan :
Bahan dasar yang digunakan
Barang yang dihasilkan
Peralatan (mesin-mesin) yang dipergunakan
Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
POLA PRODUKSI
Perusahaan pada umumnya menghendaki
adanya produksi yang selalu sama (konstan),
pada tiap-tiap hari atau bulannya. Karena pada
produksi yang konstan memudahkan pimpinan
perusahaan dalam merencanakan kebutuhan-
kebutuhan tenaga kerja, bahan baku, maupun
fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan dalam
berproduksi.
Apabila produksi tersebut berfluktuasi,
tenaga kerja, bahan baku maupun fasilitas-
fasilitas produksi juga akan berfluktuasi
sehingga menjadi lebih sulit.
Pola Produksi Konstan
Berarti volume produksi yang sudah
direncanakan didalam perencanaan luas
produksi dibagi merata kedalam tiap-tiap
periode yang pendek yaitu : harian, mingguan
dan bulanan.
Pola Produksi Tidak Konstan
Volume produksi tahunan diproduksi,
dibagi dalam periode-periode pendek yang
berbeda-beda. Jumlah produksi bulan
pertama tidak sama dengan produksi bulan
berikutnya.
Beberapa factor yang erlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pola produksi :
1. Pola Penjualan :
Produsen umumnya berusaha memproduksi
barang untuk dijual
Perusahaan berproduksi untuk memenuhi
kebutuhan penjual
Maka volume penjual (pola penjualannya)
akan mempengaruhi pola produksinya
2. Pola Biaya
Biaya perputaran tenaga kerja
Biaya simpan
Biaya lembur
Biaya sub kontrak
Contoh soal :
Pola penjualan pada suatu perusahaan bergelombang yaitu 7 sbb :
1000
800
Konstan
600
Bergelombang
Moderat
400
200
Triwulan I = Rp 24.000,-
Triwulan II = Rp 28.000,-
Triwulan III =-
Triwulan IV = Rp 8.000,-.
Total Biaya Simpan = Rp 60.000,-
c. Biaya Sub Kontrak
Biaya sub kontrak terjadi apabila perusahaan
kekurangan produksi untuk menutupi
permintaan. Hal ini terjadi pada triwulan III
dimana produksi hanya 500 unit ditambah
persediaan yang masih ada 350 unit, jumlah
tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan
yang pada saat itu sebesar 1.100 unit,
sehingga terjadi kekurangan sebesar 250 unit.
Jumlah tersebut harus di sub kontrakkan pada
perusahaan lain dan akan menanggung biaya
sub kontrak sebesar 250 unit x Rp 100,- = Rp
25.000,-
Biaya Kerja Lembur
Bagi pola produksi konstan ini tentu saja tidak akan terjadi
kerja lembur karena jumlah produksi selalu sama tiap
triwulannya. Ini juga merupakan kelebihan/kebaikan untuk
pola produksi konstan. Disamping terdapat data bahwa kerja
lembur baru akan terjadi bila produksi melebihi 700 unit.
Oleh sebab itu tidak menanggung biaya kerja lembur.
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi konstan adalah sbb
:
Biaya perputaran tenaga kerja = Rp –
Biaya Simpan = Rp 60.000,-
Biaya kerja lembur = Rp –
Biaya Sub Kontrak = Rp 25.000,-
Total = Rp 85.000,-
2. Untuk Pola Produksi Bergelombang
a. Biaya Simpan
Bagi pola produksi bergelombang tidak aka nada
biaya simpan, karena produksi selalu mengikuti
permintaannya, sehingga tidak pernah terdapat
adanya kelebihan produksi diatas permintaan yang
disimpannya.
b. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Dari triwulan I ke triwulan II terdapat kenaikan
produksi sebesar 250 unit atau dari 200 unit menjadi
450 unit, maka akan menanggung biaya perputaran
tenaga kerja sebesar 250/200 x Rp 4.000 = Rp
5.000,-
Dari Triwulan II ke III terdapat kenaikan
produksi sebesar 550 unit atau dari 200 unit
menjadi 1.100 unit (Max kapasitas) maka akan
menanggung biaya perputaran tenaga kerja
sebesar : 550/200 x Rp 4.000,- = Rp 11.000,-
Dari triwulan III ke IV terdapat penurunan
produksi dari 1000 unit menjadi 400 unit,
keadaan ini dapat mengakibatkan
pengurangan tenaga kerja sehingga
menanggung biaya pesangon bagi pekerja
bersangkutan. Akan tetapi dalam perusahaan
ternyata datanya menunjukan bahwa tidak
diperlukan biaya tersebut.
c. Biaya Kerja Lembur
Biaya kerja lembur ini akan terjadi pada
triwulan ke III dimana produksi mencapai 1000
unit atau 300 unit diatas batas kerja lemburnya
yaitu 700 unit. Maka harus menanggung biaya
lembur : 300 unit x Rp 100,- = Rp 30.000,-
d. Biaya Sub Kontrak
Pada Triwulan III permintaan adalah 1.100
unit sedangkan produksi tidak mungkin mencapai
sebanyak itu karena melebihi kapasitas maximum
yaitu 1000 unit, maka terjadi kekurangan 100 unit
dan harus ditutupi dengan sub kontrak yaiu : 100
unit x Rp 100,- = Rp 10.000,-
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi
bergelombang :
Biaya perputaran tenaga kerja = Rp 16.000,-
Biaya Simpan =-
Biaya kerja lembur = Rp 30.000,-
Biaya sub kontrak = Rp 10.000,-
Tota Biaya Produksi Bergelombang = Rp 56.000,-
3. Pola Produksi Moderat
a. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Dari triwulan I ke III terdapat kenaikan
produksi dari 400 unit menjadi 800 unit atau
kenaikan sebesar 400 unit, padahal tiap kenaikan
produksi sebesar 200 unit akan mengakibatkan
biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp 4.000,-
maka akan terdapat biaya perputaran tenaga
kerja sebesar : 400/200 x Rp 4.000,- = Rp 8.000,-
b. Biaya Simpan
Pada triwulan I terdapat kelebihan produksi
diatas permintaan yaitu 400 unit - 200 unit =
200 unit jadi harus menanggung biaya simpan
sebesar : 200 unit x Rp 80,- = Rp 16.000,-
Pada triwulan II permintaan 450 unit
sedangkan produksi hanya 400 unit jadi
terdapat kekurangan 50 unit kekurangan ini
akan ditutupi dari persediaan pada teriwulan I
sebesar 200 unit sehingga masih harus
menyimpan sebesar 150 unit dengan biaya
150 unit x Rp 80,- = Rp. 12.000,-
Pada triwulan III produksi sebesar 800 unit sedangkan permintaan
sebesar 1100 unit, jadi kekurangan sebesar 300 unit tetapi
perusahaan masih mempunyai persediaan sebesar 150 unit oleh
sebab itu kekurangan tinggal 150 unit hal ini tidak menanggung
biaya simpan justru membayar biaya sub kontrak untuk menutupi
kekurangan produksi tersebut (lihat perhitungan biaya sub
kontrak)
Pada triwulan IV terdapat produksi 800 unit, sedangkan
permintaan hanya 400 unit. Kelebihan produksi sebesar 400 unit
ini akan menanggung biaya sebesar 400 unit x Rp 80,- = Rp
32.000,-
Total Biaya Simpan berarti :
Triwulan I = Rp 16.000,-
Triwulan II = Rp 12.000,-
Triwulan III = Rp-
Triwulan IV = Rp 32.000,-
Total = Rp 60.000,-
c. Biaya Kerja Lembur
Biaya kerja lembur terjadi pada triwulan III dan IV karena saat itu
produksi melebihi 700 unit. Jadi masing-masing triwulan
menanggung biaya kerja lembur untuk kelebihan diatas 700 unit
itu sebsar Rp 100,- per unit.