Anda di halaman 1dari 26

 LUKA BAKAR → Luka bakar (combustio)


adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan
kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan
suhu rendah (frost-bite). (Mansjoer, 2000)
1. Lapisan epidermis
 Lapisan epidermis merupakan lapisan yang paling
tipis dengan tebal bervariasi dari 0,004 mm pada
kelopak mata sampai 1,6 mm pada telapak tangan.
2. Lapisan dermis
 Lapisan dermis merupakan jaringan ikat dengan
tebal antara 1- 4 mm.
3. Subcutis

 Subcutis terdiri atas lobulus jaringan lemak yang


dipisahkan oleh septa yang terdiri atas jaringan ikat
kolagen dan pembuluh darah. Lapisan ini berfungsi
untuk melindungi tubuh dari trauma mekanis dan
dingin, disamping untuk cadangan energi.
1. Derajat I (luka bakar superfisial)
 Luka bakar hanya terbatas pada lapisan
epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai
dengan kemerahan, nyeri atau hipersensitivitas
setempat, yang biasanya akan sembuh tanpa
jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. Misalnya
tersengat matahari.
2. Derajat II (luka bakar dermis)
 Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman
dermis tetapi masih ada elemen epitel yang
tersisa, seperti sel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan
adanya sisa epitel yang sehat ini, luka akan
sembuh sendiri dalam 10-21 hari.
a. Derajat II dangkal

b. Derajat II dalam
3. Derajat III
 Luka bakar derajat III meliputi seluruh
kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ
yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi
elemen epitel hidup yang memungkinkan
penyembuhan dari dasar luka, maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan
cangkok kulit.
 Berdasarkan Rule of Nine :
Child Adult
 Head/ neck 18 9
 Arm 9 9
 Anterior trunk 18 18
 Posterior trunk 18 18
 Leg (groin to toe) 14 18
 Perineum 5 1
1. Fase awal/ akut/ shock
 Terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit.

2. Fase setelah shock berakhir/ diatasi/ sub akut


 Bila ada luka terbuka dapat terjadi masalah inflamasi, infeksi yang
dapat menimbulkan sepsis dan penguapan cairan dan panas
tubuh. (evaporatif heat loss)

3. Fase lanjut
 Periode penutupan luka sampai maturasi. Masalah yang mungkin
timbul berupa kontraktur, jaringan parut dan deformitas
jaringan/ organ.
 3 hal penting :
1. Burn Shock : timbul dalan 48 jam
2. Infeksi
3. Rehabilitasi
 Prinsip terapi :
o Menghentikan sumber pajanan panas
o Rawat luka
o Menentukan luas dan dalamnya luka bakar
 Formula BAXTER (1971)
 Paling banyak saat ini, praktis dan mudah. Pada cara
ini hanya diberikan cairan Ringer laktat.
 Dalam 24 jam I. Berikan :
 Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.

 Setengah dari jumlah kebutuhan cairan total diberikan


dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.

 Dalam 24 jam II. Berikan :


 Ringer laktat : 4 x BB x % luka bakar.
 Analgetik
 ATS
 Antasida
 antibiotik sistemik
 Skin Grafting
 Nutrisi
 Suplemen
o Vitamin A, B dan D
o Vitamin C 500 mg
a) Pemeriksaan darah lengkap.
b) Pemeriksan kadar elektrolit darah.
c) Konsentrasi gas darah dan karboksihemoglobin.
d) Pemeriksaan penyaringan terhadap obat-obatan, antara
lain etanol.
e) Penilaian terhadap status mental pasien dan antisipasi
terhadap gejala-gejala putus obat.
f) Rontgen dada dan radiografi seluruh vertebra
 Kerusakan akibat listrik pada struktur yang lebih dalam tergantung pada
resistensi jaringan, dengan urutan paling resisten adalah berturut-turut
tulang, lemak, tendon, kulit, otot, pembuuh darah, dan syaraf.

 Penatalaksanaan :
 Lakukan ABC traumatologi
 Perhatikan khusus pada kelainan yang merupakan dampak aliran listrik
pada tubuh, antara lain :
o Ensefalopati
o Kardiomiopati
o Gagal ginjal akut
 Penatalaksaanaan lainnya sebagaimana penanganan luka bakar pada
umumnya. Namun karena kerusakan jaringan yang terjadi pada luka bakar
listrik memiliki kekhususan maka penanganan luka tidak terlalu agresif.
 Evaluasi status neurologis berulang selama masa penyembuhan, karena
trauma listrik dapat disertai trauma tumpul dan trauma kepala.
 Terapi cairan. Kerusakan jaringan yang luas akan menyebabkan hilangnya
cairan (hipovolemi) dan asidosis metabolik maka diperlukan cairan
kristaloid untuk rehidrasi dan natrium bikarbonat sebanyak 200 – 400
mmol untuk mengoreksi asidosis.
 Pada luka bakar yang dalam dan berat perlu
pembersihan jaringan mati secara bertahap
karen tidak semua jaringan mati tampak pada
hari pertama. Bila luka pada ekstremitas,
mungkin perlu fasiotomi pada hari pertama
untuk mencegah sindrom kompartemen.

 Selanjutnya dilakukan skin grafting /


rekonstruksi
a) Pengukuran tensi, nadi dan frekuensi nafas.
b) Pemasangan kateter buli-buli untuk mengukur
produksi urine per 24 jam.
c) Pemasangan kateter pengukuran tekanan vena.
d) Pemeriksaan Hemoglobin dan hematokrit.
e) Analisis kadar elektrolit darah.
 Ditentukan oleh :
 Dalamnya/ stadium luka bakar
 Luas luka bakar
 Bagian tubuh yang terbakar dan penyebab luka
bakar
 Ada tidaknya kelainan lain yang menyertai
 Cara perawatan (Schwart, 2000)
 Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar >
10 % pada anak atau > 15 % pada orang dewasa.
 Terancam udem laring akibat terhirupnya asap atau udara
hangat.
 Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat,
seperti pada wajah, mata, tangan, kaki, atau perineum
(Mansjoer, 2000)
 Eskarotomi dilakukan juga pada luka bakar
derajat III yang melingkar pada ekstremitas
atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi
bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan
dari eskar.

 Debridemen diusahan sedini mungkin untuk


membuang jaringan mati
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai