Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PENGELOLAAN TB-DM DI FKTP

• Penekanan pada aspek promotif preventif  KIE tentang


TB-DM untuk meningkatkan “awareness / Kesadaran “
• Strategi utama  Bidirectional screening/ dua arah
Pasien TB diskrining DM dan pasien DM diskrining TB
(TB aktif)  menghindari missing opportunity,
mempercepat penemuan kasus TBDM dan mempercepat
rujukan penatalaksanaan
• Pengobatan TB tanpa penyulit  di FKTP, Pengobatan
DM tanpa penyulit  di FKTP, dengan penyulit TB-DM
 rujuk ke FKRTL dan rujuk balik bila kondisi penyulit
sudah teratasi
Diagnosis DM di tegakkan sesuai Tabel 1:
• Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan nilai yang
berasal dari dua pemeriksaan yang berbeda waktu.
• Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM

Pemeriksaan Spesimen Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar Glukosa darah Plasma Vena < 100 100-199 ≥200


sewaktu (mg/dl)
Darah Kapiler < 90 90-199 ≥200

Kadar glukosa darah Plasma Vena <100 100 - 125 ≥ 126


puasa (mg/dl)
Darah Kapiler < 90 90 - 99 ≥ 100

3. Bila diagnosis TB-DM sudah ditegakkan maka penyandang TB-DM di


rujuk ke FKRTL untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut
Pengobatan TB pada Penyandang DM

1. Interaksi dan gangguan metabolisme obat


– Kadar rifampisin pada penyandang DM lebih rendah, dapat
menyebabkan dengan gagal pengobatan dan resistansi TB.
Kemungkinan mekanisme:
• Glukosa↗ meningkatkan pH lambung  menurunkan penyerapan
rifampisin
• Interaksi Rifampisin dengan OHO
– Rifampisin  enzyme-inducer hepar (sitokrom P450)
mempercepat metabolisme sulfonilurea dan biguanida 
kadar OHO dalam darah tidak optimal  hiperglikemia
Pengobatan TB pada Penyandang DM
2. Efek samping dan komplikasi
Hepar
OAT  dapat menyebabkan drug-induced hepatotoxicity
DM  dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar, predileksi drug-induced liver
injury.
Saraf tepi
Edukasi Pemberian INH pada pasien DM dengan risiko neuropati perifer  dapat disertai
vitamin B6
pasien
Ginjal
Pemantauan fungsi ginjal pada pasien dengan nefropati diabetikum, sesuaikan dosis
Pirazinamid dan Etambutol
Mata
Waspadai retinopati diabetikum, pantau pemberian Etambutol

4. Kepatuhan pasien
Pengawas Menelan Obat (PMO) berperan untuk memastikan pasien
menjalankan pengobatan TB dan DM secara teratur.
Pengobatan TB pada Penyandang DM

5. Pemantauan respon pengobatan


Konversi dahak, kemungkinan gagal dan resistansi obat.

6. Durasi pengobatan TB
Pada pasien TB dan DM dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol, pengobatan
TB dapat diperpanjang sampai 9 bulan dengan tetap mendasarkan pada
mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
OAT program TB nasional disediakan untuk lama pengobatan
standar 6 bulan. Jika diperlukan, OAT untuk pengobatan setelah 6
bulan dapat diupayakan dari sumber lain sesuai aturan.
7. Evaluasi pasca pengobatan
Waspadai kekambuhan, berikan edukasi bagi pasien agar
menerapkan pola hidup sehat.
Prinsip pengobatan TB-DM
1. Pengobatan tepat
2. DM dg kontrol glikemik buruk  dirawat
3. Insulin  kontrol gula darah
4. OHO  DM ringan
5. Keseimbangan glikemik  keberhasilan terapi OAT (target
GDP <120 mg% dan HbA1c <7%)
6. Durasi OAT  kontrol diabetes dan respon pasien
7. Penanganan komorbid,dan malnutrisi
Rasionalisasi pemberian insulin
pada TB-DM
1. Infeksi TB berat
2. Hilangnya jaringan dan fungsi pankreas pada TB pankreas
3. Kebutuhan diet kalori dan protein yang tinggi serta
kebutuhan efek anabolik
4. Terdapat interaksi antara OHO dengan OAT
5. Terdapat penyakit hepar yang meyertai  menghambat
penggunaan OHO
RUJUK DAN RUJUK BALIK

 Pemeriksaan jika tidak tersedia (foto toraks,


Xpert MTB/RIF, biakan dan uji kepekaan TB,
glukosa darah vena, TTGO, HbA1c)
 Tatalaksana penyulit atau komplikasi

Fasilitas
Tatalaksana lanjutan setelah diagnosis Fasilitas
Kesehatan
ditegakkan atau setelah penyulit/komplikasi Kesehatan
Tingkat teratasi atas pertimbangan dokter Rujukan
Primer Tingkat Lanjut
PENCEGAHAN TB PADA
PENYANDANG DM
Pencegahan TB pada pasien DM yang tidak sakit TB:
 Melibatkan keluarga/pendamping dalam
proses edukasi.
 Menjaga daya tahan tubuh dengan
konsumsi makanan bergizi seimbang dan
olahraga secara teratur
 Menjaga lingkungan rumah selalu bersih
dan sehat, berventilasi baik agar sinar
matahari dapat masuk ke dalam rumah
 Kendali kadar gula darah
PENCEGAHAN TB PADA
PENYANDANG DM

Manfaat pemberian Pengobatan Pencegahan TB (mis. dengan


Isoniazid) pada penyandang DM di negara dengan beban TB tinggi
belum terbukti dan masih menjadi perdebatan.

Di Indonesia, saat ini pemberian


pengobatan pencegahan TB pada
penyandang DM tidak direkomendasikan.
KESIMPULAN
 DM merupakan faktor risiko aktivasi infeksi TB (2-3x ).
 DM → perburukan gejala, keparahan infeksi TB, konversi BTA lebih
lama, resiko penularan dan resistensi obat.
 Tatalaksana TB-DM harus dilakukan secara serius, kontrol secara
ketat, dilakukan bersama dengan program DOTS,
 Regimen yang sama sesuai standar sesuai standar pengobatan TB
tetap digunakan pada pasien TB-DM, tetapi bisa lebih lama karena
interaksi obat anata OAT dan OHO.
 Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah pasien TB-DM.
 Kontrol gula darah yang baik dan kepatuhan minum obat merupakan
kunci utama keberhasilan pengobatan TB-DM. ( ada PMO )
 Pasien TB diperiksa DM , dan Pasien DM diperiksa TB

Anda mungkin juga menyukai