KEMBALIAN Kelompok 3 Cahya Purwaningsih (1601007) Alifya Octari (1601086)
Dosen: Benni Iskandar, M.Si, Apt
PRINSIP PENANGANAN KELUHAN PENANGANAN KELUHAN
Jenis Keluhan dan Laporan :
• Mutu : Menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari produk atau kemasannya
• Efek Samping yang merugikan : seperti alergi,
reaksi toksik, reaksi fatal dan lain sebagainya
• Medis : Seperti kurang memberikan manfaat
atau kurang memberikan respon klinis ( khusus fitofarmaka) Penanganan Keluhan dan Laporan Keluhan dan laporan harus terdokumentasi
Keluhan dan laporan ditangani bagian yang
bersangkut paut sesuai dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima
Dilakukan penelitian dan evaluasi
antara lain : Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh: • Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk atau kemasannya
• Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi,
toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain
• Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk
tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah
• Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan,
evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. CON’T
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang
keluhan atau laporan tersebut.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap
contoh yang diterima bila perlu memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan.
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang
berkaitan, termasuk catatan bets , catatan distribusi, catatan hasil pengujian, dsb CON’T
Tindak Lanjut Penanganan Keluhan
yaitu dengan:
• Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan
• Penarikan kembali bets produk jadi atau seluruh produk jadi yang bersangkutan • Tindak lanjut lainnya yang sesuai : mis : pemusnahan produk atau penghentian produk tersebut • Pencatatan dan pelaporan ke atasan. Keluhan Terhadap Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh: • Keluhan mengenai mutu dan berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk atau kemasannya • Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain. • Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah. PENARIKAN KEMBALI PRODUK JADI Penarikan Kembali
Penarikan kembali produk adalah suatu proses
penarikan kembali dari satu atau beberapa batch atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut: • Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan. • Produk kembalian yang dapat diproses ulang. • Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaklah mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan (CPOB, 2006) • Dalam CPOB Poin ini berisi : • Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan urgensinya. Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami segala operasi penarikan kembali. • Hendaklah tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu, untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. • Operasi penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat. Keputusan penarikan kembali produk:
1. Dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah
Otoritas Pengawasan Obat 2. Secara intern hendaklah datang dari kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan manajemen perusahaan; 3. Dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir; 4. Dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk. 5. Pelaksanaan Penarikan Kembali Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan
1. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan,
hendaklah dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan segera. Penarikan kembali hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen; 2. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas; 3. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi. Contoh penarikan kembali Pelaksanaan Penarikan : • Waktu : Segera • Tindakan Khusus : Penghentian Peredaran ( embargo) • Tingkat Penarikan :Sampai konsumen ( bila reaksi besar terhadap kesehatan ) Penarikan kembali : Sistem Dokumentasi : • Ada sistem dokumentasi • Dibuat protap penarikan kembali • Catatan dan Laporan pelaksanaan Contoh Dokumentasi Contoh Portal Penarikan Produk Kembalian Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan 1. Idustri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
• Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan
karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan
• Produk kembalian yang dapat diproses ulang
• Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan
tidak dapat diproses ulang 2. Prosedur hendaklah mencakup: • identifikasi dan catatan mutu produk kembalian; • penyimpanan produk kembalian dalam karantina; • penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Pengawasan Mutu • evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat diproses ulang atau tidak; • pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
Pelaksanaan penanganan produk kembalian dan tindak lanjut
yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan. Setiap pemusnahan produk kembalian dibuat Berita Acara yang ditandatangani oleh pelaksana dan saksi. 3. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Penanganan Terhadap Hasil Pengamatan, Keluhan dan Penarikan Kembali Produk Yang Beredar. Jakarta: BPOM
Badan POM. 2006. Pedoman Pembuatan Obat yang Baik.