Anda di halaman 1dari 21

Flavonoid

KELOMPOK 1

• Moch. Alvan
• Rita Purna
• Bagus Alip
• Tio Ardhinata
• Eka Putri
• M. Rizal
• Sarah Naili
• Abdul Fattah
• Afenda T
• Elfrida Hazna
Flavonoid
• Flavonoid adalah salah satu metabolit sekunder dan
merupakan jenis antioksidan yang memiliki banyak
manfaat serta banyak dijumpai pada tanaman di
Asia Tenggara khususnya Indonesia
• Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan
cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam, berada dalam
bentuk glukosida (mengandung rantai samping
glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
aglikon (Cuppett et al.,1954).
Struktur Flavonoid
Flavanon
• Merupakan prekursor langsung pada kebanyakan
flavonoid, disintesis dari asam amino fenilalanin
atau tirosin
Struktur Flavanon
Klasifikasi daun katuk
• Kingdom : Plantae
• Divisio : Magnoliophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Ordo : Malpighiales
• Familia : Phyllanthaceae
• Genus : Sauropus
• Spesies : S.androgynus
Bahan
Methanol, etil asetat, n-heksane, amilum dan
kloroform, FeCl3, NaOH, silica gel 60 F254, silica gel
G type E, asam asetat glasial, KI, Na2S2O3.5H2O,
H2SO4, K2Cr2O7, Na2SO4 buatan E’Merck
Metode
• Skrining Fitokimia
Sampel diekstraksi dengan metanol selama 25 menit dan
didapat ekstrak metanol daun katuk lalu dikocok kuat
dengan kloroform dan ditambah air suling sampai
terbentuk 2 lapisan. Lapisan air dibagi menjadi 3 bagian,
bagian pertama ditambahkan FeCl 2 tetes yang
menghasilkan warna hitam jika positif mengandung
flavonoid. Bagian kedua ditambahkan NaOH 10%2 tetes
yang menghasilkan warna hijau kebiruan jika positif.
Bagian ketiga ditambahkan MgCl2 2 tetes yang
menghasilkan warna merah jambu jika positif.
• Isolasi Flavonoid Daun Katuk
Dilakukan maserasi pada 1000 gram sampel dengan
metanol selama 48 jam. Selanjutnya dipekatkan pada
suhu 600 pada rotary evaporator sampai terbenteuk
ekstrak. Ekstrak di ekstraksi lagi dengan n-heksan
hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah
ditambah etil asetat lalu dikocok kuat sampai
terbentuk dua lapisan. Yang kemudian lapisan atas
dicuci dengan aquadest sampai terbentuk fraksi etil
asetat
• Uji KLT: Menggunakan fase diam silikan gel 60
F254 dengan fase gerak campuran n-heksan:
methanol dengan perbandingan 9:1 v/v, 8:2 v/v, 7:3
v/v, 6:4 v/v, 5:5 v/v, 4:6 v/v, 3:7 v/v, 2:8 v/v, 1:9
v/v dan menunjukkan hasil pemisahan yang baik
pada fase gerak n-heksan:etil asetat (3:7)
• Isolasi senyawa daun dilakukan dengan
kromatografi kolom dengan ekstrak pekat etil
asetat dengan fase diam silica gel G type E netral
dan fase gerak campuran n-heksan:etil asetat 3:7.
Uji Aktivitas Antioksidan dengan
metode DPPH
• 25 gram ektrak kasar dilarutkan dalam labu ukur 25 ml
dengan methanol ad tanda batas
• Dipipet sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 25 ml dan
didapat hasil konsentrasi sebesar4 ppm, 8 ppm, 12 ppm,
16 ppm
• Masing masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan
DPPH 0,5mM ad tanda batas
• Lalu diabsorbsi menggunakan spektrofotometer sinar
tampak dengan panjang gelombang 515 nm pada waktu
selang 5 menit selama 30 menit
Jenis Pelarut
• Pada uji skrinning fitokimia pelarut yang digunakan untuk
mendapat kan ekstrak adalah metanol dan setelah diperoleh
ekstrak kental lalu dikocok kuat menggunakan kloroform
dan air suling
• Untuk isolasi flavonoid Daun Katuk (Sauropus androgunus
(L) Merr) digunakan metanol untuk maserasi selama 48 jam
• Ekstrak yang diperoleh dari maserasi selanjutnya di
ekstraksi partisi menggunakan n-heksane hingga terbentuk
dua lapisan. Lapisan bawah kemudian ditambahkan etil
asetat dan dikocok kuat sampai terbentuk dua lapisan.
• Pada tahap ini, yang digunakan adalah lapisan atas yang
kemudian dibilas dengan aquadest sehingga diperoleh fraksi
etil asetat
Hasil dan Pembahasan
• Berdasarkan uji skrining ekstrak etanol daun katuk
didapatkan hasil postif. Setelah dianalis dengan
spektrofotmeter UV/Vis dengan serapan
maksimum pada panjang gelombang 292 nm
flavonoid daun katuk dalam pelarut methanol
menunjukkan flavonoid dengan jenis flavanon.
Aktivitas antiradical bebas DPPH
secara Spektrofotometri
• Dilakukan dengan mereaksikan sampel larutan
DPPH dan pengukuran absorbansi sampel pada
konsentari 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, 16 ppm dengan
perbandingan control (tanpa penambahan sampel)
dalam waktu 0-30 menit pada panjang gelombang
515 nm
Hasil absorbansi mengalami penurunan yang menujukkan
bahwa terjadi penangkapan radikal DPPH oleh sampel yang
mengakibatkan ikatan rangkap diazo pada DPPH berkurang
• Pengaruh konsentrasi sampel dengan persentase inhibisi dimana
peningkatan aktivitas sebanding dengan bertambahnya konsentrasi .
Diperoleh harga konsentrasiefektif (IC50) yang ditentukan dari
persamaan regresi dan untuk selanjutnya dari persamaan diplotkan
aktivitas50% . Secara spesifik suatu senyawa dikatakan sangat kuat jika
kurang dari 50ppm, Kuat bernilai 50-100ppm dan lemah jika bernilai 151-
200ppm.
Kesimpulan
• Semakin tinggi konsentrasi sampel yang digunakan
maka absorbansi DPPH semakin menurun, yang
menunjukan adanya aktivitas antioksidan.
• Nilai IC50 Yang diperoleh sebesar 80,81 ppm yang
berarti flafonoid daun katuk memiliki kemampuan
antioksidan yang kuat.
Daftar Pustaka
• Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III.1954.Natural Antioxidant-Are
They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidant,
Chemistry, Health effect and Applications, AOCS Press,
Champaign, Illinois: 12-24
• Redha,Abdi.2010.Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya
dalam Sistem Biologis.Jurnal Belian Vol.9 No.2 hal. 196-202
• Zuhra, Cut Fatimah; Tarigan, Juliati Br.; dan Sihotang, Herlice.2008.
Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus
androgunus (L) Merr).Jurnal Biologi Sumatera Vol. 3 No. 1 hal. 7-10
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai