RELIABILITAS
KELOMPOK 3 PPEP PENDIDIKAN BIOLOGI A 2017
1. IAN FADILAH NUR
2. ANNISA MARHELIYANA
3. TASSYA AULIANISA
4. INGGIT AMELLIA HARNUM
VALIDITAS (KEABSAHAN)
x = X-Ẋ
y = Y-Ẏ
Dimasukkan ke rumus
σ 𝑥𝑦
rn =
(σ𝑥 2 σ𝑦 2)
2,65
=
3,5 𝑥 39
2,65
=
3,545
Indeks korelasi antara X dan Y inilah indeks validitas soal yang dicari.
2. Korelasi product moment
dengan angka kasar.
NO NAMA X Y X² Y² XY
1 NADIA 6,2 6,3 42,25 39,69 40,95
2 SUSI 7 6,8 49 46,24 47,6
3 CECEP 7,5 7,2 56,25 51,84 54,0
4 ERNA 7 6,8 49 46,24 47,6
5 DIAN 6 7 36 49 42
6 ASMARA 6 6,2 36 38,44 37,2
7 SISWOYO 5,5 5,1 30,25 26,01 28,05
8 JIHAD 6,5 6 42,25 45,5 39
9 YANNA 7 6,5 49 36 45,5
10 LINA 6 5,9 36 34,81 35,4
JUMLAH 65,0 63,8 426,0 410,52 417,3
Dimasukkan ke dalam rumus
10𝑋417,3 −(65𝑋63,8)
=
(10𝑋426−4225)(10𝑋410,52−4070,44)
4173−4147
=
(4260−4225)(410.2−4070,44)
26 26
= = = 0,745
35𝑋34,76 34,8797
Jika diperbandingkan dengan validitas soal yang
dihitung dengan rumus simpangan, ternyata terdapat
perbedaan sebesar 0,003, lebih besar yang dihitung
dengan rumus simpangan.
Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau
penjumlahan jika diperoleh 3 angka dibelakang kima
dilakukan pmbulatan keatas sehinga perbedaan dapat
diabaikan.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan
keterangan :
1. Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara
dua hal. Misalnya, hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik.
Sebaliknya jika hal pertama turun, yang kedua ikut turun.
Contoh korelasi positif nilai IPA dan Matematika.
IPA : 2, 3, 5, 7, 4, 3, 2
Matematika : 4, 5, 6, 8, 5, 4, 3
Kondisi nilai matematika sejajar dengan IPA karena naik dan
turunnya nilai matematika mengikuti naik dan turunnya nilai IPA.
2. Korelasi Negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua hal.
Misalnya, hal oertama nilainya naik, justru yang kedua turun. Sebaliknya jika yang
pertama turun, yang kedua naik.
Contoh korelasi negative antara nilai IPA dengan Matematika
IPA : 5, 6, 8, 4, 3, 2
Matematika : 8, 7, 5, 1, 2, 3
keadaan hubungan antara dua hal yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari tidak selalu hanya positif atau negative saja, tetapi mungikin 0. besarnya
korelasi pun tidak menentu seperti contoh berikut :
Contoh korelasi tidak tertentu
A : 5, 6, 4, 7, 3, 8, 7
B : 4, 4, 3, 7, 4, 9, 4
Keadaan kedua nilai tersebut jika dihiutng dengan rumus korelasi mungkin
positif mungkin negative.
Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1.00 sampai +1,00.
Besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
1. 0,800-1,00 : sangat tinggi
2. 0,600-0,800 : tinggi
3. 0,400-0,600 : cukup
4. 0,200-0,400 : rendah
5. 0,00-0,200 : sangat rendah
Penafsiran Harga Koefisien Korelasi
𝑆12 + 𝑆22
r 11= 2 1 − 𝑆𝑡 2
Ket :
r 11 = reliabilitas tes
S12 = varians belahan pertama (1) yang dalam hal ini varians skor item ganjil
S12 = varians belahan kedua (2) yaitu varians skor item genap
St2 = varians total yaitu varians skor total
Varians dapat dicari dengan rumus sbb :
σX2
σX2 −
S2 = 𝑁
𝑁
Berdasarkan data tabel belahan ganjil-genap
perhitungannya adalah sbb :
252 222
93 − 76 −
S1 2 = 8
S2 2 = 8
8 8
93 −78,125 76 −60,5
= =
8 8
= 1,859 = 1,937
472
295 − 8
St2 =
8
295 −276,13
=
8
= 2,36
Dimasukkan ke dalam rumus Flanagan, diperoleh demikian :
𝑆12 + 𝑆22
r 11= 2 1 − 𝑆𝑡 2
1,859+ 1,937
r 11= 2 1−
2,359
= -1,218
4. Penggunaan rumus Rulon
Rulon merupakan seorang ahli yang rumusnya diterapkan pada data
belahan awal-akhir.
𝑆𝑑 2
r 11= 1 -
𝑆𝑡 2
Ket :
Sd2 = varians beda
D = difference, adalah perbedaan antara skor belahan pertama
(awal) dengan skor belahan kedua (akhir)
σd = 3
σd2 = 43
(σX)2
σd2 −
Sd2 = 𝑁
𝑁
32
43 − 8
=
8
= 1 – 2,218
= -1,218
Dari perhitungan dengan rumus Flanagan maupun Rulon,
ternyata hasilnya sama, keduanya lebih besar daripada 1,00.
secara teoritik, koefisien ini salah tetapi karena pembulatan-
pembulatan dalam perhitungan, hasil seperti ini dapat saja
terjadi.
Syarat untuk dapat menggunakan metode belah dua adalah :
bahwa banyaknya item harus genap agar dapat dibelah.
Item yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak setelah
dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan
belahan kedua.
Untuk mengatasi kesulitan memenuhi
persyaratan tsb, maka reliabilitas dapat dicari
dengan rumus yang dikemukakan oleh Kuder
dan Richardson.
Rumus yang digunakan kedua orang tsb
dengan diberi nomor yaitu rumus K-R 20 dan
rumus K-R 21.
5. Penggunaan rumus K-R 20
𝑛 𝑆 2 − σ 𝑝𝑞
Rumus r11 =
𝑛−1 𝑆2
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = q – p)
σ 𝑝𝑞 = jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians)
Dalam buku-buku lain n sering diganti dengan k, yang juga
melambangkan banyaknya item.
Demikian juga huruf S sebagai lambang standar deviasi, dituliskan
SB sebagi singkatan dari kata Simpangan Baku.
Maka rumus K-R 20 menjadi :
𝑘 𝑆𝐵2 − σ 𝑝𝑞
r11 =
𝑘−1 𝑆𝐵2
1,85−1,31
= 1,17 x
1,85
0,54
= 1,17
1,85
= 1,17 x 0,29
= 0,342
Langkah 1. Mencari jumlah kuadrat responden dengan
rumus :
Langkah 2. Mencari jumlah kuadrat item dengan rumus :
Keterangan :
Langkah 3. Mencari jumlah kuadrat total dengan rumus :
Langkah 4. Mencari jumlah kuadrat sisa, dengan rumus :
d.b responden = N – 1 = 10 –
1=9
d.b item = k – 1 = 7 – 1 = 6
1.
2.
3. Hitunglah reliabilitas tes dengan Metode Belah Dua atau Split-Half
Method bila diketahui korelasi antara belahan tes 0,50!
4. Hitunglah jumlah kuadrat responden, bila pada suatu test diketahui
jumlah responden sebanyak 10 orang, dengan jumlah soal sebanyak
10 item, dan skor total peserta berjumlah 40, serta kuadrat skor
totalnya ialah 190!
Jawaban
1.
2.
3. Digunakan rumus Spearman-Brown
2 𝑟1ൗ21ൗ
r 11= 2
korelasi antara belahan tes = 0,50
(1+ 1
ൗ21ൗ )
2
2 𝑥 0,50 1
Maka, reabilitas tes = r 11= = = 0,67
(1+0,50) 1,50
4.