IMPINGEMENT
SYNDROME
DESI DEVIANA D
112018192
Definisi
Sindrom Impingement disebut juga painful arc syndrome, supraspinatus syndrome, swimmer’s
shoulder, dan thrower’s shoulder, adalah suatu sindrom klinis yang terjadi ketika tendon otot
rotator cuff mengalami iritasi dan meradang ketika melalui ruang subacromial. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit, kelamahan dan hilangnya gerakan pada bahu.
Anatomi
Bahu terdiri dari
2 tulang humerus dan scapula
2 sendi glenohumeral dan acromioclavicular
2 articulatio scapulothoracic dan acromiohumeral
Otot-otot rotator cuff
M. Supraspinatus abduksi
M. Infraspinatus eksorotasi
M. Teres minoris eksorotasi
M. Subscapularis endorotasi dan adduksi
Tujuan: memberikan stabilisasi dinamis pada caput humeral di fossa glenoid dan bersama
dengan deltoid, menyebabkan elevasi tangan. Rotator cuff berperan dalam 45% kekuatan
abduksi dan 90% pada kekuatan eksorotasi.
Etiologi
Impingement Primer : Impingement sekunder :
Peningkatan muatan subacromial Beban berlebihan dari Rotator cuff /
Ketidakseimbangan jaringan lunak
Morfologi Akromion
Ketidakstabilan/kelemahan
Arthrosis acromioclavicular (osteofit inferior) Glenohumeral
Hipertrofi ligamentum coracoacromial Kelemahan Tendon caput longus
biceps
Impingement pada coracoid
Lesi Glenoid labral
Penebalan bursa subacromial dan fibrosis Ketidakseimbangan otot
Penonjolan tuberositas major humerus Diskinesia scapula
Kapsula posterior yang sempit
Trauma (makrotrauma langsung, atau
mikrotrauma berulang) Paralisis trapezius
Aktivitas diatas kepala (atletik dan non-atletik)
Patofisiologi
Gambaran klinik
1. Tendinitis subakut
Bahu tampak normal tetapi sangat nyeri di sepanjang tepi anterior acromion
Nyeri tekan paling mudah ditunjukkan dengan meraba tempat yang sakit dengan bahu dalam
keadaan ekstensi
Pada abduksi aktif, ritme skapulohumerus terganggu dan nyeri semakin hebat bila lengan
melewati arkus antara 60 dan 120 derajat arkus nyeri
Impingement yang nyeri juga dapat diperlihatkan dengan mempertahankan lengan pada fleksi
90o dan kemudian secara paksa merotasi bahu ke dalam
Biasanya keadaan itu dapat pulih dan membaik bila aktivitas penyebabnya dihindari
2. Tendinitis kronis
Rasa nyeri berkurang bila beristirahat atau diberi terapi obat antiradang, tetapi kambuh bila
dilakukan aktivitas yang lebih berat
Nyeri makin memburuk pada malam hari
Pasien tidak dapat berbaring pada sisi yang terkena dan merasa lebih enak duduk di luar
tempat tidur
Sedikit terjadi kekakuan
Krepitasi kasar yang teraba di atas cuff rotator bila bahu diputar secara pasif ini dapat
menandakan suatu robekan sebagian atau fibrosis yang berat pada cuff
3. Kerusakan cuff
Tidak mudah dideteksi
Robekan ini dapat tersamar juga karena serabut cuff yang tersisa memungkinkan abduksi aktif dengan arkus yang
nyeri, membuatnya sulit diketahui apakah tendinitis kronis disertai komplikasi robekan sebagian.
Kadang-kadang teraba bunyi klik yang teraba bila melalukan endorotasi
Diagnosis dapat dipastikan dengan ultrasonografi, MRI, atau artroskopi bahu
Abduksi aktif tidak dapat dilakukan, tetapi abduksi pasif masih dapat dilakukan bila diangkat di atas sudut siku
pasien dapat mempertahankannya dengan menggunakan deltoidnya (paradoks abduksi)
Biasanya supraspinatus dan infraspinatus mengecil
Nyeri tekan pada sendi acromioclavicular
Bila robekan sebagian atau lengkap sudah berlangsung lama, dapat terjadi osteoarthritis sekunder pada bahu
dan kemudian gerakan sangat terbatas
Pemeriksaan klinis
A. Inspeksi
Untuk inspeksi pada pemeriksaan fisik, pemeriksa harus :
Melihat seluruh otot yang melapisi bahu, dan scapula
Memeriksa apakah terdapat asimetris / atrofi pada massa otot, dan asimetri pada tulang
B. Palpasi
Palpasi dilakukan pada seluruh bahu (apakah terdapat nyeri tekan, deformitas dan atrofi) dari
sendi acromioclavicular, clavicula, sendi glenohumeral, scapula, articulatio scapulothoracic,
kapsula bahu anterior/posterior, fossa supraspinosus dan infraspinosus, serta humerus terutama
bagian proksimal.
Pemeriksaan khusus
1. Impingement sign (Neer Test)
Passive FF > 90 degrees
Pain indicates impingement syndrome
2. Impingement test
Passive FF > 90 degrees continues after subacromial
injection
Relief of pain indicates impingement syndrome
3. Hawkins test
Passive FF of 90 degrees and IR
Pain indicates impingement syndrome
4. Drop arm test
Maintaining FF in plane of scapula
Inability indicates supraspinatus lesion
5. Jobe test
Resisted pronation/FF of 90 degrees
Pain indicates supraspinatus lesion
6. Hornblower sign
Resisted maximal ER/abduction of 90 degrees
Pain indicates infraspinatus, supraspinatus, or post-supraspinatus lesion
Diagnosis
1. Riwayat dari latihan yang terkait dengan nyeri bahu
2. Hasil tes impingement Neer’s atau Hawkins’ positif
3. Mengalami 1 dari gejala : lengkungan menyakitkan (Painful arc), nyeri tekan pada tuberositas
major atau sulcus bicpitalis, nyeri pada kontraksi aktif dari salah satu otot rotator cuff.
Penatalaksanaan
A. Terapi konservatif
- Fisioterapi termasuk ultrasonic dan olahraga aktif dalam posisi bebas dapat membantu pasien
dalam fase nyeri
- Tablet anti radang non steroid jangka pendek
- Dua injeksi metilprednisolon ke dalam ruang subacromial
- Modifikasi secukupnya pada aktivitas bahu sekurang-kurangnya selama 6 bulan.
B. Terapi Pembedahan
Jika gejala tidak mereda setelah 3 bulan perawatan konservatif, atau jika mereka kambuh terus
menerus setelah setiap periode perawatan
Indikasi lebih mendesak jika ada tanda-tanda robekan rotator cuff parsial dan khususnya jika
ada bukti klinis yang baik dari robekan ketebalan penuh pada pasien yang lebih muda
Tujuannya adalah untuk mendekompresi manset rotator dengan mengeluarkan ligamentum
coracoakromial, memotong bagian anterior dari prosessus akromion dan, jika perlu, mengurangi
setiap ekskresi tulang pada sendi acromioclavicular
C. Dekompresi Acromion
Kesimpulan
Sindrom Impingement disebut juga painful arc syndrome, supraspinatus syndrome, swimmer’s
shoulder, dan thrower’s shoulder, adalah suatu sindrom klinis yang terjadi ketika tendon otot
rotator cuff mengalami iritasi dan meradang ketika melalui ruang subacromial dan
mengakibatkan rasa sakit, kelemahan dan hilangnya gerakan pada bahu. Variasi ukuran
acromion dan bentuknya dapat berkontribusi pada terjadinya impingement. Berdasarkan studi
pada kadaver, terdapat 3 bentuk berbeda dari morfologi acromion. Gambaran klinis pada
sindrom impingement tergantung pada tingkat kerusakan, umur pasien dan hebat atau
lambatnya respon penyembuhan. Penatalaksanaan Sindrom Impingement terdiri dari
konservatif dan pembedahan.