Anda di halaman 1dari 78

Muhammad Zulfikar

Muhammad Iyad Atsil Wahab


(Notulen)
Andi Masyita Putri (Scriber)
Mulkiyah Zul Fadhilah
Rahmayanti S
Dwi Prihati Ningsi Ikro
Muhammad Ikbal Gusman
Husnul Khatimah Sanusi
Dzakiyyah Anwar
Rezky Amalia Basir

MALNUTRISI PADA ANAK


KLP 1
Skenario 1
Seorang anak laki-laki, 3 tahun,
tanggal lahir 12 Maret 2016 diantar
oleh Ibunya ke puskesmas dengan
keluhan diare sejak 3 hari terakhir
disertai muntah. TD 110/70 mmHg,
P 16x/I, N 67x/I, S = 37.3C dengan
BB 14,5 kg dan TB 115 cm.
Kata kunci
1 2 3 4 5
Anak laki- Lahir 12 Diare sejak Muntah TD 110/70
laki 3 Maret 2016 3 hari mmHg
tahun ( 3 tahun 8 terakhir
bulan)

6 7 8 9 10
P 16x/I N 67x/I S = 37,3C BB 14, kg TB 115 cm.
DAFTAR PERTANYAAN
1. Apakah etiologi diare & muntah pada anak?
2. Bagaimanakah anatomi, histologi, fisiologi, dan biokimia dari organ yang
tekait?
3. Bagaimanakah penanganan pada diare & muntah?
4. Bagaimanakah langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis pada kasus
tersebut?
5. Apakah definisi, epidemiologi, dan etiologi malnutrisi?
6. Bagaimakah hubungan diare, muntah, dan malnutrisi pada skenario?
7. Bagaimana manajemen gizi terkait skenario?
8. Apa sajakah diagnosis banding yang dapat diambil berdasarkan skenario?
Jelaskan!
9. Bagaimanakah integrasi keislaman yang terkait dengan skenario?
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi diare & muntah pada anak.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi dari organ yang terkait.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan diare & muntah terkait skenario.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penegakan diagnosis dari skenario.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, epidemiologi, serta etiologi dari malnutrisi.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan diare, muntah, dan malnutrisi terkait skenario.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen gizi terkait skenario.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis banding yang memungkinkan berdasarkan skenario.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan integrasi keislaman yang terkait dengan skenario.
Etiologi 01 infeksi
diare 02 Non infeksi
Etiologi 01 organik
muntah 02 Non organik
Anatomi

Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human8 Body. Elsevier; 2014.
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human9 Body. Elsevier; 2014.
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human10
Body. Elsevier; 2014.
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human11
Body. Elsevier; 2014.
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human12
Body. Elsevier; 2014.
Gambaran makroskopik hati manusia dari anterior (Putz & Pabst, 2007).
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human Body. Elsevier; 2014.
Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human15
Body. Elsevier; 2014.
Histologi

16
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
17
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
18
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
19
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology. Lange Medical Publications, Clifornia.
fisiologi

Motilitas Sekresi

Digesti Absorpsi
Hormon
pencernaan
Gastrin
01

Sekretin
02

CCK
03

GIP
04
biokimia

Karbohidrat lipid protein


Kerja Hormon yg Mengatur Bahan Bakar

Hormon anabolik Hormon counterregulatory


• Insulin • Glukagon
• Somatostatin
• Ketokolamin
• Hormon pertumbuhan
• Hormon tiroid
Penanganan diare muntah

1
Rehidrasi bila disertai diare berat

Rehidrasi bila disertai dehidrasi ringan 2

Beri tablet zinc 3

Pemberian makanan
4
Pemberian antibiotic secara selectif

5
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
MALNUTRISI PADA ANAK
• Penilaian meliputi penentuan status gizi, masalah yang berhubungan
dengan proses pemberian makanan dan diagnosis klinis pasien.
• Anamnesis meliputi asupan makan, pola makan, toleransi makan,
perkembangan oromotor, motorik halus dan motorik kasar, perubahan
berat badan, faktor sosial, budaya dan agama serta kondisi klinis yang
mempengaruhi asupan.
• Pemeriksaan fisik terhadap keadaan umum dan tanda spesifik
khususnya defisiensi mikronutrien harus dilakukan.
• Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB)
menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau
BB/TB).
Klasifikasi Status Gizi
Anak
Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000
Klasifikasi Status Gizi menurut Wellcome Trust

*Persen BB menurut Umur = (BB pasien/BB normal pada usia yang sama) x 100.
Derajat Malnutrisi berdasarkan BB/TB dan TB/Umur Menurut Waterlow

*Persen BB menurut TB = (BB pasien/BB normal pada TB pasien) x 100


**Persen TB menurut Usia = (TB pasien/TB normal pada usia yang sama) x 100
Status Gizi Pasien pada Skenario
• Berdasarkan cut off Z score WHO 2006

• Berdasarkan Waterlow
Persen BB menurut TB = (BB pasien/BB normal pada TB pasien) x 100

Pada kasus, tidak terdapat defisit tinggi sehingga malnutrisi berdasarkan waterlow tidak
dihitung berdasarkan TB/Umur, melainkan menggunakan BB/TB (Malnutrisi akut/ wasting).
• Berdasarkan Wellcome Trust

Persen BB menurut Usia = (BB pasien/BB normal pada usia yang sama) x 100
definisi MALNUTRISI
epidemiologi
Malnutrisi adalah keadaan
dimana tubuh tidak Malnutrisi merupakan
mendapat asupan gizi yang masalah yang sering terjadi
pada pasien lansia dan
cukup, malnutrisi dapat juga anak-anak
disebut keadaaan yang masalah kesehatan karena
disebabkan oleh ketidak angka prevalensinya cukup
tinggi tidak hanya di negara
seimbangan di antara berkembang tetapi juga
pengambilan makanan negara maju
dengan kebutuhan gizi Studi di Indonesia yang
dilakukan di Jakarta,
untuk mempertahankan menghasilkan data bahwa
kesehatan dari sekitar 20-60% pasien
yang telah menyadang
status malnutrisi dan 69%-
nya mengalami penurunan
status gizi selama rawat
inap di rumah sakit
Etiologi

1. Primer
Apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein ,energi atau
keduanya,tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat.Pada
malnutrisi protein energi primer, kekurangan kalori umumnya
dikaitkan dengan keadaan-keadaan perang,kekacauan social,
ketidaktahuan , kemiskinan , penyakit infeksi,dan ketidak
seimbangan distribusi makanan. Dengan demikian gangguan
sosial ekonomi dapat dianggap sebagai penyebab paling global
kelaparan pada anak di sertai efeknya yang buruk pada
pertumbuhan dan perkembangn anak .
2. Sekunder
akibat adanya penyakit yang dapat menyebabkan asupan
suboptimal,gangguan penyerapan atau pemakaian nutrien,dan
atau peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan nutrien
atau keadaaan stres.Malnutrisi protein-energi merupakan
penyakit gizi terpenting di negara sedang berkembang dan salah
satu penyebab utama mordibilitas dan mortalitas pada masa
kanak-kanak di dunia
• Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi
adalah kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas
perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan serta sanitasi
lingkungan
• Malnutrisi berkaitan erat dengan kemiskinan yang dimana
mereka cendrung sulit untuk memenuhi nutrisi yang cukup
untuk tubuh mereka
MANAGEMENT GIZI PADA
ANAK YANG MENDERITA
MALNUTRISI

Langkah-langkah melakukan Asuhan Nutrisi Pediatrik. Dikutip dari American Society for Parenteral and Enteral Nutrition(ASPEN) dengan modifikasi.
Penatalaksanaan
Malnutrisi
Menurut Depkes RI (2005), penatalaksanaan gizi buruk yaitu:

• Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.


• Mulai pemberian makan.

• Mencegah dan mengatasi hipotermi.


• Koreksi kekurangan zat gizi mikro.

• Mencegah dan mengatasi dehidrasi.


• Memberikan makanan untuk tumbuh kejar.

• Koreksi gangguan elektrolit.


• Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang.

• Mencegah dan mengatasi infeksi.


• Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.
kwashiorkor
Dzakiyyah anwar 021
Definisi

• Malnutrisi adalah kondisi tubuh yang mengalami defisiensi


energi, protein, dan zat gizi sedangkan KEP (Kurang Energi
Protein) merupakan kondisi tubuh yang spesifik pada
kekurangan energi dan protein
• Kwashiorkor merupakan KEP tingkat berat yang disebabkan
oleh asupan protein yang inadekuat dengan asupan energi
yang cukup.

Yandi, RA. Seorang Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor. J Medula Unila. 2016
Jan; 3: 127–32.
epi

• Usia paling rawan terkena kwashiokor adalah 2 tahun karena


pada usia tersebut terjadi peralihan dari ASI ke makanan
pengganti ASI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Gizi Di Indonesia. Jakarta Selatan: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 1-10 p.
etio

• terjadi utamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup


• Karena anak yag beralih dari ASI ke makanan pengganti ASI
namun makanan yang diberikan rendah protein

Suyadi, ES. Kejadian KEP Balita dan Faktor yang Berhubungan di Wilayah Kelurahan Pancoran Mas
Depok Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2009
pato

Anggraeny, O., dkk. Korelasi Pemberian Diet Rendah Protein Terhadap Status Protein, Imunitas,
Hemoglobin, dan Nafsu Makan Tikus Wistar Jantan. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2016, Vol. 3 No.2: 105 – 122
kwashiorkor

Dehidrasi  Kurang
Kurang
cengeng, vitamin &
protein
rewel, apatis mineral

Rambut tipis,
Pembentukan Tekanan Tidak dapat
kemerahan, seperti
lipoprotein ↓ osmotik ↓ membentuk
jagung, mudah rontok
globin yang
Crazy pavement
Lipid cukup
Ekstravasasi dermatosis
tertimbun di cairan ke jar.
hepar interstisial
Anemia

Hepatomegali Edema
tungkai dan
wajah
Gejala klinis

• Gangguan pertumbuhan
• Perubahan mental  cengeng, apatis
• Edema pada seluruh tubuh hingga tampak gemuk
• Wajah anak membulat dan sembap (moon face)
• Gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare
• Rambut kepala sering rontok
• Stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang, rambut merah
dan seperti jagung
• Crazy pavement dermatosis  bercak-bercak putih atau merah muda dengan
tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan dan
disertai kelembapan
• Hepatomegali
• Anemia ringan
Hassan, R., Alatas,H., Latief, A., Napitupulu, P.M., Pudjiadi, A., Ghazali, M.V., et al. 2005. Gizi: Dalam
Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke-11. Jakarta: Infomedika Jakarta.
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemfis
• Pemeriksana penunjang  kadar albumin serum yang rendah
dan kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
Tatalaksana

• Memberikan makan yang mengandung lebih banyak protein


• Penanganan terhadap gejala yang muncul
• dehidrasi  rehidrasi
• infeksi  antibiotik
• Pemberian vitamin dan suplemen
• Berikan makanan untuk mencukupi energi, lalu perbaiki protein
• Berikan makanan secara perlahan agar tubuh dapat
menyesuaikan diri
• Cegah terulang nya penyakit ini dengan memberikan makanan
dengan gizi seimbang
Tim Adaptasi Indonesia. Buku Saku : Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi
Rumah Sakit Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta : Departemen Kesehatan dan WHO. 2009.
MARASMUS
Definisi

• Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan


berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot
generalisata dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).

1. Rudolph, Abraham M. Buku Ajar Peiatri Rudolp. Jakarta: EGC. 2014.


Etiologi
• Masukan makanan yang kurang
• Infeksi
• Kelainan struktur bawaan
• Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
• Pemberian ASI
• Gangguan metabolik
• Tumor hypothalamus
• Penyapihan
• Urbanisasi
2. Mc. Laren, DS. Protein Fatergi Malnutrition. Classification Pathogenesis, Prevalence and Prevention. In-Mc Laren. DS, Burman D (eds) Text Book of
Pediatric Nutrition, 2nd ed Churchill Livingstone, Edinburgh London 1982; pp 103-13.
3. Hutchison JH. Failure To Thrive In Infancy, In : Hutchison JH. (ed). Practical Pediatric Problem, 5th ed. Lloyd Luke Ltd, London 1980; pp 112-8.
4. Jeliffe DB. Infant Nutrition in the Subtropical and Tropical. World Health Organization Genewa 1955; pp. 112-115.
5. Nelson WE. Malnutrition. In Nelson WE. (ed) Mitchell Nelson Text Book of Pediatrics 5th ed.WB Saunders Co. Philadelphia & London 1950; pp. 377-80.
6. Hansen JDL, Buchanan N, Pettifor JM. Protein Energy Malnutrition (PEM) Sign and Symptoms, Pathology, Diagnostic Tests and Treatment. In : Me
Laren DS, Batman D. (eds) Text Book of Pediatric Nutrition, 2nd ed Edinburgh, London 1982; pp. 114-41.
7. Davidson SS, Passmore R. Protein Calorie Malnutrition. In: Human Nutrition and Dietetic, 4th ed. The English Language Book Society and Churchill
Livingstone London 1972; pp. 386-9.
8. Sai FT. Protein Calorie Malnutrition. In Maegraith, BG, Gilles, H.M. (ed). Management and Treatment-of Tropical Diseases I si ed. Blackwell Scientific
Publications Oxford and Edinburgh 1971; pp. 399-408
EPIDEMIOLOGI

• Berdasarkan data statistik Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun


2005 dari 241.973.879 juta penduduk Indonesia, 6% atau sekitar 14,5
juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya
anak-anak dibawah usia 5 tahun (balita).
Patofisiologi
• Kondisi marasmus berada dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.
• Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

10. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 2004.


11. Nuchsan, A. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita. Cermin Kedokteran no. 134. 2002.
Manifestasi klinis
• Kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus.
• Badan kurus kering tampak seperti orang tua.
• Lethargi.
• Irritable.
• Kulit keriput (turgor kulit jelek).
• Ubun-ubun cekung pada bayi.
• Jaringan subkutan hilang
• Malaise
• Kelaparan
• Apatis
• Diare tipe kelaparan, dengan buang air besar yang sering, serta tinja
berisi mukus dan sedikit.
9. Barnes Lewis, Curran John. Nutrisi. Dalam: Wahab S, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak jilid
2 Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000.
16. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC. 2007.
16. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Behrman Kliegman Aevin : EGC. 2007.
Penegakan diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
• Pemeriksaan penunjang
Penatalakasanaan

• Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi :


1. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan
yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat
Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-
mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml
sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
dalam beberapa tahap :
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian. dapat langsung dimulai dengan
penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama
jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau
rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari.
Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga
mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi
protein ini lebih kurang 7-10 hari.
• Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan
mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau
100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan
200.000 i.u. oral.
• Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi
Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2
Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg
BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau
megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1
ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.
• Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus
sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah
procain penicillin atau gabungan penicilin dan
streptomycin. Hal-hal yang lain perlu diperhatikan :
- Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan
dengan dextrostix. Bila kadar gula darah kurang dari
40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV.
- Hipotermi.
Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur
dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau
pemberian makanan sering tiap 2 jam.
17. Syamsuddin, Agusman S, Nasar SS. Terapi Nutrisi pada MEP Berat Dalam Kumpulan Makalah bagian ke II, Panitia Penyelenggaraan
Konika IV Denpasar; Hal. 129-33. 1984.
18. Jolly H. Deficiency Diseases and Metabolic Disorders. In Jolly, H (ed) Disease of Children : 3rd ed. The English Language Book Society and
Blackwell Scientific Publication Oxford London Edinburgh. 1976.
19. Hidayat B. Beberapa Aspek Klinis Malnutrisi Pada Anak. Dalam Sarwono E. (Ed). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unair RS Sutomo; Surabaya No. 3 hal. 19-20. 1982
20. Maegraith B. Nutritional Disorders In Adam & Maegraith (ed) : Clinical Tropical Diseases, 8th ed Black Well Scientific Publication Oxford
London Edinburgh-Boston Melbourne. 1975
21. Pujiadi S. Pola Pemberian Makanan pada Anak Penderita gizi buruk. Dalam Aldy. D (ed) dkk. Naskah lengkap Pendidikan Ilmu Kesehatan
Anak FK USU Medan, Hal 1-5. 1987.
Komplikasi
• Noma
• Xeroftalmia
• Tuberkulosis
• Sirosis hepatis
• Hipotermia
• Hipoglikemia
• Infeksi traktus urinarius
• Penurunan kecerdasan

22. Rudolph CD, AM. Rudolph. Marasmus in Rudolph’s Pediatrics. 2005; 1336-1350.
23. Nurhayati, soetjiningsih, Suandi IKG. Relationship Between Protein Energy Malnutrition and Social
Maturity in Children Aged 1-2 Years in Paediatrica Indonesiana, 42th volume, December, 2012.
24. Rosli AW, Rauf S, Lisal JS, Albar H. Relationship Between Protein Energy Malnutrition and Social
Maturity in Children Aged 1-2 Years in Paediatrica Indonesia, 42th volume, Desember, 2012.
Prognosis

• Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi,


kematian sering disebabkan oleh karena infeksi sering tidak dapat
dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi
sendiri. Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai
dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan
adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari,
mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh
akibat under nutrition.

25. Departement of Child and Adolescent Health and Development. Severe Malnutrition in
Management of The Child With a Serious Infection or Severe Malnutrition, World Health
Organization, 2004.
Marasmus-Kwarshiorkor
Definisi

Marasmus-Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang


gizi berat yang gejala klinisnya merupakan gabungan dari
marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya
asupan energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan
oleh kurangnya asupan protein sehingga gejalanya disertai
edema.

Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stenton BF. Nelson Textbook of Pediatrics.18th Edition. United
States of America : Sunders Elsevier Inc.2007. Hal : 229-232.
Epidemiologi

• Berdasarkan laporan propinsi selama tahun 2005 terdapat


76.178 balita mengalami gizi buruk dan data Susenas tahun
2005 memperlihatkan prevalensi balita gizi buruk sebesar 8,8%.
• Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menetapkan
masalah gizi buruk yang terjadi di NTT sebagai KLB, dan
Menteri Kesehatan telah mengeluarkan edaran tanggal 27 Mei
tahun 2005, Nomor 820/Menkes/V/2005 tentang penanganan
KLB gizi buruk di propinsi NTB.
Etiologi

1. Peranan Diet
2. Peranan faktor sosial
3. Peranan kepadatan penduduk
4. Peranan infeksi
5. Peranan kemiskinan

Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi
keempat. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta. 2005 : 95-137.
Patomekanisme

Kurang energi-protein  deposit lemak dimoilisasi untuk


memenuhi kebutuhan energi  setelah deposit lemak habis 
mengkatabolisme protein  kekurangan protein massa otot
kurang  BB turun/kurus
Hipoalbuminemi
a

Tekanan hidrostatik
menurun

Ekstravasasi
cairan

Edema Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stenton BF. Nelson Textbook of Pediatrics.18th
Edition. United States of America : Sunders Elsevier Inc.2007.
Manifestasi Klinis

1. Penampilan : seperti anak gemuk walaupun dibagian bokong


terlihat atrofi
2. Pertumbuhan : BB dibawah 80% begitupula tinggi badannya
terutama jika sudah berlangsung lama
3. Edema :

4. Sistem gastrointestinal : Diare feses yang cair dan mengandung


banyak asam laktak karena mengurangnya produksi lactase dan
enzim disakaridase lain.
5. Perubahan kulit : Kelainan kulit tersebut dimulai dengan titik-
titik merah menyerupai ptechiae, berpadu menjadi bercak yang
lambat- laun menghitam.
6. Pembesaran hati : Kadang-kadang batas hati terdapat setinggi
pusar.

