Anda di halaman 1dari 95

PPh 21

TRANSAKSI
P E R PA J A K A N
B y :

Z a c h i y a h A n n a s ( 1 7 0 8 1 0 3 0 1 1 2 2 )
A n n i s a M u t i a r a A s t u t u ( 1 7 0 8 1 0 3 0 1 1 2 5 )
M u h a m m a d I q b a l A r r o s y i d ( 1 7 0 8 1 0 3 0 1 1 3 7 )
A n n i s a D h a m a y a n t i ( 1 7 0 8 1 0 3 0 1 1 4 3 )
M a r ’ a t u l M a ’ r i f a h ( 1 7 0 8 1 0 3 0 1 1 4 9 )
Peraturan DJP Nomor PER-32/PJ/2015
PPh 21 : pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, kegiatan,
yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri
Dasar Pengenaan:
Peraturan DJP No PER 32/PJ/2015

PKP = Penghasilan neto – PTKP


• Pegawai Tetap yang penghasilannya dibayarkan
bulanan
• Penerima pensiun berkala

PKP = Penghasilan bruto – PTKP


• Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan
bulanan
• Pegawai tidak tetap (penghasilan kumulatif sebulan
melebihi Rp 4.500.000
TARIF
Pasal 17 ayat (1) Undang- Undang Pajak
Penghasilan PPh 21
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

0 – Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 15 %
Diatas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016
PTKP
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Setahun
PTKP
WP Orang Pribadi Rp 54.000.000
Tambahan WP yang sudah menikah Rp 4.500.000
Istri yang pendapatannya digabung dengan
Rp 54.000.000
suami
Tambahan maksimal 3 orang untuk tanggungan
keluarga sedarah dalam satu garis keturunan, Rp 4.500.000
semenda, atau anak angkat
1
PEGAWAI TETAP
hitungan Teknis
Gaji pokok XXX
Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain XXX
Iuran JKK, JKM, JPK yang dibayar perusahaan XXX
Penghasilan bruto per bulan XXX
(Biaya jabatan) (YYY)
(Iuran dana pensiun, JHT, THT yang dibayar karyawan) (YYY)
Penghasilan netto per bulan {x 12} XXX
Penghasilan netto setahun XXX
(PTKP) (YYY)
Penghasilan Kena Pajak {x Tarif} XXX
Pajak terutang setahun {/12} ZZZ
Pajak terutang per bulan ZZZ
• Jumlah yang ditanggung PERUSAHAAN
akan menambah komponen gaji

• Jumlah yang ditanggung KARYAWAN akan


mengurangi kas yang diterima karyawan

• Jumlah komitmen pada PIHAK LAIN diakui


sebagai utang
Diketahui:
Gaji Rp 3.500.000
Contoh Iuran Pensiun Rp 65.000
1 PPh 21 Rp 42.250
Bagaimana jurnal jika iuran pensi
ditanggung oleh perusahaan ?

Beban gaji 3.500.000


Beban tunjangan iuran pensiun
65.000
Kas
3.457.750
Diketahui:
Gaji Rp 3.500.000
Contoh Iuran Pensiun Rp 65.000
PPh 21 Rp 42.250
2 Bagaimana jurnal jika iuran pens
ditanggung dan dibayarkan oleh

Beban gaji 3.500.000


Kas 3.457.750
Utang PPh 21
42.250
Diketahui:
Gaji Rp 3.500.000
Contoh Iuran Pensiun Rp 65.000
PPh 21 Rp 42.250
3 Bagaimana jurnal jika iuran pens
ditanggung oleh pegawai , namu
dibayarkan oleh perusahaan ?

Beban gaji 3.500.000


Kas 3.392.750
Utang Iuran Pensiun
65.000
Contoh
4

Harun memperoleh gaji sebulan Rp


10.000.000 dan membayar iuran
pensiun yang ditanggung sendiri
sebesar Rp 500.000. Harun telah
menikah dan memiliki 2 anak.
Bagaimana perhitungan PPh 21 dan
jurnal?
Gaji 10.000.000
Penghasilan bruto per bulan 10.000.000
Biaya jabatan (500.000)
Iuran dana pensiun (500.000)
(1.000.000)
Penghasilan neto per bulan 9.000.000
Penghasilan neto setahun 108.000.000
PTKP:
WP (54.000.000)
Status kawin (4.500.000)
Tanggungan (2) (9.000.000)
(67.500.000)
PKP 40.500.000

5 % × Rp 40.500.000 = Rp 2.025.000 Pajak terutang setahun

= Rp 168.750 Pajak terutang sebulan


Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji

Beban gaji 10.000.000


Kas 9.331.250
Utang PPh 21 168.750
Utang Iuran dana pensiun 500.000

Saat menyetor PPh 21 ke kas negara dan pembayaran iuran lainnya

Utang PPh 21 168.750


Utang Iuran dana pensiun 500.000
Kas 668.750
Karta menikah dan mempunya 2
anak. Ia meperoleh gaji sebulan Rp
10.000.000. Perusahaan mengikuti Contoh
program jamsostek, premi jaminan 5
kecelakaan kerja dan premi jaminan
kematian dibayar oleh pemberi kerja
masing-maisng 0,5 % dan 0.3% dari
gaji. Perusahaan menanggung JHT
setiap bulan 3.7 % dari gaji,
sedangkan karta membayar iuran
JHT sebesar 2 % dari gaji tiap bulan.
Perusahaan juga mengikuti program
pensiun untuk karta ke dana pensiun
Gaji 10.000.000
Iuran JKK 50.000
Iuran JKM 30.000
Penghasilan bruto per bulan 10.080.000
Biaya jabatan (500.000)
JHT (200.000)
Iuran dana pensiun (400.000)
(1.100.000)
Penghasilan neto per bulan 8.980.000
Penghasilan neto setahun 107.760.000
PTKP:
WP (54.000.000)
Status kawin (4.500.000)
Tanggungan (2) (9.000.000)
(67.500.000)
PKP 40.260.000
Lanjutan

PKP 40.260.000
Maka
5 % × Rp 40.260.000 = Rp 2.013.000 Pajak terutang setahun

= Rp 167.750 Pajak terutang sebulan


Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji

Beban gaji 10.000.000


Beban tunjangan iuran dana pensiun 300.000
Beban tunjangan JKK 50.000
Beban tunjangan JKM 30.000
Beban tunjangan JHT 370.000

Kas 9.232.250
Utang iuran PPh 21 167.750
Utang iuran JKK 50.000
Utang iuran JKM 30.000
Utang iuran JHT 570.000
Utang Iuran dana pensiun 700.000
Saat menyetor PPh 21 ke kas negara dan iuran lainnya

Utang PPh 21 167.750


Utang iuran JKK 50.000
Utang iuran JKM 30.000
Utang iuran JHT 570.000
Utang Iuran dana pensiun 700.000
Kas 1.517.750
Catatan:
Atas suami yang berstatus memiliki
penghasilan, karyawati tidak berhak atas
elemen PTKP “Status Kawin” Rp 4.500.000

Atas suami yang berstatus tidak


berpenghasilan, karyawati berhak atas
elemen PTKP “Status Kawin” Rp 4.500.000.
Syarat : surat keterangan dari Pemerintah
daerah setempat, minimal kecamatan
Dewi karyawati dengan status
menikah dan tidak memiliki anak. Contoh
Gaji dalam sebulan Rp 9.500.000 6
dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 50.000. Berdasarkan
surat keterangan dari kecamatan
tempatnya berdomisili yang
diserahkan kepada pemberi kerja,
diketahui bahwa suaminya tidak
memiliki penghasilan apapun.
Gaji 9.500.000
Penghasilan bruto per bulan 9.500.000
Biaya jabatan (475.000)
Iuran dana pensiun (50.000)
(525.000)
Penghasilan neto per bulan 8.975.000
Penghasilan neto setahun 107.700.000
PTKP:
WP (54.000.000)
Status kawin (4.500.000)
(58.500.000)
PKP 49.200.000

5 % × Rp 49.200.000 = Rp 2.460.000 Pajak terutang setahun

= Rp 205.000 Pajak terutang sebulan


Saat pemotongan pajak atas pembayaran gaji

Beban gaji 9.500.000


Kas 9.245.000
Utang PPh 21 205.000
Utang Iuran dana pensiun 50.000

Saat menyetor PPh 21 ke kas negara dan pembayaran iuran lainnya

Utang PPh 21 205.000


Utang Iuran dana pensiun 50.000
Kas 255.000
2
BUKAN PEGAWAI
PT. Saptarengga melakukan pembayaran yang
bersifat tidak berkesinambungan bagi akturaris
yang secara insidental dipekerjakan oleh
perusahaan. Pembayaran diberikan dalam bentuk
honorarium sebesar Rp 17.500.000,00.
Bagaimanakah Perusahaan melakukan
penjurnalan?

PPh 21 = 50% x 5 % x 17.500.000


= Rp 437.500

Jurnal Beban gaji 17.500.000


Utang PPh 21 437.500
Kas 17.062.500
3
PEGAWAI TIDAK TETAP
Citraksa adalah tukang bangunan dengan sistem borongan.
pemberi kerja akan membayar Citraksa Rp 2.400.000,
pekerjaan akan selesai dalam waktu 5 hari.

Upah per periode Rp 2.400.000


Upah per hari Rp 480.000

DPP = 480.000 - 450.000


= 30.000
PPh 21 = 5% x 5 x 30.000
= Rp 7.500,00

Jurnal Beban gaji 2.400.000


Utang PPh 21 7.500
Kas 2.392.500
Dursasana (lajang) bekerja secara tidak tetap sebagai pengecat
rangka sepeda dengan menerima upah satuan. Upah Rp 48.000/
rangka sepeda, dibayarkan setiap dua pekan (12 hari kerja).
Rata – rata untuk setiap periodenya Dursasana mengecat 100
rangka sepeda. PPh 21 dan jurnal?

Upah per periode (100 x 48.000) Rp 4.800.000


Upah per hari Rp 400.000

DPP = 400.000- (54.000.000/ 360)


= 400.000- 150.000
= 250.000
PPh 21 tiap periode = 5% x 12 x 250.000
= Rp 150.000

Jurnal
Beban Gaji Rp 4.800.000
Utang PPh 21 Rp
150.000
Kas Rp 4650.000
PPh 22
PPh 22

Pertama, bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan


dengan pembayaran atas penyerahan barang

Kedua, badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak


yang melakukan kegiatan di bidang impor

Ketiga, badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib


Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang lain; dan

Keempat, Wajib Pajak Badan tertentu memungut pajak dari pembeli


atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah
PENCATATAN TRANSAKSI

Jawaban:
PPh 22 dipungut Bendaharawan Negara

Beban PPh 22 = 1,5% x 350.000.000


• Jumlah pajak yang dipungut oleh bendaharawan = Rp 5.250.000,00
merupakan pengurang kas yang diterima dicatat
sebagai pembayaran pajak dimuka. Jurnal Koperasi
Kas 344.750.000
Pajak dibayar di muka PPh 22 5.250.000
Penjualan 350.000.000
Koperasi Medang Kamulan menerima pembayaran
dari Kantor Humas Pemprov atas penyediaan Jurnal Humas Pemprov
furniture berbahan kayu jati senilai Rp Furniture 350.000.000
350.000.000,00. Berapakah beban PPh 22 dan Kas 344.750.000
bagaimana pernjurnalannya (metode periodik)? Utang PPh 22 5.250.000
PENCATATAN
TRANSAKSI

PPh 22 atas Impor

 Jumlah PPh 22 yang dibayarkan dicatat sebagai pajak dibayar dimuka.


 Untuk Bea Masuk dan PPnBM menjadi penambah nilai persediaan.

PT. Argabelah melakukan impor atas barang dengan nilai pembelian $ 36.000 (kurs KMK
berlaku Rp 9.100/ $). Perusahaan membayar biaya asuransi dan pengangkutan masing –
masing sebesar 7,5% dan 5% dari nilai pembelian. Bea Masuk sebesar 10% dari CIF dan
Bea Masuk lainnya $ 2.500. Penyerahan barang dikenai PPN dan PPnBM 20%. Jika
perusahaan memiliki API (tarif PPh 22 2,5%), bagaimanakah penjurnalan dilakukan?
PENCATATAN TRANSAKSI

Jawaban:

Penghitungan Nilai persediaan dicatat : (47.050 + 9.410) x 9.100) 513,786,000


Cost 36,000
Nilai Pajak dibayar di muka PPh 22 : 1.176,25 x 9.100 10,703,875
Insurance (7,5%) 2,700
Freight (2,5%) 1,800 Nilai PPN masukan : 4.705 x 9.100 42,815,500
CIF 40,500
Bea Masuk (10% CIF) 4,050 Penjurnalan
Bea Masuk lainnya 2,500 Persediaan 513,786,000
Nilai impor (DPP PPh 22, PPN, PPnBM) $47,050.00 Pajak dibayar di muka PPh 22 10,703,875
PPnBM (20% DPP) $ 9,410.00
PPh 22 (2,5% DPP) $ 1,176.25 PPN masukan 42,815,500
PPN (10% DPP) $ 4,705.00 Kas 567,305,375
PENCATATAN
TRANSAKSI

PPh 22: Industri Tertentu

• Pihak Pemungut
Mencatat penerimaan kas dan mengakui utang pajak, sebab harus disetor ke kas
negara.
• Pihak yang Dipungut
Mencatat pembayaran tersebut sebagai pajak dibayar di muka pada saat pembelian,
sebab kewajiban perpajakannya telah dipenuhi.
PENCATATAN
TRANSAKSI
Membeli beberapa unit kendaraan 1.000.000.000 (pajak 0,45%). PPh 22 sebesar
4.500.000.

Kas 1.004.500.000
Utang PPh 22 4.500.000
Penjualan 1.000.000.000

Persediaan 1.000.000.000
Pajak dibayar dimuka PPh 22 4.500.000
Kas 1.004.500.000
PPh 23
PPh 23

Pemotong PPH 23 adalah badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,


penyelenggara kegiatan, BUT atau perwakilan perusahaaan luar
negeri, orang pribadi sebagai WP Pribadi dari Dirjen Pajak,
PPh 23

Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1a), besarnya


pungutan WP ber-NPWP dengan tidak ber-NPWP, yang tidak ber-
NPWP dikenakan lebih tinggi 100%
PPh 23 TIDAK FINAL

 Pihak Pemotong (Pihak yang Membayar)


 Mencatat utang pajak pada saat pembayaran dilakukan.
 Pajak akan mengurangi kas yang diberikan namun tidak mengurangi beban
perusahaan.
 Pajak yang dipotong akan disetorkan pada bulan berikutnya.
 Saldo utang pajak di neraca  Jumlah yang belum disetorkan.
 Jika beban tidak dipungut pajak  Beban tidak boleh menjadi pengurang.

 Pihak yang Dipotong Pajaknya (Pihak yang Menerima Pembayaran)


 Mencatat sebagai pajak dibayar di muka pada saat pendapatan diakui.
 Jumlah kas yang diterima lebih sedikit dari pendapatan yang diakui.
PPh 23 SEWA

Fa. Kurusetra merupakan perusahaan yang menjalankan kegiatan produksi dengan


menggunakan mesin yang sebagian di antaranya disewa dari pihak ketiga. Fa.
Kurusetra melakukan pembayaran biaya sewa setiap bulan ketiga dan bulan
kesembilan tahun berjalan untuk nilai sewa selama satu semester, sekaligus
memotong PPh 23 dengan tarif 2%. Meski demikian, baik Fa. Kurusetra maupun
perusahaan penyewa tetap melakukan pengakuan pendapatan dan beban untuk
setiap bulan di pembukuan masing – masing. Jika nilai sewa per bulan adalah Rp
1.750.000,00, bagaimanakah penjurnalan dilakukan?

 Diket
6 bulan sewa, sewa per bulan 1.750.000, tarif 2%
PPh 23 SEWA

Pemotong (Fa. Kurusetra)


Utang sewa 3,500,000
Beban sewa 1,750,000
Sewa dibayar di muka 5,250,000
Kas 10,290,000
Utang PPh 23 210,000
Pihak yang Dipotong Pajaknya (Pemilik mesin)
Kas 10,290,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 210,000
Piutang sewa 3,500,000
Pendapatan sewa 1,750,000
Pendapatan sewa diterima di muka 5,250,000
PPh 23 ROYALTI

Transaksi, PT Akido
Tanggal Keterangan Debit Kredit
18 Okt 2011 Kas/Bank 95.000.000
PPH 23 Dibadim 15.000.000
Pendapatan Royalti 100.000.000
Pajak Keluaran 10.000.000
Transaksi, PT Bambi
Tanggal Keterangan Debit Kredit
18 Okt 2011 Beban Royalti 100.000.000
Pajak Masukan 10.000.000
Utang PPH 23 15.000.000
Kas/Bank 95.000.000
PPh 23 DIVIDEN

Pemotong (PT. Kiskendha) Pihak yang Dipotong Pajaknya (Untuk Satu Pemegang Saham)
Saat Pengumuman Saat Pengumuman
Laba ditahan 137.500.000 Piutang dividen 20.625.000
Utang dividen 116.875.000 Pajak dibayar di muka PPh 23 116.875.000
Utang PPh 23 20.625.000 Penghasilan dividen 137.500.000
Saat Pembagian Saat Pembagian
Utang dividen 116.875.000 Kas 116.875.000
Kas 116.875.000 Piutang dividen 116.875.000
PPh 23 HADIAH

Transaksi, PT Margaret
Tanggal Keterangan Debit Kredit

6 Jan 2012 Beban Hadiah 100.000.000


Pajak Masukan 10.000.000
Utang PPh 23 25.000.000
Kas/Bank 85.000.000
10 Feb 2012 Utang PPh 23 25.000.000
Kas/Bank 25.000.000

Transaksi, PT Matthew
Tanggal Keterangan Debit Kredit

6 Jan 2012 Kas/Bank 95.000.000


PPh 23 Dibadim 15.000.000
Pajak Keluaran 10.000.000
Pendapatan Lain-lain 100.000.000
PPh 23 FINAL

 Pihak Pemotong
 Mencatat seperti dalam memperlakukan pajak tidak final.
 Pihak yang Dipotong Pajaknya
 Pencatatan dapat dilakukan dengan dua pendekatan:
• Mencatat Gross Seperti pajak tidak final.
• Mencatat Net Hanya sebesar nilai setelah pajak.
 Pilihan tergantung bagaimana perusahaan menentukan sistem pembukuan.
 Standar akuntansi tidak menjelaskan secara rinci perlakuan pajak final ini,
sehingga dalam praktik kedua pendekatan dapat diterapkan.
 Dampak yang terjadi  Tarif pajak efektif akan sangat berbeda antara
kedua pendekatan.
PPh 23 SEWA

CV. Mahameru merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pemberian jasa


perencanaan konstruksi sekaligus jasa konsultansi teknik. CV. Mahameru baru saja
mengirimkan tagihan kepada Pemkab Maumere atas pemberian jasa senilai Rp
525.000.000,00. Atas tagihan tersebut, penghasilan yang berasal dari jasa
perencanaan konstruksi dikenai PPh final senilai Rp 9.250.000,00 dan penghasilan
yang berasal dari jasa konsultansi teknik dikenai PPh 23 sebesar Rp 1.250.000,00.
Bagaimanakah CV. Mahameru melakukan pencatatan berdasar metode Gross atau
Net? Berapakah tarif pajak efektif masing – masing?

 Diket
Jasa 525.000.000,00, PPh Final 9.250.000, PPh 23 1.250.000
PPh 23 SEWA

Metode Gross
Piutang dagang 514,500,000
Pajak dibayar di muka PPh Final 9,250,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 1,250,000
Pendapatan jasa 525,000,000
Tarif pajak efektif
: (9.250.000+1.250.000)/ 525.000.000 : 2%
Metode Net
Piutang dagang 514,500,000
Pajak dibayar di muka PPh 23 1,250,000
Pendapatan jasa 515,750,000
Tarif pajak efektif
:1.250.000/ 515.750.000 : 0,2424%
PPh 24
PPh 23 SEWA

PT. Waranawata selama tahun pajak berjalan menerima pendapatan bruto dari
dalam negeri sebesar Rp 885.000.000,00 dan pendapatan sewa dari luar negeri
sebesar Rp 240.000.000,00 yang telah dikenai pajak penghasilan oleh otoritas
setempat. Perusahaan mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 525.000.000,00
terkait pendapatan yang diperolehnya di dalam negeri. Sebagai keterangan
tambahan, perusahaan telah membayarkan sendiri angsuran PPh 25 sebesar Rp
62.500.000,00. Bagaimanakah PT. Waranawata melakukan penjurnalan saat
penerimaan penghasilan dari LN dan di akhir tahun fiskal, jika:

1. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 15%.


2. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 25%.
3. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 35%.
PPh 23 SEWA

Jawaban:
Penghasilan netto DN = 885.000.000 - 525.000.000
= Rp 360.000.000,00
Total penghasilan netto = 360.000.000 + 240.000.000
= Rp 600.000.000,00
PPh badan sesuai Pasal 17 = 25% x 600.000.000
= Rp 150.000.000,00
Batas kredit PPH 24 = 240.000.000/ 600.000.000 x 150.000.000
= Rp 60.000.000,00
PPh 23 SEWA

Pajak yang telah dipotong di luar negeri


: 15% x 240.000.000 : Rp 36.000.000,00
Kredit PPh 24 : Rp 36.000.000,00

Penjurnalan
Saat menerima penghasilan dari LN
Kas 204,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 36,000,000
Pendapatan sewa 240,000,000
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 36,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 25 62,500,000
Utang PPh 29 51,500,000
PPh 23 SEWA

Pajak yang telah dipotong di luar negeri


: 25% x 240.000.000 : Rp 60.000.000,00
Kredit PPh 24 : Rp 60.000.000,00

Penjurnalan
Saat menerima penghasilan dari LN
Kas 180,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 60,000,000
Pendapatan sewa 240,000,000
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 60,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 25 62,500,000
Utang PPh 29 27,500,000
PPh 23 SEWA

Pajak yang telah dipotong di luar negeri


: 35% x 240.000.000 : Rp 84.000.000,00
Kredit PPh 24 : Rp 60.000.000,00

Penjurnalan
Saat menerima penghasilan dari LN
Kas 156,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 84,000,000
Pendapatan sewa 240,000,000
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 60,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 25 62,500,000
Utang PPh 29 27,500,000
Untuk mencatat pajak LN yang belum dibebankan
Beban pajak kini 24,000,000
Pajak dibayar di muka PPh 24 24,000,000
PPh 25
PPh 25

“PPh 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran


pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.”
PENCATATAN TRANSAKSI
Contoh:
PPh yang terutang berdasarkan SPT tahunan PPh tahun 2011 sebesar Rp 50.000.000.
Penghitungan angsuran PPh 25:
PPh terutang Rp 50.000.000
Dikurangi kredit pajak:
PPh 21 yang dipotong pemberi kerja Rp 15.000.000
PPh 22 yang dipungut pihak lain Rp 10.000.000
PPh 23 yang dipotong oleh pihak lain Rp 2.500.000
Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000
Jumlah kredit pajak (Rp 35.000.000)
PPh dibayar sendiri Rp 15.000.000
Besarnya angsuran PPh 25 yang harus dibayar sendiri setiap bulan sebesar Rp 15.000.000/12 = Rp.
1.250.000

Jurnal pada saat pembayaran PPh setiap bulannya sebagai berikut.


PPh 25 dibayar dimuka 1.250.000
Ketentuan PPh 25

 Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan SKP untuk tahun


pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya
setelah bulan penerbitan SKP.

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP


untuk bulan-bulan sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan
sebelum batas waktu penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama
dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak
yang lalu
PPh 25

Penyetoran dan Pelaporan:

• Saat penyetoran dan pembayaran  Paling lambat


tanggal 15 bulan takwim berikutnya

• Saat pelaporan SPT masa  Paling lambat 20 hari


setelah masa pajak berakhir dalam bentuk SSP .
PPh 25

Pencatatan angsuran pajak periode berjalan dapat dilakukan


dengan dua pendekatan:

• Pembebanan akhir tahun  Dicatat sebagai pembayaran


pajak di muka.

• Pembebanan langsung  Dicatat sebagai beban


pajak kini.
PENCATATAN TRANSAKSI

Fa. Ekacakra senantiasa melaporkan SPT pada pertengahan Maret setiap tahun dan melakukan
pembayaran angsuran PPh 25 berdasar pelaporan tersebut. Di bulan Desember tahun lalu Fa. Ekacakra
membayarkan angsuran pajak sebesar Rp 13.200.000,00, sedangkan berdasar SPT tahun ini Fa. Ekacakra
akan membayarkan angsuran sebesar Rp 15.750.000,00 per bulan. Bagaimanakah Fa. Ekacakra
melakukan penjurnalan di setiap bulannya, dengan menggunakan pendekatan pembebanan akhir tahun
atau pendekatan pembebanan langsung?
Pendekatan pembebanan akhir tahun Pendekatan pembebanan langsung
Bulan Januari dan Februari Bulan Januari dan Februari
Pajak dibayar di muka PPh 25 13,200,000 Beban pajak kini 13,200,000
Kas 13,200,000 Kas 13,200,000
Bulan Maret - Desember Bulan Maret - Desember
Pajak dibayar di muka PPh 25 15,750,000 Beban pajak kini 15,750,000
Kas 15,750,000 Kas 15,750,000
Pajak
Penghasilan
(PPh) Pasal 26
PPh Pasal 26

PPh 26 adalah pajak yang dikenakan/dipotong atas

penghasilan yang bersumber dari Indonesia dan


diterima/diperoleh WP luar negeri selain BUT di
Indonesia
Pemotong PPh 26 adalah sebagai berikut :
1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak dalam Negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. BUT
Saat Terutang, Penyetoran,
& Pelaporan PPh 26

Saat Terutang = akhir bulan dilakukannya


pembayaran atau akhir
bulan terutangnya
penghasilan
Penyetoran = paling lambat tanggal 10 bulan
takwim berikutnya setelah
bulan saat terutangnya pajak

Pelaporan = pelaporan SPT paling lambat 20 hari


setelah masa pajak berakhir
Pengecualian PPh 26

Apabila penghasila kena


pajak sesudah dikurangi
pajak penghasilan dari BUT
ditanamkan kembali di
Indonesia
Badan - badan
internasional yang
ditetapkan oleh Menteri
Keuangan
Pencatatan Transaksi

1. 20% dari jumlah Penghasilan Bruto yang


diterima atau diperoleh WP Luar Negeri
• dividen
• bunga
• royalti, sewa, & penghasilan lain
• imbalan sehubungan dengan jasa,
pekerjaan, atau kegiatan
• hadiah & penghargaan
• pensiun & pembayaran berkala lain Pencatatan Transaksi :
• dll Beban Y xxx
Utang PPh 26 xxx
Kas xxx
Pencatatan Transaksi

1. 20% dari jumlah Penghasilan Bruto yang


diterima atau diperoleh WP Luar Negeri
Pencatatan Transaksi :
Beban Y xxx
Utang PPh 26 xxx
Kas xxx

Utang PPh 26 paling lambat disetorkan


tanggal 10 bulan berikutnya
Utang PPh 26 xxx
Kas xxx
Pencatatan Transaksi
(Penghasilan Bunga)
Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki
kegiatan bisnis di Asia Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga
rendah. Selama 2017, Friedrich telah meminjamkan dana dengan rata – rata
pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 2.000.000 dan tingkat bunga rata – rata
6,5% p.a. Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada tingkat Rp
9.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh
para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh debitur?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (6,5% x 2.000.000 x 9.100)
= 20% x 1.183.000.000
= Rp 236.600.000,00
Jurnal Beban bunga 1.183.000.000
Utang PPh 26 236.600.000
Kas 946.400.000
Pencatatan Transaksi
(Pendapatan Jasa)
Barbarossa merupakan seorang dokter berkewarganegaraan asing yang
selama periode Januari – Maret 2017 tinggal di Indonesia untuk memberikan
jasa pendampingan riset bagi suatu rumah sakit yang baru berdiri. Barbarossa
menerima pembayaran senilai $ 22.750 yang dibayarkan sekaligus di muka
kontrak. Kurs KMK yang berlaku di awal januari adalah Rp 9.350,00/ $.
Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dikenakan atas penghasilan
Barbarossa? Bagaimana penjurnalan oleh pemberi kerja?
Jawaban :
Pajak terutang = 20% x (22.750 x 9.350)
= 20% x 212.712.500
= Rp 42.542.500,00
Jurnal Beban gaji 212.712.500
Utang PPh 26 42.542.500
Kas 170.170.000
Pencatatan Transaksi
(Penghasilan Royalti)
Zheng He merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang
diakui di dunia. Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI Zheng
He dan membayarkan royalti sebesar Rp 115.000.000,00 setiap tahunnya.
Pemerintah Indonesia dan China terikat P3B dengan ketentuan atas royalti
dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia dengan tarif 10%. Bagaimanakah
perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?

Jawaban :
Pajak terutang = 10% x 115.000.000
= 11.500.000
Jurnal oleh perusahaan
Beban royalti 115.000.000
Utang pajak 11.500.000
Kas 103.500.000
Pencatatan Transaksi
2. 20% dari jumlah Perkiraan Penghasilan Neto

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi


luar negeri.
• Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan
asuransi luar negeri
• Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan asuransi dalam negeri
kepada perusahaan asuransi luar negeri
• Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi
• Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam
negerikepada
Atas penghasilanperusahaan asuransi
penjualan saham luar negeri
perusahaan antara di tax
haven countryPenghasilan
• Perkiraan yang berhubungan
Netto = istimewa dengan badan atau
5% x Premi
Pencatatan Transaksi

2. 20% dari jumlah Perkiraan Penghasilan Neto

Pencatatan Transaksi :
Asuransi dibayar dimuka xxx
Utang PPh 26 xxx
Kas xxx

Utang PPh 26 paling lambat disetorkan


tanggal 10 bulan berikutnya
Utang PPh 26 xxx
Kas xxx
Pencatatan Transaksi
(Premi Asuransi)
Von Bleucher merupakan seorang direktur pemasaran WNA bagi
perusahaan leasing internasional yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia. Atas rencananya untuk menetap permanen di Indonesia, Von
Bleucher merasa perlu mengasuransikan kesehatan keluarganya selama masa
adaptasi terhadap iklim tropis. Atas keperluan tersebut, Von Bleucher
mengikuti program asuransi yang diselenggarakan perusahaan asuransi di
negara asalnya dengan nilai premi $ 650 per tahun. Kurs KMK yang berlaku
saat pembayaran premi adalah senilai Rp 9.300,00/ $. Berapakah besar PPh 26
yang seharusnya dipotong terhadap perusahaan asuransi luar negeri tersebut
jika:
a. Pada tanggal 5 Januari 2017 premi tersebut dibayarkan oleh Von
Bleucher sendiri
b. Pada tanggal 5 Januari 2017 premi dibayarkan melalui suatu
perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan pembayaran
kepada perusahaan asuransi luar negeri.
Pencatatan Transaksi
(Premi Asuransi)
LANJUTAN

Jawaban :
A.
Pajak terutang = 20% x (50% x 650 x 9.300)
= 20% x 3.022.500
= Rp 604.500,00
Jurnal :
Tanggal 5 Januari Asuransi dibayar dimuka 3.022.500
Utang PPh 26 604.500
Kas 2.418.000
Tanggal 10 Februari Utang PPh 26 604.500
Kas 604.500
Pencatatan Transaksi
(Premi Asuransi)
LANJUTAN

Jawaban :
B.
Pajak terutang = 20% x (10% x 650 x 9.300)
= 20% x 604.500
= Rp 120.900,00
Jurnal :
Tanggal 5 Januari Asuransi dibayar dimuka 604.500
Utang PPh 26 120.900
Kas 483.600
Tanggal 10 Februari Utang PPh 26 120.900
Kas 120.900
Pencatatan Transaksi

3. 20% dari PKP setelah pajak, dan bersifat


final
• Penghasilan atas Bentuk Usaha
Tetap.
• Dikecualikan dari pengenaan, jika
penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia.
PPN
&
PPnBM
PPN

PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai


dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen

PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak (BKP)


atau jasa kena pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
PPN Masukan &PPN Keluaran

• PPN Masukan
PPN yang dibayar ketika PKP membeli barang/jasa
dari pihak lain.

• PPN Keluaran
PPN yang dipungut ketika PKP menjual atau
menyerahkan barang/jasanya kepada pihak lain.
PPN Kurang (Lebih) Bayar

PPN Masukan > PPN Keluaran PPN Keluaran > PPN Masukan

• Selisih tersebut dapat • Selisih tersebut harus disetorkan ke


dikompensasikan ke masa pajak kas negara
berikutnya atau mengajukan
permohonan pengembalian pada
akhir tahun pajak.
Saat pembelian BKP/JKP

JURNAL Pembelian/Persediaan xxx


Pajak masukan xxx
Pembelian & Utang dagang/kas xxx
Penjualan
BKP/JKP

Saat penjualan/penyerahan
BKP/JKP

Kas/Piutang dagang xxx


Penjualan xxx
Pajak keluaran xxx
PPN Keluaran > PPN Masukan

Pajak keluaran xxx


Pajak masukan xxx
JURNAL Utang PPN/PPN yang masih harus dibayar xxx
PPN Lebih
(Kurang) Bayar

PPN Masukan > PPN Keluaran

Pajak keluaran xxx


PPN Lebih Bayar xxx
Pajak Masukan xxx
Saat pembayaran utang PPN

JURNAL Utang PPN/PPN yang masih harus dibayar xxx


Pembayaran Kas/bank xxx
Utang &Retur
Pembelian

Jika terjadi pengembalian atas barang yang dibeli

Retur penjualan xxx


Pajak keluaran xxx
Piutang dagang xxx
Contoh
Soal

PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp10.000.000 secara


tunai pada tanggal 27 Juni 2017 yang sebelumnya telah
melakukan pembelian sebesar Rp8.000.000 pada tanggal 9 Juni
2017. Sistem pencatatan yang dipakai sistem periodik dengan
tarif PPN 10%.
JAWABAN

• Pencatatan saat pembelian BKP


9 Juni 2017 Pembelian/Persediaan Rp8.000.000
Pajak masukan Rp800.000
Utang dagang/kas Rp8.800.000

• Pencataan saat penyerahan BKP

27 Juni 2017 Kas/bank Rp11.000.000


Penjualan Rp10.000.000
Pajak keluaran Rp1.000.000
JAWABAN

• Selisih antara PPN Masukan dan PPN Keluaran

Pajak keluaran Rp1.000.000


Pajak masukan Rp800.000
Utang PPN/PPN yang masih harus dibayar Rp200.000

• Saat pembayaran utang PPN

Utang PPN/PPN yang masih harus dibayar Rp200.000


Kas/bank Rp200.000
PPnBM

• Dikenakan hanya satu kali • Jumlah pajak yang


yaitu pada saat impor atau dibayar oleh pembeli
• Pajak Penjualan Atas saat penyerahan BKP di akan dicatat sebagai
Barang Mewah (PPnBM) dalam negeri oleh pabrikan utang PPnBM.
merupakan pajak yang yang menghasilkannya
dikenakan kepada wajib
• Utang PPnBM
pajak atas penjualan
• PPnBM akan ditambahkan dibayarkan ke kas negara
suatu barang mewah
paling lambat 15 hari
dari harga jual yang telah
setelah masa pajak
ditetapkan oleh produsen berakhir
atau importir
CONTOH
Harga Jual Rp50.000.000,00

PPN 10% x Rp 50 juta Rp5.000.000,00


Pencatatan transaksi
PPnBM 20% x Rp 50.juta Rp10.000.000,00
penjualan barang mewah

Misalnya, PT ABC menjual Barang Jumlah yang dibebankan Rp65.000.000,00


Kena Pajak (BKP) yang tergolong kepada pembeli
mewah dengan tarif PPnBM 20%.
Nilai penjualan transaksi tersebut
adalah sebesar Rp 50 juta.
Penghitungan PPN dan PPnBM
adalah sebagai berikut:
.
Jurnal PPnBM yang dibuat sebagai berikut:

Kas (Piutang Dagang) Rp 65.000.000,00

Penjualan Rp 50.000.000,00

PPN Keluaran Rp 5.000.000,00

PPnBM yang masih Rp 10.000.000,00


harus disetor
CONTOH
Harga Beli Rp200.000.000,00

PPN 10% x Rp200 juta Rp20.000.000,00


Pencatatan transaksi
PPnBM 20% x Rp200 juta Rp40.000.000,00
pembelian barang mewah

Misalnya, PT ABC membeli BKP


untuk bahan baku, yang tergolong Jumlah yang harus dibayar Rp260.000.000,00
barang mewah dengan tarif
PPnBM 20%. Sedangkan, nilai
pembelian adalah sebesar Rp 200
juta. Penghitungan PPN dan
PPnBM atas transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
Jurnal PPnBM yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai
berikut:

Pembelian (Persediaan) Rp 240.000.000,00

PPN Masukan Rp 20.000.000,00

Kas (Utang Dagang) Rp 260.000.000,00


CONTOH
Pembelian/Persediaan Rp200.000.000,00

PPN Masukan Rp20.000.000,00


Pencatatan Jurnal PPnBM atas
PPnBM yang belum Rp40.000.000,00
Pembelian yang Bisa Restitusi direstitusi

Apabila pembelian bahan baku yang


Kas/Utang Dagang Rp260.000.000,00
dimaksud adalah untuk diproduksi dan
kemudian menjadi barang yang akan
diekspor, PPnBM sebesar Rp 40 juta
(menggunakan contoh di atas), yang telah
dibayar dapat diminta kembali (restitusi).
.
Ketika PKP memperoleh restitusi terkait PPnBM yang sudah
dibayarkan, maka pencatatan jurnal PPnBM-nya adalah sebagai
berikut:

Kas Rp 40.000.000,00

PPnBm yang belum direstitusi Rp 40.000.000,00


TERIMA KASIH
Anda Bertanya,
Kami Jawab.
Ti dak bi sa menj aw ab?
Minta tolong
bantuannya

Anda mungkin juga menyukai