Anda di halaman 1dari 22

Oleh kelompok 2

1. Ilham Suryanata
2. Miskan Pebriani
3. Ni Putu Grahita Kirana
4. Ribka Todingan
5. Rizhka Vionita
6. Siti Masruroh
 Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil
dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas
otak.Cedera kapala merupakan cedera yang meliputi trauma
kulit kepala, tengkorak, dan otak.
 Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang
secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang
mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak,
robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri,
serta mengakibatkan gangguan neurologis.
 Cedera kepala, dikenal juga sebagai cedera otak, adalah
gangguan fungsi otak normal karena trauma (trauma tumpul
atau trauma tusuk).
Klasifikasi cedera kepala yang terjadi melalui
dua cara yaitu efek langsung trauma pada fungsi
otak (cedera primer) dan efek lanjutan dari sel-sel
otak yang bereaksi terhadap trauma (cedera
sekunder).
Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai dari
Glasgow Coma Scale (GCS) nya, yaitu:

1. Ringan
- GCS = 13 – 15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit.
- Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
 GCS = 9 – 12
 Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
 Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
 GCS = 3 – 8
 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
 Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan
jenis kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan
benda tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan
rendah), jatuh, pukulan benda tumpul, Sedangkan
benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan
tembakan.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin
karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi
alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh,
dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang bisa
mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem
dalam tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder
merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah
atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera
sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
Cedera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila
trauma ekstra kranial akan dapat menyebabkan adanya
leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan
karena mengenai pembuluh darah. Karena perdarahan
yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada area
peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK)
1. Cedera kepala ringan
◦ Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap
setelah cedera.
◦ Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan
cemas.
◦ Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah
tingkah laku
2. Cedera kepala sedang
◦ Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai
dengan kebingungan atau hahkan koma.
◦ Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan
tiba-tiba defisit neurologik, perubahan TTV,
gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi
sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo dan
gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat
◦ Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat
sebelum dan sesudah terjadinya penurunan
kesehatan.
◦ Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak
aktual, adanya cedera terbuka, fraktur tengkorak
dan penurunan neurologik.
◦ Nyeri, menetap atau setempat, biasanya
menunjukan fraktur.
◦ Fraktur pada kubah kranial menyebabkan
pembengkakan pada area tersebut.
1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
2. Angiografi cerebral
3. CT-Scan
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
7. Analisa Gas Darah
Penanganan medis pada kasus cedera kepala yaitu :
1. Stabilisasi kardio pulmoner mencakup prinsip-prinsip
ABC (Airways-Brething-Circulation).
2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan
inkubasi pada kesempatan pertama.
3. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam
cedera atau gangguan-gangguan di bagian tubuh
lainnya.
4. Pemeriksaan neurologos mencakup respon mata,
motorik, verbal, pemeriksaan pupil, refleks okulor
sefalik dan reflel okuloves tubuler.
5. Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti
kejang dan natrium bikarbonat.
6. Tindakan pemeriksaan diagnostik seperti : scan
tomografi, komputer otak, angiografi serebral, dan
lainnya.
Penanganan non medis pada cedera kepala, yaitu:
 Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya
trauma.
 Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk
mengurangi vasodilatasi.
 Pemberian analgetik.
 Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu;
manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol.
 Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.
 Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3
hari kemudian diberikan makanan lunak.
 komplikasi dari cedera kepala adalah;
1. Edema pulmonal
2. Kejang
3. Kebocoran cairan serebrospinalis
4. Hipoksia
5. Gangguan mobilitas
6. Hidrosefalus
7. Oedem otak
8. Dipnea
1. Pencegahan Primer
 Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan
sebelum peristiwa terjadinya kecelakaan
lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-
faktor yang menunjang terjadinya cedera
seperti pengatur lalu lintas, memakai sabuk
pengaman, dan memakai helm.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya
pencegahan saat peristiwa terjadi yang
dirancang untuk mengurangi atau
meminimalkan beratnya cedera yang terjadi.
Dilakukan dengan pemberian pertolongan
pertama, yaitu :
 Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).
 Memberi nafas/ nafas buatan (Breathing)
 Menghentikan perdarahan (Circulations).

3. Pencegahan Tertier
a. Rehabilitasi Fisik
b. Rehabilitasi Psikologis
c. Rehabilitasi Sosial
1. Riwayat kesehatan
Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang
diberikan segera setelah kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi: Suara nafas, pola nafas (kusmaull,
cheyene stokes, biot, hiperventilasi,ataksik), nafas
berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi
positif(kemungkinan karena aspirasi).
b. Kardiovaskuler: Pengaruh perdarahan organ atau
pengaruh PTIK
c. Kemampuan komunikasi:
Kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia
akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
3. Aktivitas/istirahat
 S : Lemah, lelah, kaku dan hilang
keseimbangan
 O : Perubahan kesadaran, letargi,
hemiparese, guadriparese, goyah dalamberjalan
(ataksia), cidera pada tulang dan kehilangan
tonus otot.
4. Sirkulasi
 O : Tekanan darah normal atau berubah
(hiper/normotensi), perubahan frekuensi jantung
nadi bradikardi, takikardi dan aritmia.
5. Neurosensori
 S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo,
tinitus, kehilangan pendengar-an, perubahan penglihatan,
diplopia, gangguan pengecapan/pembauan.
 O : Perubahan kesadaran, koma. Perubahan status
mental (orientasi, kewas-padaan, atensi dan konsentarsi)
perubahan pupil (respon terhadap cahaya), kehilangan
penginderaan, pengecapan dan pembauan serta
pendengaran. Postur (dekortisasi, desebrasi),
kejang.Sensitive terhadap sentuhan / gerakan.
6. Nyeri/Keyamanan
 S : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda.
 O : Wajah menyeringai, merintih, respon menarik
pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah.
 Nyeri berhubungan dengan trauma kepala
 Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak
efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal
nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan
intrakranial
 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan mual dan muntah
 Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial
 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
tirah baring dan menurunnya kesadaran

Anda mungkin juga menyukai