Anda di halaman 1dari 31

Muhammad Chaidar Ali

1958011042
Oral
 Penggunaan/pemberiannya melalui
mulut
Keuntungan → Mudah, aman, dan praktis.
Baik untuk mengobati infeksi
usus
Kerugian → Kerja lambat, dapat di
inaktivasi oleh hati sebelum
diedarkan

Sanjoyo, R., 2006


Tablet, Kapsul, Sirup, Obat Hisap,
Tetesan
Oromucosal
1. Sublingual
Obat ditaruh dibawah lidah
Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif
Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah
Hanya untuk obat yang bersifat lipofilik
2. Bucal
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi
Obat langsung masuk ke dalam aliran darah

Sanjoyo, R., 2006


Sublingual → Isosorbid Tablet

Sanjoyo, R., 2006


Bucal → Sandopart Tablet

Sanjoyo, R., 2006


Injeksi
Pemberiannya dengan suntikan
Efek yang diperoleh cepat
Alat suntik harus steril
Injeksi: Subcutan/Hipodermal
(sc)
Penyuntikkan dibawah kulit
Efeknya agak lambat

Contoh : Penyuntikan Insulin pada


penderita diabetes

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intramuskular (im)
Penyuntikan dilakukan dalam otot dimana
tidak banyak terdapat pembuluh darah
dan syaraf

Contoh: penyuntikan pada otot gluteal dan


lengan atas (regio brachii)

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intravena (iv)
Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh
darah
Reaksinya sangat cepat dan dapat
menimbulkan reaksi-reaksi hebat

Contoh: Infus intravena

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra arteri (ia)
Penyuntikan dilakukan pada arteri
Untuk membanjiri organ

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra cutan (ic)
Penyuntikkan dilakukan dalam kulit
Absorpsi perlahan

Contoh: tuberculin test dati Mantoux

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra Lumbal
Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas
pinggang (sumsum tulang belakang)

Contoh: Anestesi umum

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra peritonial
Penyuntikan ke dalam selaput perut

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra cardial
Penyuntikan ke dalam ruas jantung

Mashuda, A., 2011


Injeksi: Intra articulair
Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi

Mashuda, A., 2011


Implantasi
Bentuk oral pellet steril
Obat dicangkokkan dibawah kulit digunakan
untuk efek sistemik lama
Reabsorpsinya lambat satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara perlahan-
lahan selama 3-5 bulan

Contoh : Obat Hormon kelamin (Estradiol &


Testosteron)

Mashuda, A., 2011


Rectal Sanjoyo, R., 2006

Pemberian obat melalui rectal (dubur)


Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa)
Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar
Bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan
untuk efek lokal misalnya untuk wasir dan laxativ
Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada
permukaan rektal berupa salep dan hanya
mempunyai efek lokal

Contoh:
pada pengobatan asma (amecain suppositoria)
pada bayi (stesolid rectal) pada pengobatan asma
(amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal,
dalam pengobatan kejang akut)
Transdermal
Cara pemakaian melalui permukaan kulit
berupa plester.
Obat menyerap secara perlahan dan
continue

Contoh:
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya
angina pectoris.
Nitrodisk dan Nitroderm T.T.S. (therapeutic
transdermal system) Sanjoyo, R., 2006
Intranasal
Obat diberikan melalui selaput
lendir hidung
Digunakan untuk menciutkan
mukosa hidung yang
membengkak (otrivin nasal drop)
Bentuk sediaan : Drop dan Spray

Sanjoyo, R., 2006


Inhalasi
Obat diberikan untuk disedot melalui
hidung atau mulut atau disemprotkan
Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat,
tetapi bisa juga mempunyai efek
sistemik.

Contoh: Alupent Metered Aerosol

Sanjoyo, R., 2006


Mukosa Mata dan Telinga
Obat diberikan melalui selaput/mukosa
mata atau telinga dalam bentuk drop
dan salep
Obat dapat direabsorpsi ke dalam darah
dan menimbulkan efek teknis
Intra Vaginal
Obat diberikan melalui selaput
lendir/mukosa vagina
Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan
Bentuknya: tablet, salep, krim dan cairan
bilasan

Sanjoyo, R., 2006


Kulit (percutan)
Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada
permukaan kulit
Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi
bila terjadi kerusakan resorpsi dapat
berlangsung
Bentuk obat umunya salep dan krim

Sanjoyo, R., 2006


Daftar Pustaka
Sanjoyo, R. (2006). Obat: Biomedik Farmakologi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Mashuda, A. (2011) Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian


Yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy Practice (GPP). Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dan Kementerian
Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai