Anda di halaman 1dari 12

KEMUHAMMADIYAHAN III

PARADIGMA
PENGEMBANGAN
IPTEK
Kelompok 6
 Lisa Gustani Handayani
 Margaretha
 Maulidia Chairani Pertiwi

FARMASI A
Apa sebenarnya IPTEKS itu ?
IPTEKS adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni.
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
Sedangkan ilmu pengetahuan atau Sains adalah himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan
dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains
dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis
(science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains
mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai,
sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik
nilai lokal maupun nilai universal.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa
Art is an expression of human feeling adalah suatu
pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi
jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang
menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran,
dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan
seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.
Potensi manusia (jasmani dan rohani)
dalam pengembangan IPTEKS
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang
dimiliki oleh manusia, di antaranya adalah sebagai berikut :
 Menurut Jalaluddin, ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu
potensi ruh, jasmani (fisik), dan rohaniah. Pertama, ruh; berisikan potensi
manusia untuk bertauhid. Kedua, jasmani; mencakup konstitusi biokimia
yang secara materi teramu dalam tubuh. Ketiga, rohani; berupa konstitusi
non-materi yang terintegrasi dalam jiwa, termasuk ke dalam naluri
penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek, perasaan, akal, dan
unsur jiwa yang lainnya
 Imam al-Ghazali menyatakan manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu;
1. qalb; merupakan suatu unsur yang halus, berasal dari alam ketuhanan, berfungsi untuk
merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada
hakikatnya tidak bisa diketahui;
2. ruh; yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu dan
merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui;
3. nafs; yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia;,
4. aql; yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat ilmu
yang tempatnya di hati.
 Jalaluddin dan Usman Said, secara garis besar manusia memiliki empat potensi
dasar, yaitu :
1. hidayah al-ghariziyyah (naluri), yaitu kecenderungan manusia untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya, seperti, makan, minum, seks, dan lain-lain, dalam hal ini
antara manusia dengan binatang sama;
2. hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah
SWT (ahsan at-taqwim);
3. hidayah al-aqliyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik
dan mendidik (animal educandum);
4. hidayah diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai potensi
dasar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Sumber ilmu pengetahuan dalam
pemikiran islam
■ Adapun sumber ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,
yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber
dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak
(absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat
perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya
tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat
selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.
Pandangan islam terhadap
pengembangan teknologi
■ Dalam islam sendiri, Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
alquran tidak pernah dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
mengekang umatnya tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
untuk maju dan modern, yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
justru islam sangat
mendukung kemajuan dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
umatnya untuk penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
melakukan penelitian dan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si.
bereksperimen dalam Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa
bidang apapun termasuk neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
dalam bidang teknologi.
Bagi islam, teknologi
merupakan bagian dari Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa semua yang ada dilangit dan bumi yang penuh misteri ini
ayat-ayat allah yang perlu dapat kita mencari tahu kebenarannya dengan melakukan penelitian-penelitian yang kita
kita gali dan kita cari lakukan. Dengan kita sebagai umat islam melakukan penenlitian tersebut diharapkan dapat
membantu kita dalam mencari kemudahan hidup baik didunia maupun diakhirat dalam bidang
kebenarannya, misalnya apapun termasuk teknologi. Selain banyak memuat tentang pentingnya pengembangan sains,
dalam ayat alquran Alquran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir
dibawah ini sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk
menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam
agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi
keselarasan alam dan manusia.
Rambu rambu pengembangan IPTEKS
dalam Alqur’an
■ Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan
seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai
kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak, melainkan manusianya
yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi
■ Pengembangan IPTEKS harus mengarah pada kemashlatan umum umat manusia
sebagai makhluk social, makhluk individual dan sebagai makhluk beragama
■ Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan
pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi.
Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan
sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini,
bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam
hukum Allah).
Integrasi antara iman, IPTEKS dan
amal Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, “kamu perhatikan
■ Adapun integrasi antara bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
Iman, IPTEKS, dan Amal yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
adalah sangat erat cabangnya (menjulang) ke langit, (QS. 14:24) pohon itu
kaitannya. Islam merupakan memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
ajaran agama yang Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
sempurna. itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. 14:25)
Kesempurnaannya dapat
tergambar dalam keutuhan
inti ajarannya. Ada tiga inti
ajaran Islam, yaitu Iman,
Islam dan Ihsan. Ketiga inti Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara
ajaran itu terintegrasi di iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan
dalam sebuah sistem ajaran antara iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak
yang disubut Dienul Islam. dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang
pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon
yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang
pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik
dengan teknologi dan seni.
TERIMA KASIH …..
Ada yang mau bertanya?
Kesimpulan
■ Perkembangan teknologi dalam pandangan islam merupakan pengembangan ilmu
pengetahuan yang melalui teknologi yang membuat lebih mudah dalam mengakses
sesuatu dimana saja. Dengan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT,
manusia dituntut untuk mengembangkannya, yaitu dengan jalan mencari ilmu
pengetahuan. Dan perkembangan iptek seharusnya menjadikan syariah islam (yang
lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan
sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya digunakan umat islam,
bukan standar manfaat (pragtisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.
Umat islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh syariah islam.
Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh
umat islam memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.

Anda mungkin juga menyukai