Anda di halaman 1dari 60

VALIDITAS DAN

RELIABILITAS
KELOMPOK 3 PPEP PENDIDIKAN BIOLOGI A 2017
1. IAN FADILAH NUR
2. ANNISA MARHELIYANA
3. TASSYA AULIANISA
4. INGGIT AMELLIA HARNUM
VALIDITAS (KEABSAHAN)

 Apakah yang dimaksud dengan validitas?


 Apakah kita benar-benar mengukur apa (konsep)
yang hendak kita ukur?
 Kecermatan dan ketepatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya
 Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
itu mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis
(logical validity) dan hal kedua yang diperoleh adalah validitas empiris
(empirical validity). Secara garis besar ada 2 macam validitas yaitu :
1. Validitas logis
2. Validitas empiris
1. Validitas Logis
 Validitas logis digunakan untuk sebuah instrument evaluasi menunjuk pada
kondisi bagi sebuah instrument yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan
hasil penalaran.
 Instrumen yang valid secara logis adalah instrument yang sudah disusun
berdasarkan teori penyusunan instrument .
 Validitas logis tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah
instrument tersebut selesai disusun.
 Validitas logis dapat diuji menggunakan 2 cara yaitu; validitas isi dan validitas
konstruk.
2. Validitas Empiris

 Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki validitas empiris bila


sudah diuji dari pengalaman.
 Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun
instrument berdasarkan ketentuan saja, harus dibuktikan melalui
pengalaman.
 Validitas empiris dapat diuji menggunakan 2 cara yaitu; validitas
“ada sekarang” dan validitas prediksi.
Penjelasan Tipe-Tipe Validitas

1. Validitas isi (content validity):


2. Validitas konstruk (construct validity):
3. Validitas prediktif (predictive validity):
4. Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
1. VALIDITAS ISI (CONTENT VALIDITY)

 Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan


khusus tertentu yang sejajar dengan materi/isi oelajaran yang
diberikan maka dari itu sering disebut juga validitas kurikuler.
 Validits isi dapat tercapai sejak saat penyusunan dengan cara
memerinci materi untuk kepentingan diperolehnya validitas isi
sebuah tes akan diberikan secara lebih mendalam ketika
menjelaskan cara penyusunan tes.
2. VALIDITAS KONSTRUKSI
(CONSTRUCT VALIDITY)
 Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir soal
pada tes mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan
dalam Tujuan Instruksional Khusus.
 Penyusunan berdasarkan logika bukan pengalaman.
3. VALIDITAS “ADA SEKARANG”
(CONCURRENT VALIDITY)
 Validitas ini lebih umum dikenal sebabagai validitas empiris.
 Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman.
 Tes dipasangkan dengan hal lampau dan data pengalaman
sekarang yang sudah ada.
 Dalam membandingkan dibutuhkan suatu kriterium (alat banding).
4. VALIDITAS PREDIKSI (PREDICTIVE
VALIDITY)
 Sebuah tes dikatakan memiliki vliditas prediksi apabila mempunyai
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa
yang akan datang.
Mengetahui Validitas Alat Ukur

 Rumus korelasi product moment ada 2 macam, yaitu :


1. korelasi product moment dengan simpangan.

2. Korelasi product moment dengan angka kasar.


1. Korelasi Product Moment
Dengan Simpangan.
Contoh Perhitungan :

Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika. Sebagai


kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan
rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kemudian dibuat table persiapan sebagai
berikut :
NO NAMA X Y x y x² y² xy

1 Nadia 6,5 6,3 0 -0,1 0,0 0,01 0,0

2 Susi 7 6,8 +0,5 +0,4 0,25 0,16 +0,2

3 Cecep 7,5 7,2 +1,0 +0,8 1,0 0,64 +0,8

4 Erna 7 6,8 +0.5 +0,4 0,25 0,16 +0.2

5 Dian 6 7 -0,5 +0,6 0,25 0,36 -0,3

6 Asmara 6 6,2 -0,5 -0,2 0,25 0,04 +0,1

7 Siswoyo 5,5 5,1 -1,0 -1,3 1,0 1,69 +1,3

8 Jihad 6,5 6 0 -0,4 0,0 0,16 0,0

9 Yanna 7 6,5 +0,5 +0,1 0,25 0,01 +0,05

10 Lina 6 5,9 -0,5 -0,6 0,25 0,36 +0,3

Jumlah 65,0 63,8 3,5 3,59 2,65


σ𝑋 650
 Ẋ= = = 6,5
𝑁 10
σ𝑌 63,8
 Ẏ= = = 6,38 dibulatkan 6,4
𝑁 10

 x = X-Ẋ
 y = Y-Ẏ

 Dimasukkan ke rumus
σ 𝑥𝑦
rn =
(σ𝑥 2 σ𝑦 2)

2,65
=
3,5 𝑥 39
2,65
=
3,545

Indeks korelasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.
2. Korelasi product moment
dengan angka kasar.
NO NAMA X Y X² Y² XY
1 NADIA 6,2 6,3 42,25 39,69 40,95
2 SUSI 7 6,8 49 46,24 47,6
3 CECEP 7,5 7,2 56,25 51,84 54,0
4 ERNA 7 6,8 49 46,24 47,6
5 DIAN 6 7 36 49 42
6 ASMARA 6 6,2 36 38,44 37,2
7 SISWOYO 5,5 5,1 30,25 26,01 28,05
8 JIHAD 6,5 6 42,25 45,5 39
9 YANNA 7 6,5 49 36 45,5
10 LINA 6 5,9 36 34,81 35,4
JUMLAH 65,0 63,8 426,0 410,52 417,3
 Dimasukkan ke dalam rumus

10𝑋417,3 −(65𝑋63,8)
=
(10𝑋426−4225)(10𝑋410,52−4070,44)
4173−4147
=
(4260−4225)(410.2−4070,44)
26 26
= = = 0,745
35𝑋34,76 34,8797
 Jika diperbandingkan dengan validitas soal yang
dihitung dengan rumus simpangan, ternyata terdapat
perbedaan sebesar 0,003, lebih besar yang dihitung
dengan rumus simpangan.
 Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau
penjumlahan jika diperoleh 3 angka dibelakang kima
dilakukan pmbulatan keatas sehinga perbedaan dapat
diabaikan.
 Untuk memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan
keterangan :
1. Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara
dua hal. Misalnya, hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik.
Sebaliknya jika hal pertama turun, yang kedua ikut turun.
Contoh korelasi positif nilai IPA dan Matematika.
IPA : 2, 3, 5, 7, 4, 3, 2
Matematika : 4, 5, 6, 8, 5, 4, 3
Kondisi nilai matematika sejajar dengan IPA karena naik dan
turunnya nilai matematika mengikuti naik dan turunnya nilai IPA.
2. Korelasi Negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua hal.
Misalnya, hal oertama nilainya naik, justru yang kedua turun. Sebaliknya jika yang
pertama turun, yang kedua naik.
Contoh korelasi negative antara nilai IPA dengan Matematika
IPA : 5, 6, 8, 4, 3, 2
Matematika : 8, 7, 5, 1, 2, 3
keadaan hubungan antara dua hal yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari tidak selalu hanya positif atau negative saja, tetapi mungikin 0. besarnya
korelasi pun tidak menentu seperti contoh berikut :
Contoh korelasi tidak tertentu
A : 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7
B : 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4
Keadaan kedua nilai tersebut jika dihiutng dengan rumus korelasi mungkin
positif mungkin negative.
 Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1.00 sampai +1,00.
 Besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
1. 0,800-1,00 : sangat tinggi
2. 0,600-0,800 : tinggi
3. 0,400-0,600 : cukup
4. 0,200-0,400 : rendah
5. 0,00-0,200 : sangat rendah
Penafsiran Harga Koefisien Korelasi

1. Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan misalnya korelasi


tinggi, cukup, dsb.
2. Dengan berkonsultasi ke table harga kritik r product moment
sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika
harga r lebih kecil dari harga kritik dalam table, maka korelasi
tersebut tidak signifikan dan sebaliknya.
C. Hal Yang Berhubungan Dengan
Penyelenggaraan Tes
 Faktor penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat
menentukan hasil tes.
 Contoh :
 Petunjuk yang diberikan sebelum tes di mulai, akan memberikan
ketenangan kepada para tes-tes dalam mengerjakan tes.
 Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh
siswa terhadap tes.
 Suasana lingkungan dan tempat tes akan memengaruhi hasil tes.
2. Cara-cara Mencari Besarnya
Reliabilitas

Metode bentuk paralel (Equivalent)

Metode tes ulang (Test-retest method)

Metode belah dua atau Split-half method


A. Metode Bentuk Paralel
(Equivalent)
 Tes paralel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan
tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda.
 Dalam istilah bahasa inggris disebut alternate forms method (parallel forms).
 Dalam menggunakan metode ini, pengetes harus menyiapkan 2 buah tes, dan
masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama.
 Oleh karena itu, ada orang menyebutkan sebagai double test-double-trial
method.
 Kelemahan dari metode ini adalah bahwa pengetes pekerjaannya berat
karena harus menyusun dua seri tes. lagi pula harus tersedia waktu yang lama
untu mencobakan 2 kali tes.
B. Metode Tes Ulang (Test-Retest
Methode)
 Dalam menggunakan metode ini, pengetes hanya memiliki satu seri tes,
tetapi dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung
korelasinya.
 Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini
dapat disebut dengan single-test-double-trial-method.
 Pada umumnya hasil tes yang kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes
pertama. Hal tersebut tidak mengapa karena pengetes harus sadar akan
adanya practice effect dan carry over effect. Yang penting adalah adanya
kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi
yag tinggi.
C. Metode Belah Dua atau Split-
Half Method
 Dalam menggunakan metode ini, pengetes hanya menggunakan sebuah tes
dan dicobakan satu kali. Oleh karena itu, disebut juga single-test-single-trial
method.
 Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui
reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan
rumus Spearman-Brown sebagai berikut :
2 𝑟1ൗ21ൗ
𝑟 1ൗ21Τ = korelasi antara skor-skor tiap belahan tes
r 11= 2
2
(1+ 1ൗ 1 r 11 = koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
2 ൗ2)

 Contoh : korelasi antara belahan tes = 0,60


2 𝑥 0,60 1,20
 Maka, reabilitas tes = r 11= = = 0,75
(1+0,60) 1,60
 Ada 2 cara membelah butir soal, yaitu :
 Membelah atas item-item genap dan item-item ganjil
yang selanjutnya disebut belahan ganjil-genap.
 Membelah atas item-item awal dan item-item akhir
yaitu separuh jumlah pada nomor-nomor awal dan
separuh pada nomor-nomor akhir yang selanjutnya
disebut belahan awal-akhir.
Contoh Perhitungan Reliabilitas
Dengan Metode Belah Dua
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengadakan analisis butir soal yang lebih terkenal dengan
nama analisis item. Item yang dapat dijawab dengan
benar diberi skor dan bagi yang salah diberi skor 0.
1. Pembelahan ganjil genap
Didapatkan :
∑X = 25
∑Y = 22
∑X2 = 93
∑Y2 = 76
∑XY = 63

r xy product moment dengan angka kasar


Setelah dihitung dengan rumus korelasi
diketahui bahwa = -0,3786. harga tersebut baru menunjukkan reliabilitas
separuh tes. Dengan rumus Spearman-Brown diperoleh r 11 = -0,5493
2. Pembelahan awal-akhir
Didapatkan :
∑X = 25
∑Y = 22
∑X2 = 91
∑Y2 = 78
∑XY = 63

r xy product moment dengan angka kasar


Setelah dihitung dengan rumus korelasi
diketahui bahwa = -0,3831. harga tersebut baru menunjukkan reliabilitas
separuh tes. Dengan rumus Spearman-Brown diperoleh r 11 = -0,5538
3. Penggunaan rumus Flanagan
Flanagan merupakan seorang ahli penemu rumus yang perhitungannya
menggunakan belah dua ganjil-genap.

𝑆12 + 𝑆22
r 11= 2 1 − 𝑆𝑡 2
Ket :
r 11 = reliabilitas tes
S12 = varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item ganjil
S12 = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap
St2 = varians total yaitu varians skor total
Varians dapat dicari dengan rumus sbb :
σX2
σX2 −
S2 = 𝑁
𝑁
 Berdasarkan data tabel belahan ganjil-genap
perhitungannya adalah sbb :
252 222
93 − 76 −
 S1 2 = 8
S2 2 = 8
8 8
93 −78,125 76 −60,5
= =
8 8
= 1,859 = 1,937
472
295 − 8
 St2 =
8
295 −276,13
=
8
= 2,36
Dimasukkan ke dalam rumus Flanagan, diperoleh demikian :
𝑆12 + 𝑆22
r 11= 2 1 − 𝑆𝑡 2
1,859+ 1,937
r 11= 2 1−
2,359

= -1,218
4. Penggunaan rumus Rulon
Rulon merupakan seorang ahli yang rumusnya diterapkan pada data
belahan awal-akhir.
𝑆𝑑 2
r 11= 1 -
𝑆𝑡 2
Ket :
Sd2 = varians beda
D = difference, adalah perbedaan antara skor belahan pertama
(awal) dengan skor belahan kedua (akhir)
σd = 3
σd2 = 43

(σX)2
σd2 −
Sd2 = 𝑁
𝑁
32
43 − 8
=
8

(dimasukkan ke rumus Rulon) 43 −1,125


=
8
𝑆𝑑 2
r 11= 1 -
𝑆𝑡 2
5,234
= 5,234
r 11 = 1 −
2,36

= 1 – 2,218
= -1,218
 Dari perhitungan dengan rumus Flanagan maupun Rulon,
ternyata hasilnya sama, keduanya lebih besar daripada 1,00.
secara teoritik, koefisien ini salah tetapi karena pembulatan-
pembulatan dalam perhitungan, hasil seperti ini dapat saja
terjadi.
 Syarat untuk dapat menggunakan metode belah dua adalah :
 bahwa banyaknya item harus genap agar dapat dibelah.
 Item yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak setelah
dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan
belahan kedua.
 Untuk mengatasi kesulitan memenuhi
persyaratan tsb, maka reliabilitas dapat dicari
dengan rumus yang dikemukakan oleh Kuder
dan Richardson.
 Rumus yang digunakan kedua orang tsb
dengan diberi nomor yaitu rumus K-R 20 dan
rumus K-R 21.
5. Penggunaan rumus K-R 20
𝑛 𝑆 2 − σ 𝑝𝑞
Rumus r11 =
𝑛−1 𝑆2
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = q – p)
σ 𝑝𝑞 = jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians)
 Dalam buku-buku lain n sering diganti dengan k, yang juga
melambangkan banyaknya item.
 Demikian juga huruf S sebagai lambang standar deviasi, dituliskan
SB sebagi singkatan dari kata Simpangan Baku.
 Maka rumus K-R 20 menjadi :
𝑘 𝑆𝐵2 − σ 𝑝𝑞
r11 =
𝑘−1 𝑆𝐵2

 Penggunaan huruf k ini juga berlaku bagi rumus-rumus lain yang


melibatkan banyaknya item tes, misalnya K-R 21 dan rumus Alpha.
Dimasukkan ke dalam rumus K-R
20
𝑛 𝑆 2 − σ 𝑝𝑞
r11 =
𝑛−1 𝑆2
7 1,362 −1,31
=
6 1,36
S = 1,56 (dicari dengan kalkulator)

1,85−1,31
= 1,17 x
1,85
0,54
= 1,17
1,85
= 1,17 x 0,29
= 0,342
Langkah 1. Mencari jumlah kuadrat responden dengan
rumus :
Langkah 2. Mencari jumlah kuadrat item dengan rumus :

Keterangan :
Langkah 3. Mencari jumlah kuadrat total dengan rumus :
Langkah 4. Mencari jumlah kuadrat sisa, dengan rumus :

Langkah 5. Mencari varians responden dan varians sisa


dengan tabel F
Langkah 6. Memasukkan ke dalam rumus
Berdasarkan tabel tersebut dapat dicari reliabilitas soal dengan
rumus Hoyt melalui langkah-langkah berikut ini.

Langkah 1. Mencari jumlah kuadrat responden


Langkah 2. Mencari jumlah kuadrat item Langkah 3. Mencari jumlah
kuadrat total
Langkah 4. Mencari jumlah kuadrat sisa

Langkah 5. Mencari varians responden dan varians sisa


dengan tabel F
Tabel F

Untuk mencari d.b sisa, harus


dicari d.b total dahulu baru
dikurangi d.b responden
dan d.b item.
d.b total = k x N – 1 + 7 X 10
– 1 = 70 – 1 = 69

d.b responden = N – 1 = 10 –
1=9

d.b item = k – 1 = 7 – 1 = 6

d.b sisa = d.b total – d.b


responden – d.b item = 69 –
9 – 6 = 54
Mencari reliabilitas tes bentuk uraian
Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut :
Contoh perhitungan mencari reliabilitas
Tabel Analisis Item
Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap – tiap item dahulu, baru
dijumlahkan.

Perlu diingat bahwa rumus varians yang sudah kita kenal,


yaitu :
Maka
EVALUASI

1.
2.
3. Hitunglah reliabilitas tes dengan Metode Belah Dua atau Split-Half
Method bila diketahui korelasi antara belahan tes 0,50!
4. Hitunglah jumlah kuadrat responden, bila pada suatu test diketahui
jumlah responden sebanyak 10 orang, dengan jumlah soal sebanyak
10 item, dan skor total peserta berjumlah 40, serta kuadrat skor
totalnya ialah 190!
Jawaban

1.
2.
3. Digunakan rumus Spearman-Brown
2 𝑟1ൗ21ൗ
r 11= 2
korelasi antara belahan tes = 0,50
(1+ 1
ൗ21ൗ )
2
2 𝑥 0,50 1
 Maka, reabilitas tes = r 11= = = 0,67
(1+0,50) 1,50
 4.

Anda mungkin juga menyukai