Sumber : Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis
pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta. 2005 : 95-
Diagnosis

1. Anamnesis : Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta


pengukuran antropometri.
2. Pem.fisis:
• Anak tampak kurus
• Tanda-tanda dehidrasi
• Adakah tanda syok
• Demam (370c)
• Frekuensi pernapasan
• Pucat
• Pembesaran hati dan ikterus
• Perut membesar
Departement of Child and Adolescent Health and Development. Management of the Child with Serious Infection or Severe Malnutrition : Guidelines for Care at the
First-Refferal Level in Developing Countries.United States of America : World Health Organization. 2000.
Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Penilaian triase anak dengan gizi buruk dilakukan dengan tatalaksana syok pada
anak dengan gizi buruk :

• Jika ada tanda syok dan anak letargis atau tidak sadar.
• Timbang anak untuk menghitung volume cairan yang harus diberikan
• Pasang infus (dan ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium gawat darurat)
• Masukkan larutan Ringer Laktat dengan dekstrose5% (RLD5%) atau Ringer
Laktat atau Garam Normal – pastikan aliran infus berjalan lancer. Bila gula darah
tinggi maka berikan Ringer Laktat (tanpa dekstrose) atau Garam Normal.
• Alirkan cairan infus 10ml/kgBB selama 30 menit
• Hitung denyut nadi dan frekuensi napas anak mulai dari pertama kali pemberian
cairan dan setiap 5-10menit.
PRINSIP DASAR PENGOBATAN GIZI BURUK (10 LANGKAH)

1. Langkah Ke-1 : Pengobatan/Pencegahan Hipoglikemia


2. Langkah ke-2 : pencegahan/Pengobatan Hipotermia
3. Langkah ke-3 : pencegahan/pengobatan dehidrasi
4. Langkah ke-4 : koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Langkah ke-5 : pengobatan dan pencegahan infeksi
6. Langkah ke-6 : koreksi defesiensi mikronutrien
7. Langkah ke-7 : memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
8. Langkah ke-8 : memberikan makanan untuk tumbuh kembang
9. Langkah ke-9 : berikan stimulasi sensorik dan dukungan
emosional
10. Langkah ke-10 : tindak lanjut dirumah
Indonesian Nutrition Network. Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Diunduh tanggal 30 November 2012 dari :
http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/pd-kep-kab-kota.shtml
Komplikasi Prognosis

1. Perkembangan mental Prognosis pada penyakit ini


buruk karena banyak
2. Xeroftalmia
menyebabkan kematian dari
3. Kematian penderitanya akibat infeksi yang
menyertai penyakit tersebut,
tetapi prognosisnya dapat
dikatakan baik apabila malnutrisi
ditangani secara tepat dan cepat.
Kematian dapat dihindarkan
apabila dehidrasi ditangani.

Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta.
2005
INTEGRASI KEISLAMAN
َ‫عة‬
َ ‫ضا‬ َّ ‫املَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرا َد أ َ ْن يُ ِت َّم‬
َ ‫الر‬ ِ ‫ض ْع َن أ َ ْو ََل َد ُه َّن َح ْولَي ِْن َك‬ ُ ‫َواْ َلوا ِل َد‬
ِ ‫ات يُ ْر‬
Artinya : Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama
dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna...
• hadits Rasulullah SAW mengatakan yang artinya “Tidak ada
penyusuan kecuali dalam batas usia dua tahun (HR. Ad-
daruquthni dari Abbas) Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia Hukum
Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2003), h. 1470
• Ayat ini turun (asbabunnuzul) sebagai petunjuk atas beberapa
peristiwa yang dianggap melecehkan posisi bayi pada zaman
jahiliyyah. Sehingga dibutuhkan penegasan (petunjuk) atas
perilaku kasih sayang kepada seorang anak lewat penyusuan.2
Setiap ibu (meskipun janda) berkewajiban menyusui anaknya
sampai anak itu mencapai usia dua tahun. Kalau dikurangi dari
masa tersebut apabila kedua ibu-bapak memandang ada
masalahnya
• Pemberian ASI selama dua tahun sebenarnya telah memenuhi
standard gizi yang cukup memadahi bagi si bayi, tidak boleh
lebih atau kurang. Karenanya, ASI merupakan hak bayi yang
harus dipenuhi oleh orang tua. Sebab ini langkah proporsional
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai