sesuai dengan penamaan zat aktif sediaan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia dan INN (International non-propietary) dari WHO, tidak memakai nama dagang maupun logo produsen Obat generik berlogo (OGB) : obat yang dinamai sesuai dengan kandungan zat aktif yang dimiliki Obat generik bermerk : obat generik yang dinamai sesuai dengan keinginan dari produsen yang memproduksinya Adalah obat yang telah habis masa petentnya yang diproduksi dan dijual pabrik lain dengan nama dagang yang ditetapkan pabrik lain tersebut atau tetap dijual dengan nama generiknya Adalah obat jadi yang terdaftar atas nama pembuat (penemu) yang dikuasai, dibuat dalam kemasan asli pabrik yang memproduksinya, umumnya obat paten berlaku 20 tahun dimana pabrik farmasi lain tidak boleh memproduksi produk yang serupa hingga selesai masa patennya, apabila selesai masa patennya maka pabrik lain boleh memproduksinya dengan mengajukan ijin lisensi Prekusor farmasi adalah : zat atau bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku untuk keperluan proses produksi industri farmasi (tabel 1)yang mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin atau potasium permanganat (PerKBPOM No 40 tahun 2013) (tabel II) Acetone, etil eter, asam klorida, asam sulfat, toluen, asam fenilacetic, piperidin, metil etil keton, asam antranilat Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan(UU No. 35/2009) Gol I : - Dalam jumlah terbatas hanya dapat dipergunakan untuk tujuan teknologi dan reagensia - Mempunyai potensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan - Dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan produksi Contoh : opium, tanaman koka, daun koka, kokian mentah, ganja, heroin dll (65 jenis) Gol II : - Berkhasiat dalam pengobatan digunakan sebagai pilhan terakhir - Dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengenbangan ilmu pengetahuan - Mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan Contoh : morfina, dipipanona dll (86 jenis) Golongan III - Berkhasiat dalam pengobatan
- Banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan pengenbangan ilmu pengetahuan - Mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan Contoh : kodeina, etil morphina , dihidrokodeina dll (14 jenis) Adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Ada 4 penggolongan psikotropika dimana golongan I (26 jenis) dan II (14 jenis) telah dipindahkan menjadi narkotika (UU No 35 tahn 2009) Golongan III - Berkhasiat dalam pengobatan
- Banyak digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan - Mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan Contoh : Flunitrazepam, amobarbital, pentobarbital ( 9 jenis) Golongan IV - Berkhasiat dalam pengobatan
- Sangat luas digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pegembangan ilmu pengetahuan - Mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan Contoh : alprazolam, barbital, allobarbital, aminorex, delorazepam dll (60 jenis)