2. Dedy Admawijaya : 2016.61.002685 3. Hendyansyah : 2016.61.002634 BAB I Membangun budaya Kualitas A. MEMBANGUN BUDAYA KUALITAS
Salah satu permasalahan yang dihadapi suatu
organisasi dalam menerapkan pelayanan yang berkualitas adalah hambatan budaya.
Banyak upaya-upaya telah dilakukan organisasi
mulai dari pembangunan komitmen dari para pegawai, pelatihan, perencanaan dan implementasi program. Namun seringkali hasilnya tidak banyak dan kinerja yang diraih tampak datar atau flat saja. Greenberg dan baron menyatakan bahwa : Meskipun ada anggapan bahwa satu budaya organisasi lebih baik daripada budaya organisasi lainnya, namun sejumlah fakta justru menunjukkan bahwa beberapa perusahaan dengan label budaya organisasi terbaik mengalami kinerja keuangan yang buruk. Goetsch dan Davis mengemukakan beberapa alasan utama kenapa perubahan budaya harus dilaksanakan sebelum atau bersamaan (parallel) dengan implementasi strategis pelayanan berkualitas,yaitu: Perubahan tidak dapat berjalan dalam keadaan lingkungan yang tidak ramah atau ada intimidasi. Mengubah kearah kualitas prima secara keseluruhan memerlukan waktu. Seringkali pelaksanaan progam membangun budaya kualitas tidak langsung memberi hasil yang langsung prima Merupakan hal yang sulit untuk memperbaiki hal- hal yang telah berlalu. Bagi pegawai yang telah lama bekerja umumnya sudah tidak menarik lagi bagaimana dari waktu ke waktu genderang perubahan ditabuh dan lama kemudian terbiarkan Ialu menghilang B. LANGKAH-LANGKAH MENGKONVERSI KE BUDAYA KUALITAS Melakukan identifikasi sikap, perilaku, proses dan prosedur yang akan diubah; Menuliskan perubahan yang direncanakan; Mengembangkan suatu rencana yang menyeluruh dari perubahan yang akan dilakukan; Memastikan seluruh pihak yang mendukung perubahan merasa akrab dengan transisi emosional pegawai saat perubahan dilaksanakan; Melakukan identifikasi pegawai yang dianggap kunci, pegawai yang memahami apakah suatu konversi dapat dilakukan atau dipastikan tidak dapat dilakukan. Melibatkan pegawai yang dianggap kunci kedalam team perubahan dan membantu menghadapi para pegawai dalam transisi emosional; Melakukan pendekatan dengan hati dan pikiran ketika mengenalkan budaya baru dengan melakukan komunikasi yang terbuka; Menggunakan strategi pendampingan yang dilakukan secara perlahan tapi pasti dalam mengarahkan pegawai; dan Selalu mengumandangkan “Dukung,Dukung dan Dukung,” baik dari segi materi,moral maupun emosional ke semua pegawai yang terlibat dalam perubahan. C. MANAJEMEN KUALITAS DALAM PERSPEKTIF ISLAM Manajemen kualitas dalam Islam tidak berarti hanya memproduksi produk berkualitas agar konsumen merasa puas, tapi lebih dari itu mencakup keseluruhan aspek kualitas individu, organisasi dan masyarakat, sehingga hasilnya dapat bermanfaat untuk kesejahteraan seluruh umat manusia. Sarker (1999) menjabarkan tujuan dari perusahaan yang islami yaitu “memaksimasi profit dan sekaligus falah (kesuksesan di dunia dan diakhirat)”. Dalam Islam, kemampuan berkompetisi tidak digunakan untuk mengeksploitasi yang lain, tapi justru untuk saling membantu dalam meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas ekonomi Islam membutuhkan semua jenis produksi. Jadi ada kebutuhan untuk bekerja sama di antara semua perusahaan dalam mencapai ekonomi yang berkualitas dan kemakmuran bersama. Perkembangan suatu negara hanya dapat dicapai melalui peningkatan kinerja kualitas dari semua perusahaan di negara tersebut. ‘Together we develop ” harus menjadi strategi, dan “together we share our quality living” harus menjadi tujuan dari perjuangan (Hassan, 2005). Ada empat filosofi yang mendasari manajemen dalam Islam, yaitu (1) Tawhid (2) Risalah. (3) Khilafah dan (4) Akhirah (Sadeq, 1996). Setiap muslim harus meyakini bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta alam semesta beserta isinya yang tunduk terhadap hukumNya (tawhid ). Jadi Islam memiliki pendekatan tersendiri dalam mengelola semua urusan di muka bumi, termasuk urusan bisnis dan ekonomi. Organisasi
Manajemen Kualitas
Tenaga kerja Atribut interaktif
Atribut kualifikasi diri dan Input Kualitas Model Peran Komitmen Motivasi Pengetahuan Konsultasi Perencanaan Keadilan Perubahan Persaudaraan
Kinerja yang terbaik
Hasil yang terbaik
Model Manajemen Kualitas
Sumber : Sadeq, “Quality Management in the Islamic Framework”, 1996 D. MEMBANGUN BUDAYA KAIZEN DAN INOVASI DALAM ORGANISASI Budaya Kaizen lahir dari salah satu tokoh industri di Jepang yang bernama Maasaki Imai. Kaizen dilambangkan dengan sebuah kura-kura yang identik dengan gerak perlahan namun terus- menerus secara konsisten melakukan pergerakan. Kaizen dijiwai dengan semangat bahwa perubahan besar akan dapat dicapai dengan melakukan Perubahan-perubahan kecil yang secara konsisten dilakukan. Dalam Kaizen, siapa pun, dimana pun, dan kapan pun, dapat melakukan perbaikan dan peningkatan mutu dengan memulainya dari hal-hal terkecil. Budaya Kaizen ini sangat jelas terlihat pada perusahaan- perusahaan Jepang. manfaat dari pelaksanaan Kaizen bagi individu 1) proses kerja lebih mudah, 2) hasil kerja lebih baik, 3) meningkatkan keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan, 4) meningkatkan kondisi yang kondusif bagi pekerjaan, 5) mengasah kemampuan diri karyawan untuk melakukan perbaikan, 6) meningkatkan prestasi berprestasi dengan adanya penghargaan atas ide, dan 7) meningkatkan kerja sama tim dan merasa saling memiliki. BAB II KEHANDALAN PRODUK DAN STANDAR ISO A. PENTINGNYA STRATEGI PEMELIHARAAN DAN KEHANDALAN Sasaran pemeliharaan dan kehandalan adalah mempertahankan sistem. Sistem pemeliharaan yang baik menghilangkan variabilitas. Sistem harus dirancang dan dipelihara agar dapat mencapai kinerja dan standar kualitas yang di harapkan. Pemeliharaan (maintenance) mencakup semua aktivitas yang berkaitan dengan menjaga semua peralatan sistem agar tetap dapat bekerja. Keandalan (reliability) adalah peluang sebuah komponen mesin atau produk akan berfungsi dengan benar selama waktu waktu tertentu dalam kondisi-kondisi tertentu. Taktik penting untuk meningkatkan keandalan dan pemeliharaan tidak hanya pada produk dan peralatan, tetapi juga dari sistem yang menghasilkannya. Taktik penting untuk meningkatkan keandalan dan pemeliharaan tidak hanya pada produk dan peralatan, tetapi juga dari sistem yang menghasilkannya.
Taktik keandalan Taktik pemeliharaan
adalah: adalah: Meningkatkan Menerapkan atau komponen demi meningkatkan komponen, pemeliharaan preventif, Menyediakan redudansi, Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan, PEMELIHARAAN Pemeliharaan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Pemeliharaan preventif (preventive maintenance) adalah suatu rencana yang mencakupinspeksi rutin, perawatan rutin, dan pemeliharaan fasilitas untuk mencegah terjadinya kegagalan. Pemeliharaan preventif juga mencakup perancangan sistem teknis dan sistem manusia yang akan menjaga proses produktif tetap bekerja dalam batas toleransi dan menjadikan sistem tersebut dapat menjalankan proses produktifnya. 2. Pemeliharaan kerusakan (breakdown maintenance) adalah pemeliharaan yang bersifat perbaikan yang terjadi ketika peralatan mengalami kegagalan dan menuntut perbaikan darurat atau berdasarkan prioritas. B. MENERAPKAN PREVENTIVE MAINTENANCE Untuk melaksanakan pemeliharaan preventif, harus diketahui kapan sebuah sistem memerlukan pemeliharaan atau kapan kemungkinan sistem akan gagal. Sebuah tingkat kegagalan awal yang tinggi atau dikenal dengan tingkat kematian sedini mungkin terjadi pada banyak produk. Setelah sebuah produk, mesin, atau proses menyesuaikan diri, penelitian mengenai distribusi MTBF dapat dilakukan. Distribusi ini berupa sebuah kurva normal, ketika distribusi memperlihatkan standar deviasi yang kecil maka perlu dilakukan pemeliharaan preventif sekalipun biaya pemeliharaannya mahal. Sedangkan kegagalan dini mengikuti distribusi eksponensial negatif. Pada umumnya, semakin mahal pemeliharaannya maka makin sempit distribusi MTBF nya (standar deviasi kecil). Catatan pemeliharaan peralatan merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah sistem pemeliharaan preventif, seperti halnya catatan mengenai waktu dan biaya perbaikan. Catatan seperti ini juga dapat memberikan informasi serupa tentang jenis peralatan dan pemasoknya. Penyimpanan catatan sangatlah penting sehingga kebanyakan sistem pemeliharaan yang baik saat ini dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebuah fasilitas pemeliharaan yang baik harus memiliki 6 hal berikut. 1. Personal yang terlatih dengan baik 2. Sumber daya yang memadai 3. Kemampuan menetapkan sebuah rencana perbaikan dan prioritas 4. Kemampuan dan otoritas untuk melakukan perencanaan bahan 5. Kemampuan mengidentifikasi penyebab kerusakan 6. Kemampuan merancang cara memperluas MTBF PEMELIHARAAN PRODUKTIF TOTAL
Pemeliharaan produktif total yaitu
menggabungkan kualitas manajemen total dengan sudut pandang pemeliharaan strategis, dari proses dan desain peralatan hingga pemeliharaan preventif. Banyak perusahaan telah beralih ke konsep manajemen kualitas total dalam implementasi pemeliharaan preventif dengan pendekatan pemeliharaan produktif total (total productive maintenance-TPM). pemeliharaan produktif total meliputi hal-hal berikut : 1. Perancangan mesin yang handal, mudah di operasikan, dan mudah pemeliharaannya 2. Penekanan pada biaya kepemilikan total saat membeli mesin, hingga biaya pelayanan dan pemeliharaan sudah termasuk dalam biaya pembelian tersebut 3. Pembuatan rencana pemeliharaan preventif yang memanfaatkan praktik terbaikdari para operator, departemen pemeliharaan, dan depot layanan 4. Pelatihan pekerja untuk mengoperasikan dan memelihara mesin merekasendiri C. TEKNlK-TEKNIK UNTUK MENINGKATKAN PEMELIHARAAN 1. Simulasi karena rumitnya beberapa keputusan pemeliharaan,simulasi komputer merupakan perangkat yang baik untuk mengevaluasi dampak dari berbagai kebijakan. Pihak manajemen juga dapat menyimulasikan penggantian komponen yang belum rusak sebagai upaya mencegah timbulnya kerusakan di masa mendatang. Simulasi yang dilakukan melalui model fisis juga bermanfaat. sebagai contoh model fisis dapat menggetarkan sebuah pesawat udara untuk menyimulasikan ribuan jam terbang guna mengevalusi kebutuhan pemeliharaan. 2. Sistem pakar yaitu program komputer yang menirukan logika manusia guna membantu karyawan mengisolasi serta memperbaiki berbagai kesalahan pada peralatan dan permesinan. DuPont menggunakan sistem pakar untuk memantau peralatan dan melatih petugas perbaikannya. D. KETERLIBATAN DENGAN ISO Standard diartikan sebagai kesepakatan- kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri antara lain mengenai spesifikasi- spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah dinyatakan. Salah satu contohnya adalah penetapan standar ukuran dan format kartu kredit, atau kartu-kartu “pintar” (smart) lainnya yang telah mengikuti standar intemasional ISO dan dapat digunakan di berbagai mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di seluruh dunia, dan banyak contoh-contoh lainnya. Dengan demikian standar internasional telah membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah, serta lebih meningkatkan keandalan dan kegunaan barang dan jasa. E. STANDARD KUALITAS INTERNASIONAL Standardisasi internasional adalah suatu kanyataan yang diperlukan di dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang dihasilkan memenuhi suatu standar yang telah dikenal. Secara umum tujuan penyusunan standar internasional adalah untuk memfasilitasi perdagangan, pertukaran, dan alih teknologi melalui peningkatan mutu dan kesesuaian produksi pada tingkat harga yang layak, peningkatan kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan, dan pengurangan limbah, kesesuaian dan keandalan inter-operasi yang lebih baik Untuk dapat berhasil mengimplementasikan sertifikasi ISO 9000, ada delapan prinsip yang harus dijadikan landasan implementasi, yakni : 1. Fokus pada pelanggan 2. Kepemimpinan 3. Pelibatan orang 4. Pendekatan proses 5. Pendekatan sistem pada manajemen 6. Perbaikan berkesinambung 7. Pendekatan Fakta Pada Pengambilan Keputusan 8. Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok F. AUTONOMOUS MAINTENANCE Autonomous maintenance sebagai bagian dari proses pengendalian untuk menjaga produk yang dihasilkan merupakan produk dengan kualitas terbaik karena dihasilkan oleh proses dan peralatan dengan performa maksimal. Langkah sederhana dalam melakukan AM antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penyamaan persepsi diantara semua individu
yang terlibat. 2. Mengadakan pelatihan pemeliharaan bagi semua karyawan tentang bagaimana cara melakukan perawatan minor mesin. 3. Membentuk tim-tim kecil pada setiap divisi atau bagian yang akan terlibat dalam program AM. 4. Menyusun jadwal dari masing-masing divisi yang dikoordinir oleh tim maintenance. 5. Manajemen melakukan launching dan peresmian program AM. BAB III BUDAYA ORGANISASI DAN STRATEGI MEKANISME MEMAHAMI PELANGGAN A. FOKUS PADA PELANGGAN Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik atau terkenal. Hal ini dituangkan dalam perumusan apa yang menjadi tujuan dan sasaran perusahaan tersebut. Dalam hal ini maka yang pertama-tama harus diperhatikan perusahaan adalah fokus pada pelanggan atau orientasi pada pelanggan, yaitu apa yang harus dipuaskan perusahaan bagi pelanggannya. Dengan penekanan perhatian perusahaan pada pelanggan, maka tentunya yang harus dipuaskan perusahaan tersebut adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs&wants). “Customer needs” adalah suatu hal yang dicari atau diharapkan oleh pelanggan dapat terpenuhi dengan mengkonsumsi suatu barang atau jasa tertentu. Perusahaan haruslah berupaya untuk dapat mengetahui apa yang harus dipenuhi oleh perusahaan bagi pelanggannya. Dalam hal ini tentunya adalah “customer needs”, dan perusahaan harus dapat mencapai tingkat kepuasan semaksimal mungkin dari kebutuhan pelanggan tersebut. Sedangkan “customer wants” terkait dengan harapan atas keinginan untuk dipenuhi, seperti mutu produk dan pelayanannya, fitur produk tersebut dan model atau desain produk itu. Permasalahan yang harus terus diperhatikan perusahaan sebagai lanjutan tindakan dalam strategi perusahaan, khususnya di bidang pemasaran adalah bagaimana “customer needs and wants” tersebut dapat dipenuhi. Untuk itu perusahaan haruslah selalu siap dengan komitmennya yaitu fokus pada pelanggan. Fokus pada pelanggan merupakan titik awal dari pandangan mutu bagi kepuasan pelanggan B. FOKUS PADA PELANGGAN JANGAN HANYA RETORIKA Banyak survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga atau perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan yang memperhatikan keinginan dan kebutuhan pelanggannya dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dibandingan perusahaan lain. Kualitas pelayanan yang lebih baik inilah yang kemudian akan berkontribusi pada tingkat kepuasan pelanggan. Jadi, hubungan “fokus pada pelanggan- kualitas pelayanan-tingkat kepuasan” merupakan rantai yang memang sudah terbukti secara empiris. Kesadaran akan keharusan berfokus pada pelanggan mendorong berbagai service provider terus berbenah diri. Pembenahan dari sisi 3P - Process, People, dan Physical Evidence menjadi kecenderungan saat ini. C. FAKTOR-FAKTOR KUALITAS YANG TERLIBAT DALAM MEMBANGUN REPUTASI YANG BAIK 1. Kualitas barang dan jasaa 2. Hubungan dengan pelanggan dan mendengarkan pendapat pelanggan apabila perusahaan tidak memperlakukan para pelanggan secara baik, maka dengan segera pelanggan-pelanggan itu akan meninggalkan perusahaan. 3. Kepemimpinan perusahaan yang kuat, serta struktur dan kultur perusahaan 4. Pemenuhan kontrak 5. Reputasi, gaya dan visi kepemimpinan dari seorang Chief Executive Offier 6. Membangun profil media 7. Relasi dengan warga masyarakat suatu perusahaan yang sukses akan menjumpai masalah ketika tidak memberi perhatian pada warga masyarakat di lokasi perusahaan itu beroperasi. ‘Bad news’ dapat menyebar dengan begitu cepatnya, maka menjaga relasi yang baik dengan warga masyarakat menjadi suatu hal yang penting. D. KONSEP PELANGGAN
Pelanggan adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk
memenuhi suatu standar kualitaS tertentu yang akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan. Maine dkk (dalam Nasition, 2004:101) memberikan beberapa definisi tentang pelanggan yaitu: Pelanggan adalah orang yang tidak bergantung pada kita, tetapi kita yang tergantung padanya Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada apa keinginannya Tidak ada seorang pun yang pernah menang beradu argumentasi dengan pelanggan Pelanggan adalah orang yang teramat penting harus dipuaskan Menurut Nasution (2004:102) pada dasarnya, dikenal tiga jenis golongan pelanggan dalam sistem kualitas modern, yaitu : Pelanggan Internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performansi pekerjaan (atau perusahaan) kita Pelanggan Antara adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk Pelanggan Eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, yang sering disebut dengan pelanggan nyata. Pelanggan eksternal merupakan orang yang membayar untuk menggunakan produk yang dihasilkan E. BUDAYA PELAYANAN UNGGUL Pelayanan merupakan bagian dari budaya yang harus ditanamkan dalam diri setiap orang di dalam perusahaan terutama para frontliner yang berhubungan dengan pelanggan. Terdapat tiga karakteristik yang bisa dijadikan sebagai jiwa dari pelayanan unggul,yaitu : 1. Kesederhanaan dalam Aturan 2. Kecepatan dalam pelayanan 3. Ditangani oleh SDM Profesional KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN Permasalahan yang harus Diharapkan pengembangan terus diperhatikan perusahaan manajemen kualitas yang sebagai lanjutan tindakan dalam berdasarkan nilai-nilai Islam ini strategi perusahaan, khususnya di dapat membawa dunia Islam bidang pemasaran adalah bagaimana “customer needs and wants” tersebut menjadi semakin dekat pada dapat dipenuhi. Untuk itu perusahaan kesatuan, pengertian dan haruslah selalu siap dengan kerjasama antar muslim dalam komitmennya yaitu fokus pada menghadapi tantangan di dunia pelanggan. Fokus pada pelanggan modern. Hal ini juga dapat merupakan titik awal dari pandangan menjadi syiar bahwa Islam adalah mutu bagi kepuasan pelanggan. Oleh suatu pandangan hidup terbaik karena itu, perusahaan haruslah selalu bagi seluruh umat manusia. siap dengan komitmennya atas mutu. Dengan keberhasilan perusahaan Standar yang islami diperlukan dalam pengelolaan mutu, seperti juga dalam membentuk budaya dengan QMS (Quality Management manajemen yang islami pada System) atau dengan TQM (Total sebuah perusahaan, yaitu Quality Management) adalah menerapkan prinsip keadilan, cerminan atas mutu produk. Dalam hal keprogresifan dan keetisan dalam ini jaminan mutu produk merupakan hubungan kerja, baik antar gambaran dari fokus pada pelanggan, terutama untuk dapat terjaminnya pegawai yang muslim maupun kepuasan pelanggan tersebut. dengan pegawai yang non muslim. TERIMAKASIH