Anda di halaman 1dari 31

Perencanaan Produksi dengan

pendekatan luas produksi


SISTEM DAN PERENCANAAN PRODUKSI
LUAS DAN POLA PRODUKSI
Arti dan tujuan
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah
untuk mendapatkan laba setinggi mungkin.
Luas Produksi
Luas produksi merupakan jumlah atau
volume hasil produksi yang seharus diproduksikan
oleh suatu perusahaan dalam satu periode. Maka
luas produksi juga harus ditentukan/direncanakan
agar perusahaan dapat memperoleh laba yang
maximum
Luas produksi yang terlalu besar dapat berakibat :
 Investasi besar
 Pada bahan dasar
 Uang kas
 Bahan pembantu yang lain
 Investasi pada aktiva tetap
Maka dengan adanya volume produksi
yang berlebihan dapat berakibat
merosotnya harga jual.
Luas produksi yang terlalu kecil dapat berakibat :
1. Perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan-
permintaan yang ada di pasar, sehingga para
pelanggan yang tidak dapat dipenuhi tersebut
akhirnya pindah dan menjadi langganan perusahaan
lain, yang merupakan saingan perusahaan tersebut.
Ditanggungnya harga pokok yang terlalu tinggi
disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh volume
produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap
persatuannya menjadi tinggi. Harga pokok yang terlalu
tinggiberarti perusahaan terpaksa menentukan harga jual
yang tinggi pula. Harga jual yang tinggi berakibat
berkurangnya barang yang dapat dijual karean
permintaan akan menjadi kurang.
Luas produksi adalah :
Merupakan suatu ukuran berapa banyaknya
barang-barang yang diproduksi oleh suatu
perusahaan. Banyaknya barang-barang yang
diproduksi disini tidaklah berarti hanya terhadap
satu jenis barang saja. Tetapi meiputi banyaknya
jenis barang yang dihasilkan.
Jadi pengertian luas produksi merupakan
ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-
barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan
tertentu. Semakin banyak barang yang diproduksi
baik jumlahnya maupun jenisnya maka semakin
besar luas produksinya.
Faktor-faktor Yang Menentukan Luas Produksi
Suatu perusahaan memerlukan sumber
daya yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang-barang.
Sumber daya tersebut adalah :
 Bahan mentah
 Bahan pembantu
 Mesin-mesin dan peralatan lain
 Tenaga kerja
 Modal serta tanah untuk lokasi perusahaan
Penentuan luas produksi yang tepat akan
berarti suatu usaha lebih efektif memanfaatkan
factor-faktor produksi yang tersedia bagi
perusahaan yang bersangkutan.
Luas produksi yang optimal akan
dipengaruhi oleh factor-faktor, yaitu :
 Tersedia bahan dasar
 Tersdianya kapasitas mesin-mesin yang
dimiliki
 Tersedianya tenaga kerja
 Batasan permintaan
 Tersedianya factor-faktor produksi yang lain.
Luas Produksi dan Luas Perusahaan

Luas Produksi :
Banyaknya jumlah serta jenis barang yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Untuk menentukan
luas perusahaan, maka luas produksi bukanlah
merupakan satu-satunya ukuran, sehingga luas produksi
tidak sama dengan luas perusahaan.
Luas perusahaan dapat diukur berdasarkan :
 Bahan dasar yang digunakan
 Barang yang dihasilkan
 Peralatan (mesin-mesin) yang dipergunakan
 Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
POLA PRODUKSI
Perusahaan pada umumnya menghendaki
adanya produksi yang selalu sama (konstan),
pada tiap-tiap hari atau bulannya. Karena pada
produksi yang konstan memudahkan pimpinan
perusahaan dalam merencanakan kebutuhan-
kebutuhan tenaga kerja, bahan baku, maupun
fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan dalam
berproduksi.
Apabila produksi tersebut berfluktuasi,
tenaga kerja, bahan baku maupun fasilitas-
fasilitas produksi juga akan berfluktuasi
sehingga menjadi lebih sulit.
Pola Produksi Konstan
 Berarti volume produksi yang sudah
direncanakan didalam perencanaan luas
produksi dibagi merata kedalam tiap-tiap
periode yang pendek yaitu : harian, mingguan
dan bulanan.
Pola Produksi Tidak Konstan
 Volume produksi tahunan diproduksi,
dibagi dalam periode-periode pendek yang
berbeda-beda. Jumlah produksi bulan
pertama tidak sama dengan produksi bulan
berikutnya.
Beberapa factor yang erlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pola produksi :
1. Pola Penjualan :
 Produsen umumnya berusaha memproduksi
barang untuk dijual
 Perusahaan berproduksi untuk memenuhi
kebutuhan penjual
 Maka volume penjual (pola penjualannya)
akan mempengaruhi pola produksinya
2. Pola Biaya
 Biaya perputaran tenaga kerja
 Biaya simpan
 Biaya lembur
 Biaya sub kontrak
Contoh soal :
Pola penjualan pada suatu perusahaan bergelombang yaitu 7 sbb :

Triwulan Jumlah Penjualan


I 200 unit
II 450 unit
III 1100 unit
IV 400 unit

Perusahaan akan memenuhi penjualannya itu dengan 3 alternatif pola


produksi yang diajukan yaitu :
1. Pola yang konstan, 500 unit pertriwulan
2. Pola bergelombang; mengikuti gelombang
penjualannya. Disini maximum produksi hanya
sebesar kapasitas maximum yang dimiliki oleh
fasilitas produksi = 1000 unit per triwulan.
Lebih dari ini harus ditutup dari persediaan
atau dari sub kontrak perusahaan lain.
3. Pola yang moderat yaitu : 400 unit per
Triwulan untuk I dan II, sedangkan 800 unit
pertriwuluan untuk triwulan III dan IV
Pada data yang ada di perusahaan menunjukan keadaan
bahwa :
1. Biaya penyimpanan barang-barang hasil produksi = Rp 80,- per
unit/triwulan
2. Setiap kenaikan hasil produksi sebesar 200 unit diperlukan
perputaran tenaga kerja Rp. 4000,- sedangkan untuk
pnurunan hasil produksi tidak perlu biaya
3. Upah kerja lembur harus dibayarkan apabila hasil produksi
lebih besar daripada 700 unit, dengan premi sebesar Rp 100,-
unit/triwulan
4. Biaya sub kontrak jika dipesan diperusahaan lain sebesar Rp
100/unit
Dari data tersebut diatas pilihlah alternatif pola produksi
yang paling baik dan yang akan mendatangkan ongkos tambahan
yang rendah.
1200

1000

800

Konstan
600
Bergelombang
Moderat

400

200

Gambar : Pola Produksi Konstan, Bergelombang dan Moderat


0
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4
Dari data-data diatas dapat diperhitungkan biaya tambahan
untuk masing-masing pola produksi
Biaya-biaya tersebut antara lain :
1. Untuk Pola Produksi Konstan
a. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Karena pola produksinya konstan (produksi tiap triwulan
sama) maka tidak ada perputaran tenaga kerja, berhubung
kebutuhan tenaga kerja antara triwulan I s/d IV sama. Hal ini
perusahaan tidak menanggung biaya perputaran tenaga kerja,
maka kebaikan pola produksi konstan antara lain :
 Tidak ada perputaran tenaga kerja
 Hubungan dengan supplier menjadi lebih baik
 Modal kerja karyawan menjadi lebih tinggi, dll
b. Biaya Simpan
 Pada triwulan I produksi 500 unit, sedangkan permintaan hanya
200 unit, berarti terdapat kelebihan produsi diatas permintaan
yaitu 300 unit kelebihan produksi tersebut harus disimpan dan
menumbulkan biaya simpan sebesar Rp 80,- x 300 unit = Rp
24.000,-
 Pada triwulan II penjualan 450 unit sedangkan produksi diperoleh
perusahaan sebesar 500 unit, maka ada kelebihan hasil produksi
50 unit dengan demikian kita harus menanggung biaya
penyimpanan :
Triwulan I Rp 80,- x 300 unit = Rp 24.000,-
Triwulan II Rp 80,- x 50 unit = Rp 4.000,-
Sampai triwulan III perusahaan menanggung biaya penyimpanan
sebesar Rp 28.000,-
 Pada triwulan III penjualan perusahaan 1.100 uni
sedangkan hasil produksi 500 unit, maka kekurangan
produksi sebesar 600 unit, akan tetapi kita masih
punya persedian yang kita simpan sebesar 300 unit +
50 unit = 350 unit, hal ini tidak akan menumbulkan
biaya simpan tetapi kekurangan produksi ini harus
ditutupi dengan sub kontrak dari pabrik lain.
(perhitungan dapat dilihat pada halaman berikutnya)
 Pada triwulan IV penjualan sebesar 400 unit
sedangkan produksi perusahaan sebesar 500 unit
maka kelebihan produksi sebesar 100 unit. Hal ini
menimbulkan biaya simpan sebesar 100 unit x Rp 80,-
= 8.000,- pada triwulan IV ini perusahaan
menanggung biaya simpan sebesar Rp 8.000,-
Oleh karena itu maka biaya
simpan yang ditanggung oleh
perusahaan :

Triwulan I = Rp 24.000,-
Triwulan II = Rp 28.000,-
Triwulan III =-
Triwulan IV = Rp 8.000,-.
Total Biaya Simpan = Rp 60.000,-
c. Biaya Sub Kontrak
 Biaya sub kontrak terjadi apabila perusahaan
kekurangan produksi untuk menutupi
permintaan. Hal ini terjadi pada triwulan III
dimana produksi hanya 500 unit ditambah
persediaan yang masih ada 350 unit, jumlah
tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan
yang pada saat itu sebesar 1.100 unit,
sehingga terjadi kekurangan sebesar 250 unit.
Jumlah tersebut harus di sub kontrakkan pada
perusahaan lain dan akan menanggung biaya
sub kontrak sebesar 250 unit x Rp 100,- = Rp
25.000,-
Biaya Kerja Lembur
 Bagi pola produksi konstan ini tentu saja tidak akan terjadi
kerja lembur karena jumlah produksi selalu sama tiap
triwulannya. Ini juga merupakan kelebihan/kebaikan untuk
pola produksi konstan. Disamping terdapat data bahwa kerja
lembur baru akan terjadi bila produksi melebihi 700 unit.
Oleh sebab itu tidak menanggung biaya kerja lembur.
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi konstan adalah sbb
:
Biaya perputaran tenaga kerja = Rp –
Biaya Simpan = Rp 60.000,-
Biaya kerja lembur = Rp –
Biaya Sub Kontrak = Rp 25.000,-
Total = Rp 85.000,-
2. Untuk Pola Produksi Bergelombang
a. Biaya Simpan
 Bagi pola produksi bergelombang tidak aka nada
biaya simpan, karena produksi selalu mengikuti
permintaannya, sehingga tidak pernah terdapat
adanya kelebihan produksi diatas permintaan yang
disimpannya.
b. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
 Dari triwulan I ke triwulan II terdapat kenaikan
produksi sebesar 250 unit atau dari 200 unit menjadi
450 unit, maka akan menanggung biaya perputaran
tenaga kerja sebesar 250/200 x Rp 4.000 = Rp
5.000,-
 Dari Triwulan II ke III terdapat kenaikan
produksi sebesar 550 unit atau dari 200 unit
menjadi 1.100 unit (Max kapasitas) maka akan
menanggung biaya perputaran tenaga kerja
sebesar : 550/200 x Rp 4.000,- = Rp 11.000,-
 Dari triwulan III ke IV terdapat penurunan
produksi dari 1000 unit menjadi 400 unit,
keadaan ini dapat mengakibatkan
pengurangan tenaga kerja sehingga
menanggung biaya pesangon bagi pekerja
bersangkutan. Akan tetapi dalam perusahaan
ternyata datanya menunjukan bahwa tidak
diperlukan biaya tersebut.
c. Biaya Kerja Lembur
Biaya kerja lembur ini akan terjadi pada
triwulan ke III dimana produksi mencapai 1000
unit atau 300 unit diatas batas kerja lemburnya
yaitu 700 unit. Maka harus menanggung biaya
lembur : 300 unit x Rp 100,- = Rp 30.000,-
d. Biaya Sub Kontrak
Pada Triwulan III permintaan adalah 1.100
unit sedangkan produksi tidak mungkin mencapai
sebanyak itu karena melebihi kapasitas maximum
yaitu 1000 unit, maka terjadi kekurangan 100 unit
dan harus ditutupi dengan sub kontrak yaiu : 100
unit x Rp 100,- = Rp 10.000,-
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi
bergelombang :
Biaya perputaran tenaga kerja = Rp 16.000,-
Biaya Simpan =-
Biaya kerja lembur = Rp 30.000,-
Biaya sub kontrak = Rp 10.000,-
Tota Biaya Produksi Bergelombang = Rp 56.000,-
3. Pola Produksi Moderat
a. Biaya Perputaran Tenaga Kerja
Dari triwulan I ke III terdapat kenaikan
produksi dari 400 unit menjadi 800 unit atau
kenaikan sebesar 400 unit, padahal tiap kenaikan
produksi sebesar 200 unit akan mengakibatkan
biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp 4.000,-
maka akan terdapat biaya perputaran tenaga
kerja sebesar : 400/200 x Rp 4.000,- = Rp 8.000,-
b. Biaya Simpan
 Pada triwulan I terdapat kelebihan produksi
diatas permintaan yaitu 400 unit - 200 unit =
200 unit jadi harus menanggung biaya simpan
sebesar : 200 unit x Rp 80,- = Rp 16.000,-
 Pada triwulan II permintaan 450 unit
sedangkan produksi hanya 400 unit jadi
terdapat kekurangan 50 unit kekurangan ini
akan ditutupi dari persediaan pada teriwulan I
sebesar 200 unit sehingga masih harus
menyimpan sebesar 150 unit dengan biaya
150 unit x Rp 80,- = Rp. 12.000,-
 Pada triwulan III produksi sebesar 800 unit sedangkan permintaan
sebesar 1100 unit, jadi kekurangan sebesar 300 unit tetapi
perusahaan masih mempunyai persediaan sebesar 150 unit oleh
sebab itu kekurangan tinggal 150 unit hal ini tidak menanggung
biaya simpan justru membayar biaya sub kontrak untuk menutupi
kekurangan produksi tersebut (lihat perhitungan biaya sub
kontrak)
 Pada triwulan IV terdapat produksi 800 unit, sedangkan
permintaan hanya 400 unit. Kelebihan produksi sebesar 400 unit
ini akan menanggung biaya sebesar 400 unit x Rp 80,- = Rp
32.000,-
Total Biaya Simpan berarti :
Triwulan I = Rp 16.000,-
Triwulan II = Rp 12.000,-
Triwulan III = Rp-
Triwulan IV = Rp 32.000,-
Total = Rp 60.000,-
c. Biaya Kerja Lembur
Biaya kerja lembur terjadi pada triwulan III dan IV karena saat itu
produksi melebihi 700 unit. Jadi masing-masing triwulan
menanggung biaya kerja lembur untuk kelebihan diatas 700 unit
itu sebsar Rp 100,- per unit.

Pada triwulan III = 100 unit x Rp 100,- = Rp 10.000,-


Pada triwulan IV = 100 unit x Rp 100,- = Rp 10.000,-
Total = Rp 20.000,-
d. Biaya Sub Kontrak
Pada triwulan III terjadi kekurangan produksi dan
persediaan untuk menutupi permintaan kekurangan
tersebut adalah : 1.100 unit – (800+150) = 150 unit,
maka biaya sub kontrak : 150 x Rp 100,- = Rp 15.000,-
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi moderat
adalah :
Biaya perputaran Tenaga kerja = Rp 8.000,-
Biaya simpan = Rp 60.000,-
Biaya kerja lembur = Rp 20.000,-
Biaya sub kontrak = Rp 15.000,-
Total = Rp 103.000,-
Contoh Kasus

Anda mungkin juga menyukai