FENOL (C6H5OH)
Pendahuluan
Fenol adalah senyawa organik yang sangat penting baik secara kimia
maupun biologi. Fenol memiliki gugus hidroksil (OH) tetapi bersifat asam
di alam karena pengaruh stabilisasi resonansi dalam cincin aromatik.
Fenol sering digunakan sebagai molekul induk dari banyak bahan
organik dan sebagai bahan antibakteri dan antiseptik untuk perawatan
instrumen bedah. Fenol juga memiliki aktivitas antioksidan pada
organisme hidup. Fenol bergantung pada ikatan hidrogen yang terlibat
dalam sistem tertentu, bertindak sebagai donor proton (asam Lewis)
serta akseptor proton (pangkalan Lewis). Ikatan O-H-O yang kuat ada
dalam molekul fenol bentuk kristal[1]. Fenol dianggap kontaminan yang
khas[2].
Senyawa fenol merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih
gugus hidroksi yang terikat langsung dengan cincin aromatik. Fenol
(C6H5OH) atau asam karboksilat merupakan struktur yang mendasari
semua golongan dari senyawa tersebut dimana cincin aromatik yang
dimaksud adalah benzena[3]. Fenol merupakan senyawa aromatik yang
tetap menjadi kristal higroskopik pada suhu kamar dan tekanan
atmosfer[4]. Fenol bersifat antioksidan yang menyebabkan teroksidasi
dengan adanya cahaya, oksigen, dan panas[5].
Fenol dikenal juga sebagai monohidroksibenzena merupakan kristal
putih dengan titik leleh 40,85ºC dan titik didih 182ºC. Fenol larut dalam
air pada temperatur kamar. Setiap 1 gram fenol larut dalam 15 mL air,
larut dalam 12 mL benzena, dan sangat larut dalam alkohol, kloroform,
eter, gliserol, dan karbon disulfida.
Fenol adalah asam yang lebih kuat dari alkohol dan air karena ion feroksida dimantapkan
oleh resonansi. Jika muatan negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada
atom oksigen, tetapi pada fenoksida muatan ini dapat didelokalisasi pada posisi-posisi
orto dan para pada cincin benzena melalui resonansi. Dalam kehidupan sehari-hari, fenol
digunakan sebagai zat pembersih, deodoran dan disinfektan. Senyawa fenol bersifat
korosif, beracun, dan karsinogenik. Fenol sangat berbahaya bagi organisme dan
kesehatan manusia pada konsentrasi rendah (5-25 mg/L). Senyawa ini dapat
mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, penurunan tekanan darah, pelemahan detak
jantung hingga kematian[6].
Fenol adalah bahan kimia yang beracun didalam air dan terbuang serta dapat dianggap
salah satu yang paling penting pada polutan organik. Fenol sangat stabil dalam air dan
merupakan salah satu polutan organik umum. Fenol dan turunannya dapat ditemukan
dalam operasi dan industri termasuk industri kilang minyak, gas, farmasi, pembuatan
bahan peledak, pembuatan resin fenol formaldehida, industri plastik, varnish, dan industri
lain[7]. Fenol merupakan polutan organik dengan toksisitas yang kuat dan ada dalam air
limbah dari minyak bumi, petrokimia, batu bara konveksi, produksi fenol, dan industri
resin fenolik[8].
Fenol mempunyai gugus seperti alkohol tetapi gugus fungsinya
melekat langsung pada cincin aromatik. Tata namanya biasa
dipergunakan nama yang lazim dengan akhiran –ol. Fenol mempunyai
sifat-sifat yaitu [9]:
Mempunyai sifat asam. Atom H dapat diganti tak hanya dengan logam
(seperti alkohol) tetapi juga dengan basa, terjadi fenolat. Sifat asam
dari fenol-fenol lemah dan fenolat ini dapat diuraikan menjadi asam
karbonat.
Mudah diosidasi, juga oleh oksigen udara dan memberikan zat-zat
warna, mereduksi larutan fehling dan Ag beramoniak.
Memberi reaksi-reaksi berwarna dengan FeCl3
Mempunyai sifat antiseptik, beracun, dan mengikis.
Pembuatan fenol dapat dibuat melalui reaksi diazotasi. Reaksi
diazotasi adalah reaksi antara nitrit dengan senyawa yang memiliki
amina aromatik primer dalam suasana asam akan membentuk garam
diazonium. Beberapa senyawa yang memiliki amina aromatik primer
yang umum digunakan sebagai sumber garam diazonium adalah anilin,
asam sulfanilat, atau ρ-nitro anilin. Garam diazonium dapat bereaksi
dengan senyawa lain yang memiliki gugus fenil terbuka, disebut
sebagai senyawa pengkupling, akan menghasilkan senyawa azo.
Kombinasi garam diazonium dengan senyawa pengkupling yang
berbeda-beda menghasilkan senyawa azo dengan karakteristik yang
berbeda-beda, misalnya, senyawa pengkupling fenol dengan sumber
garam diazonium anilin akan membentuk senyawa azo berwarna
orange[10].
Fenol (Ar-OH) adalah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada
cincin aromatik. Karena ikatan karbon sp2 lebih kuat daripada ikatan oleh
karbon sp3, maka ikatan C-O dari suatu fenol tidak mudah terputuskan. Fenol
tidak bereaksi SN1 atau SN2 atau reaksi-reaksi eliminasi seperti alkohol.
Meskipun ikatan C-O tidak mudah patah, ikatan OH mudah putus[11]. Metode
umum terbaik dalam pembuatan fenol ialah melalui garam aril diazonium Ar-
N2+, dalam suasana asam. Garam tersebut dibuat dari aromatik amina primer
Ar-NH2, pada temperatur rendah menggunakan asam nitrat, HONO, dimana
dihasilkan dalam larutan HCl atau H2SO4 dan NaNO3[12].
Anilin dapat digunakan untuk pembuatan fenol. Anilin merupakan
senyawa organik sederhana yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi,
mengandung gugus amina dan hidroksi yang menjadikannya baik
sebagai ligan pengkelat. Anilin dapat digunakan sebagai antibakteri,
antimikroba, dan aspek biologisnya. Anilin merupakan senyawa yang
mengandung gugus amina yang bersifat nukleofil sehingga mudah
menyerang atom C karbonil. Ikatan π gugus karbonil akan terputus dan
mengubah hibridisasi atom karbon dari sp2 menjadi sp3 [13].
Metodologi
Percobaan
Bahan yang digunakan: Alat yang digunakan:
1. Anilin 1. Alat refluks
2. Aquades 2. Alat destilasi
3. Dietil eter 3. Gelas beker 50 mL
4. Asam sulfat pekat 4. Gelas ukur 50 mL
5. FeCl3 5. Pipet tetes
6. NaNO2 6. Plat tetes
7. KI
8. Es batu
Cara Kerja
Hasil Percobaan
▪ Mekanisme reaksi
pembentukan fenol:
Pembahasan
Reaksi Substitusi
▪ Dari hasil uji FeCl3, didapatkan pada lapisan atas tetap berwarna
kuning dengan volume 10 mL dan pada lapisan bawah berubah
menjadi violet dengan volume 25 mL.
▪ Hasil tersebut menandakan pada lapisan bawah merupakan fenol
yang telah murni
▪ Rendemen yang didapat sebesar 216,9%
Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, dapat
disimpulkan bahwa reaksi substitusi
nukleofilik dapat didefinisikan reaksi
subtitusi suatu nukleofilik yaitu gugus
hidroksil secara selektif menyerang muatan
positif dari gugus kimia yang disebut gugus
lepas yaitu gugus amino. Reaksi diazotasi
merupakan reaksi pembentukan garam
benzena diazonium yang berasal dari
senyawa amina aromatik yang direaksikan
dengan asa nitrat yang berasal dari NaNO2
pada suasana asam. Didapatkan fenol
murni dari hasil percobaan sebanyak 25 mL
dengan rendemen 216,9 %.
Daftar Pustaka
[1] Singh, A., Gangopadhyay, D., Nandi, R., Sharma, P. and Singh, R.K., 2016. Raman Signatures
Of Strong And Weak Hydrogen Bonds In Binary Mixtures Of Phenol With Acetonitrile, Benzene And
Orthodichlorobenzene. Journal of Raman Spectroscopy, 47(6), pp.712-719.
[2] Wang, L., Xue, C., Wang, L., Zhao, Q., Wei, W. and Sun, Y., 2016. Strain Improvement of
Chlorella sp. for Phenol Biodegradation by Adaptive Laboratory Evolution. Bioresource Technology,
205, pp.264-268.
[3] Prasiddha, I.J., Laeilocattleya, R.A., Estiasih, T. and Maligan, J.M., 2015. Potensi Senyawa
Bioaktif Rambut Jagung (Zea mays L.) untuk Tabir Surya Alami: Kajian Pustaka [In Press Januari
2016]. Jurnal pangan dan agroindustri, 4(1).
[4] Chen, D.L., Pan, K.L. and Chang, M.B., 2017. Catalytic Removal of Phenol from Gas Streams by
Perovskite-type Catalysts. Journal of Environmental Sciences, 56, pp.131-139.
[5] Faiz, H., Thohari, I. and Purwadi, P., 2014. Pengaruh Penambahan Sari Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) terhadap Total Fenol, Kadar Garam, Kadar Lemak dan Tekstur Telur Asin. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan, 24(3), pp.38-44.
[6] Kiswandono, A.A., 2016. Metode Membra Cair untuk Pemisahan Fenol.
Analit: Analytical and Enviromental Chemistry, 1(1), pp.78-91.
[7] Samaei, M.R., Elhamiyan, Z., Maleknia, H., Tiabi, M.N., Mohammadi, Z.,
Khoo, R.P. and Abbasi, F., Toxicity of Phenol and Salt on the Phenol-
Degrading Pseudomonas aeruginosa Bacterium. Jundishapur Journal of Health
Sciences, 8(4), pp.1-6.
[8] Xu, R., Zhao, Y., Han, Q., Liu, X., Cao, H. and Wen, H., 2018. On the
Database–Based Strategy of Candidate Extractant Generation for de-Phenol
Process in Coking Wastewater Treatment. Chinese Journal of Chemical
Engineering, 26(7), pp.1570-1580.
[9] Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Binapura Aksara.
[10] Diarti, M.W., Danuyanti, I.G.A.N. dan Sumantri, I.G.B., 2018. Senyawa
Pengkupling Α-Nafthilamin untuk Validasi Metode Spektrofotometri Penentuan
Nitrit (NO2¯ ) di dalam Air. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1), pp.1457-1469.
[11] Fessenden, R.J.1982. Kimia Organik Edisi III Jilid I. Jakarta: Erlangga.
[12] Griffin, R.W. 1969. Modern Organic Chemistry, Auckland: Mc Graww-Hill.
[13] Maryam, I.N., Wahyuningrum, D. dan Mulyani, I., 2019. Sintesis Kompleks
Nikel (Ii) dengan Ligan Turunan Salisiliden Anilin sebagai Senyawa Potensial
Oled. Jurnal TEDC, 10(1), pp.75-81.
Dokumentasi
percobaan
Rangkaian alat refluks Rangkaian alat destilasi
Dokumentasi
percobaan
Hasil uji KI Hasil Uji Fenol
Perhitungan
1. Anilin
V = 12 mL
Mr = 93,13 𝑔Τ𝑚𝑜𝑙
𝝆 = 1,02 𝑘𝑔ൗ𝐿 = 1,02 𝑔Τ𝑚𝐿
2. Fenol
V = 28 mL
Mr = 94,11 𝑔Τ𝑚𝑜𝑙
𝝆 = 1,07 𝑘𝑔ൗ𝐿 = 1,07 𝑔Τ𝑚𝐿
Hasil rendemen
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑥 100 %
25 𝑚𝐿
= 11,522 𝑚𝐿 𝑥 100 %
= 2,169 𝑥 100 %
= 216,9 %
MSDS
Anilin