Anda di halaman 1dari 12

RENCANA STRATEGIS

PGRI
1. Beni Kusuma Wardani
2. Candra Wahyuliono
3. Nuril Huda
4. Shendik Widiantoro
Rencana Strategis
PGRI

Kelebihan Kelemahan

Peluang Ancaman

Landasan
Landasan PGRI Azas PGRI Nilai Utama PGRI
Operasional
 Jumlah anggota PGRI yang cukup besar
 Strukturorganisasi yang merata meliputi seluruh
wilayah sampai kedesa-desa;
 Semangat kekeluargaan, kebersamaan, dan
kesetiakawanan organisasi para anggota serta
pengurusnya masih cukup baik;
 Memiliki semangat juang dan integritas yang tinggi;
 Dengan modal sejarah yang Panjang serta pengalaman
yang relatip banyak,;
 Tempat berkarya/pengabdian anggota PGRI tersebar
diseluruh Kabupaten-kota
 Pengakuan atas eksistensi PGRI oleh organisasi profesi
lain masih tetap tinggi
 Dengan kurangnya komunikasi antara pengurus dan anggota masih
banyak yang menanyakan manfaat organisasi bagi para anggota.
 Hanya sedikit pengurus PGRI yang secara sungguh sungguh
mengelola organisasi secara professional dengan kepedulian yang
relative tinggi.
 Disemua tingkat kepengurusan terdapat kelemahan manajemen
dengan belum dapat diterapkan manajemen organisasi modern yang
efektif.
 Konsep, gagasan, dan pemikiran tentang pembangunan Pendidikan
pada umumnya dan bidang tenaga kependidikan pada khususnya
jarang dating dari organisasi PGRI.
 Kelemahan yang klasik dan utama adalah dibidang sarana,
prasarana, dan dana
 Amandemen UUD 45 tentang pendidikan; serta lahirnya UU Nomor: 14
tahun 2005 tentang Guru dan. Program Pendidikan
 Untuk Semua (Education For All) yang dilancarkan dunia dan program
wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun bagi Indonesia merupakan
peluang bagi PGRI untuk berperan serta secara aktif dalam
menangani pendidikan.
 Dalam kondisisosial yang rawan terhadap disintegrasi bangsa,
peluang dan jati diri PGRI sebagai organisasi yang bersifat unitaristis,
yang tidak membedakan asal usul, suku, agama, aliran politik, status,
dan tingkat Pendidikan menjadi semakin penting.
 Undang UndangNomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
 Peraturan Pemrintah Nomor:74 tahun 2008 tentang Guru merupakan
landasan hukum yang kuat dalam penataan dan penanganan guru.
 Masyarakat umum masih memberikan rasa hormat terhadapprofesi
guru sebagai organisasi yang unitaristik, independen, dan non politik
praktis
 PGRI akan makin dituntut lebih berperan lagi atau bahkan mungkin akan ada
gugatan dan hujatan atas beberapa perilaku pengurus yang kurang terpuji.
 Pada masa kini dan masa mendatangakan mengganggu posisi, kedudukan, dan
kebersamaan
 PGRI sebagai organisasi profesi.
 Terbuka kesempatan dan kebebasan bagi para anggota untuk membentuk
organisasi guru diluar PGRI.
 Sebagai dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era
globalisasi akan masuk tenaga dan budaya asing yang akan menyaingi dan
mungkin eksistensi perguruan nasional akan terancam.
 Dengan meningkatny aupaya kebebasan, keterbukaan, dan kesadaran/
penegakkan hokum akan makin banyak pencari keadilan melalui upaya hokum
terhadap para guru atau pimpinan dinas kependidikan yang dianggap melanggar
hukum.
 Terkait dengan semakin intensifnya otonomi daerah yang belum diikuti kesiapan
pemerintah daerah dan masyarakat; akan dirasakan oleh anggota dan akan
berdampak pada organisasi PGRI.
 Landasan hukum Pancasila Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan,
Penjelasan, dan Amandemennya.
 Undang -Undang UU No.8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kernasyarakatan
 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
 PP Nomor: 27, 28, 29, 30 tahun 1990.
 PP Nomor: 72, 73 tahun 1991.
 PP Nomor: 38, 39 tahun 1992.
 PP Nomor: 70 tahun 1991.
 PP Nomor: 19 tahun 2005.
 PP Nomor: 74 tahun 2008 tentang Guru.
 Keputusan Presiden No. 78 tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional.
 Organisasional : AD / ART PGRI hasil kongres XIX Keputusan kongres PGRI XIX
tahun 2003
 a.Otonomi daerah harus dilaksanakan berlandaskan solidaritas persatuan dan kesatuan bangsa
serta keadilan
 b. Otonomi daerah harus dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social seluruh rakyat
yang pada gilirannya harus menjamin rasa keadilan dan perlindungan hukum yang sama bagi
semua orang.
 c. PGRI berpegang pada sikap serta kebijakan dasar bahwa otonomi daerah:
 (1) tidak boleh menurunkan derajat Pendidikan dasar untuk semua, kesehatan rakyat
keseimbangan lingkungan hidup, dan kesejahteraan social bagi semua penduduk;
 (2) tidak boleh menelikung serta mengingkari demokrasi, transparansi, dan tanggungjawab; (3)
harus menjamin keadilan dan persamaan bagi semua umat manusia;
 (4) harus menghormati dan melindungi hak-hak dasar rakyat;
 (5) harus lebih menjamin tercapainya pendidikan dasar yang berkualitas dan bebas biaya bagi
semua anak;
 (6) harus memberi bukti nyata dan efektif bagi peningkatan harkat, martabat, dan kesejahteraan
guru didaerah;
 (7) harus memberikan perlindungan dan kebebasan profesi bagi guru serta tenaga kependidikan
lainnya dalam melaksanakan pembangunan Pendidikan didaerah; dan
 (8) harus melaksanakan semua kebijakan otonomi daerah melalui proses yang transparan,
demokratis, bertanggungjawab.
 d. Tujuan pembangunan pendidikan nasional harus sejalan dan sating mendukung dengan
tujuan pendidikan yang ditetapkan secara universal dan dilaksanakan dengan
demokratis, menghormati serta melindungi hak-hak asasi manusia, dan menumbuhkan
sikap yang mendukung upaya perdamaian dunia.
 e. Pendidikan untuk Semua (Education for All) dan Peningkatan Mutu Pendidikan untuk
semua rakyat Indonesia harus menjadi program utama pembangunan pendidikan nasional
dengan segala program pendukungnya.
 f. PGRI tetap berpendirian bahwa anggaran pendidikan yang layak adalah minimal 6% dari
GNP atau sekurang kurangnya 20% dari APBN/APBD agar Pendidikan dasar yang bermutu
bagi semua anak Indonesia dapat tercapai.
 Penggunaan anggaran pendidikan yang tersedia harus dimanfaatkan secara transparan,
terukur serta terarah bagi semua kepentingan Pendidikan dasar yang bermutu untuk
rakyat banyak (public expenditure on education sector).
 g. Rekomendasi ILO/UNESCO tahun 1966 tentang “Status Guru” menjadi acuan dasar
dalam upaya peningkatan harkat, martabat, dan kesejahteraan guru yang harus tercermin
dalam berbagai kebijakan baik pemerintah pusat maupun daerah dalam menangani
perlindungan dan peningkatan harkat dan martabat guru.
 h. Langkah dan perjuangan PGRI meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan guru
dilakukan melalui prinsip dan asas perjuangan serikat pekerja dengan tetap bertumpu
pada jati diri PGRI dan sejalan dengan sifat dan hakikat profesi guru. Dengan demikian,
unjuk rasa dan pemogokan adalah upaya terakhir yang boleh dilakukan PGRI dengan
tetap mengedepankan kepentingan anak didik, kesantunan, dan ketertiban.
 Pancasila dan UUD 1945
 Unitaristik
 Independen
 Profesional
 Non partisan
 Kejuangan
 Kebermanfaatan
 Kebersamaan dan Kekeluargaan
 Kesetiakawanan Sosial
 Demokrasi
 Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945
 Unitaristik, independen, dan nonpartisan.
 Membangun persatuan, kesatuan, dan kebersamaan
 Membangun solidaritas dan soliditas guru yang kuat dan Bersatu
 Mengedepankan mutu dan komitmen moral
 Menjunjung tinggi profesionalisme organisasi dalam memajukan pendidikan
 Disiplin, tertib, dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.
 Membela hak dan martabat anggota profesi
 Membangun dan mengedepankan kekeluargaan, persatuan, dan
musyawarah dalam mufakat
 Memotivasi anggota dalam melaksanakan tugas dan kewajiban serta
menegakkan disiplin dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai