Anda di halaman 1dari 27

NAMA KELOMPOK 5 :

1. Efa Islamia Daryanti 17.026


2. Ixrofiatul Muarifah 17.041
3. Lutfi Indriyani 17.051
4. Lutfiana Dwi A. 17.052
5. Moch. Syamsuddin 17.055
6. Nikmah Rahmania 17.061
7. Rahmad Yuliyanto 17.071
8. Sukamto 17.083
INKONTINENSIA URINE

Inkontinensia didefinisikan sebagai berkemih (


defekasi ) di luar kesadaran, pada waktu dan tempat yang
tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau
social. Terdapat dua aspek social yang sangat penting
dalam definisi inkontinensia ini. Inkontinensia yang
diderita oleh klien mungkin tidak menimbulkan sejumlah
masalah yang nyata bagi teman atau keluarganya. .
(Aspiani, R.Y. 2014)
Etiologi Patofisiologi

Terdapat sejumlah alasan Inkontinensia urine bisa disebabkan


terjadinya inkontinensia, baik yang oleh karena komplikasi dari penyakit
disebabkan oleh semua factor diatas infeksi saluran kemih, kehilangan
maupun masalah klinis yang kontrol spinkter atau terjadinya
berhubungan. Alasan utama pada lansia perubahan tekanan abdomen secara
adalah adanya “ ketidakstabilan kandung
tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat
kemih “. Beberapa kerusakan persyarafan
permanen misalnya pada spinal cord
mengakibatkan sesorang tidak mampu
trauma atau bersifat temporer pada
mencegah kontraksi otot kandung kemih
wanita hamil dengan struktur dasar
secara efektif ( otot detrusor ) dan
panggul yang lemah dapat berakibat
mungkin juga dipersulit oleh masalah
lain, seperti keterbatasan gerak atau terjadinya inkontinensia urine.
konfusi. (Bandiyah, S. 2009) (Azizah. Lilik, M. 2011)
PATHWAY
MANIFESTASI
KLINIK

1. Inkontinensia stress : Keluarnya urin selama batuk,


mengedan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini sangat
spesifik untuk inkontinensia stress.
2. Inkontinensia urgensi : ketidak mampuan menahan
keluarnya urin dengan gambaran seringnya terburu-buru
untuk berkemih.
3. Enuresis nocturnal : 10% anak usian 5 tahun dan 5%
anak usia 10 tahun mengompol selama tidur.
4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia),
5. Ketidak nyamanan daerah pubis.
6. Distensi vesika urinaria.
7. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
8. Sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine (20-50 ml)
9. Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan
asupannya.
10. Meningkatkan keresahan dan keinginanan berkemih.
11. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
12. Tidak merasakan urine keluar.
13. Kandung kemih terasa penuh walaupun telah buang air kecil.
(Aspiani, R.Y. 2014)
1. Urinallisis, digunakan untuk melihat apakan ada bakteri, darah dan
glukosa dalam urine.
2. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan
menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan
mengukur laju aliran ketika pasien berkemih.
3. Cysometri digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuscular
kandung kemih dengan mengukur efisiensi reflex otot detrusor,
4. Urografi ekskretorik, disebut juga pielografi intravena,
digunakan untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal,
ureter, dan kandung kemih.
5. Volding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi
ketidaknormalan kandung kemih dan uretra serta mengkaji
hipertrofi lobus prostat,
6. Uretrografi retrograde, digunakan amper secara ekslusif pada pria,
membantu diagnosis striktur dan obstruksi orifisium uretra.
7. Elektromiografi sfingter pada pasien pria dapat menunjukkan
pembesaran prostat atau nyeri, kemungkinan menanndakan hipertrofi
prostat jinak atau infeksi. Pemeriksaan tersebut juga dapat
menunjukkan impaksi yang mungkin menyebabkan inkontinensia.
8. Pemeriksaan vagina dapat memperlihatkan kekeringan vagina atau
vaginitis atrofi, yang menandakan kekuranagn estrogen.
9. Katerisasi residu pescakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam
kandung kemih setelah pasien berkemih. (Azizah. Lilik, M. 2011)
PENATALAKSANAAN

Ada beberapa cara untuk menangani pasien dengan kasus inkontinensia


urin :
1. Terapi non farmakologis, yaitu:
1. Terapi suportif non-spesifik (edukasi, manipulasi lingkungan,
pakaian dan pads tertentu)
2. Intervensi tingkah laku (latihan otot dasar panggul, latihan kandung
kemih, penjadwalan berkemih)
2. Terapi medika mentosa
3. Operasi
4. Kateterisasi
Keberhasilan penanganan pasien inkontinensia sangat bergantung pada
ketepatan diagnosis dalam penentuan tipe inkontinensia, faktor yang
berkontribusi secara reversibel dan problem medik akut yang dialami.
1. Bladder training
Merupakan suatu jenis terapi yang cukup efektif dibanding
teknik non farmakologik lainnya. Terapi ini bertujuan
memperpanjang interval berkemih yang normal sehingga
hanya mencapai 6-7 kali sehari atau 3-4 jam sekali.
2. Latihan dasar otot panggul
Merupakan suatu jenis latihan yang dikembangkan oleh
Arnold Kegel pada tahun 1884.
3. Latihan untuk menahan dorongan berkemih
Untuk mengurangi rasa ingin berkemih, cara ini dapat
digunakan bila dorongan tersebut muncul:
1. Berdiri tenang maupun duduk diam, lebih baik jika kaki
disilangkan agar mencegah rangsang berlebihan dari kandung kemih.
2. Tarik napas teratur dan relaks.
3. Kontraksikan otot dasar panggul beberapa kali. Ini akan membantu
penutupan uretra dan menenangkan kandung kemih.

4. Bila rangsang berkemih sudah menurun, jangan ke toilet sebelum


tiba waktunya. (Kushariyadi. 2011)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. A DENGAN GANGGUAN
INKONTINENSIA URINE
DI KELURAHAN BARUSARI SEMARANG
SELATAN
1. PENGKAJIAN

Identitas klien

Tanggal pengkajian : 16 September 2019


Nama : Ny. A
Umur : 75 tahun
Alamat : Kelurahan Barusari kec.
Semarang Selatan
Pendidikan : SLTP
Jenis kelamin : Perempuan
 Status kesehatan saat ini

Keluarga pasien mengatakan pasien BAK


terus menerus dengan frekuensi lebih dari 10 kali
dalam sehari dan tidak bisa menahan kencingnya
dan ngompol. Sehingga pasien mengakui
mengurangi minum dan menahan hausnya tetapi
keluarga pasien tidak memperbolehkan dan tetap
menyuruh pasien untuk minum jika kehausan
Pola Eliminasi
 BAB

Keluarga pasien mengatakan pasien BAB


sehari sekali dengan konsistensi lembek berwarna
kuning.
 BAK (frekuensi, konsistensi, warna, keluhan)

Keluarga pasien mengatakan kalau tidak


memakai pampres pasien BAK 10 kali/hari dan
ngompol diatas tempat tidur.dengan warna kuning
dan tidak bisa menahan keluarnya urine jika
terasa ingin BAK.
 Pengkajian Inkontinensia Urine Persisten

Riwayat

1. Apakah anda mengeluarkan urine padahal


anda tidak ingin BAK? YA
2. Apakah anda pernah memiliki masalah untuk
ke kamar mandi tepat pada waktunya,
sehingga BAK di celana / tempat tidur? YA
3. Apakah anda pernah menggunakan bantalan/
pampers untuk melindungi anda dari ngompol?
YA
 memiliki masalah ngompol? 1 – 4 bln = + 10
Bulan
 Seberapa sering ngompol? > 1X/ hari

 Kapan anda biasanya ngompol? Siang & malam

 Ketika ngompol,banyak urine yang keluar? > 1


cangkir (cukup utk membuat baju/ sprei
basah)
 yang menyebabkan anda ngompol? Tidak
terasa
 Frekuensi mengompol ? Frekuensi tidak tentu
 bangun malam hari untuk BAK? Ya, ttp frekuensi
tdk tentu

 Ketika merasa kandung kemih anda penuh, berapa


lama anda dapat menahannya?Tdk dpt mengetahui
kapan kandung kemihnya penuh

 mengalami hal berikut ketika BAK? Tidak terasa

 Apakah anda menggunakan salah satu alat dibawah


ini untuk menolong anda dari mengompol? Pampers

 Riwayat saluran kemih&kelamin:Melahirkan normal

 Berdasarkan anamnesis ditetapkan jenis


inkontinensia:Campuran (inkontinensia urine
reflex)
 Indeks Katz : Pasien termasuk dalam
kategori F
 Bartel : Pasien termasuk dalam kategori
ketergantungan sebagian dengan total 75
 Pengkajian Risiko Jatuh
 Postural Hipotensi
Ukur TD pasien dalam 3 posisi, yaitu:
Tidur : 195/95 mmHg
Duduk : 174/80 mmHg
Berdiri : 153/85 mmHg
Bila terdapat penurunan TD ≥ 20 mmHg:
berisiko jatuh
 Pola Kognitif dan Persepsi

a.Identifikasi tingkat kerusakan intelektual, dengan


identifikasi: Short Portable Status Mental Quesionnaire
(SPSMQ) : Pasien termasuk dalam kategori
kerusakan intelektual sedang dengan total salah 6

b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan


Mini Mental Status Examination (MMSE) : Pasien
termasuk dalam kategori kerusakan aspek fungsi
mentaln dengan total 21

c. Geriatric Depression Scale (Skala Depresi Geriatri) :


Pasien termasuk dalam kategori normal

d. MASALAH EMOSIONAL (-)


 Menurut Norton :Pasien termasuk dalam kategori resiko
dekubitus resiko sedang dengan hasi 15
 Ekstremitas (atas dan bawah)
Kesemutan : terkadang kesemutan, tonus otot baik kekuatan
tangan kaki atas dan bawah4/4
Edema :tidak terdapat edema
Nyeri :terkadang terasa nyeri pada bekas luka jatuh di kakinya
P : nyeri timbul saat beraktivitas terlalu lama
Q : nyeri terasa ngilu
R : dibagian pergelangan kaki sebelah kiri
S : Skala ringan 3
T : hilang timbul + 3 menit

 Muskuloskeletal (atas dan bawah)


Nyeri sendi :terdapat nyeri persendian ketika
digunakan untuk diam dan tidak bergerak
Kekuatan otot : tonus otot baik kekuatan otot kaki dan
tngan atas dan bawah 4/4
Osteoporosis : tidak terdapat osteoporosis
ANALISA DATA
No. Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi TTD/N
Jam Keperawatan ama
1. 16-09- DS: Inkontinensia Tidak ada
2019 - pasien mengatakan tidak tidak terasa saat buang air kecil urine refleks sensasi
-Pasien mengatakan tiba-tiba pampers sudah pinter berkemih
17.30 (0018)
-Keluarga pasien menagtakan kalau tidak memakai pampers pasien BAK + 10 kali per hari dan
WIB
ngompol diatas tempat tidur dengan warna kuning
-Keluarga pasien mengatakan pasien biasanya ngompol saat siang dan malam hari

DO :
-pasien terlihat menggunakan pampers

2. 16-09- DS: Hambatan Ganggua


2019 -klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia memori n kognitif
lahir (00131)
17.30
WIB DO:

-analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6, dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada
gangguan (SPSMQ)

-analisa MMSE termasuk kategori kerusakan aspek fungsi mental dengan hasil 21
No. Tanggal/ Jam Data Fokus Masalah Etiologi TTD/Na
Keperawatan ma
3 16-09-2019 DS : Resiko Jatuh Pemakaian
-Klien sendiri mengatakan selalu (00155) alat bantu
17.30 WIB
duduk di depan rumahnya saat pagi
dan sore hari tapi takut karena
antara rumah dan teras terdapat
tangganya
DO :
-hasil yang di dapat pada analisa
resiko jatuh adalah tekanan darah
pasien saat tidur, duduk dan berdiri
turun lebih dari 20 mmHg
-klien Nampak menggunakan alat
bantu saat berjalan
- terdapat tangga di teras rumah dan
tidak ada pagarnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN (SESUAI
PRIORITAS)

1. Inkontinensia urine reflex b.d tidak ada sensasi berkemih


2. Hambatan memori b.d. gangguan kognitif
3. Resiko Jatuh b.d. pemakaian alat bantu
RENCANA
KEPERAWATAN
No Dx Kep Tujuan Intervensi
.
Dx
1. Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan Perawatan inkontinensia urine (0610)
urine reflex b.d keperwatan selama 2x24 jam,
1. Identifikasi faktor apa saja yang penyebab
tidak ada sensasi inkontinensia urine reflex dapat
inkontinensia pada pasien
berkemih teratasi dengan kriteria hasil :
2. Ajarkan senam keggle pada pasien
Kontinensia urine (0502) 3. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mencatat pola dan jumlah urine ouput
1. Mengenali keinginan untuk
4. Rujuk pasien ke spesialis urologi jika
berkemih
diperlukan
2. Menjaga pola berkemih
yang teratur
3. Respon berkemih sudah
tepat waktu
2 Hambatan memori b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen demensia (6450)
gangguan kognitif 2x24 jam, fungsi kognitif tidak mengalami 1. Ingatkan kembali hal-hal yang
gangguan dengan kriteria hasil : lupa, seperti bak, bab, tempat
2. Ingatkan hari, tanggal, bulan dan
Orientasi kognitif (0901)
tahun, serta ingatkan untuk
1. Fungsi kognitif bernilai 10 mencoret kalender
2. Klien bisa mengingat tanggal lahirm 3. Buat catatan unutk nomor telepon
umurnya, tahun kemerdekaan dan penting
menghitung. 4. Meltih mengingat dan
memperlihatkan album pada orang-
oran yang dikenal
5. Memperkenalkan keluarga kembali
di ajak berkomunika
6. Mencatat seriap pesan, siapkan
obat pada tempat yang sudah ada
lebelnya
3 Resiko Jatuh berhubungan Setalah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, resiko jatuh Manajemen lingkungan :
dengan pemakaian alat bantu teratasi dengan kriteria hasil keselamatan (6486)
1. Kaji tingkat
1. Jatuh tidak terjadi
kemampuan pasien
2. Modifikasi lingkungan yang baik
dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
2. Kaji kemampuan
pasien dalam melihat
3. Pasang pagar
pengaman tempat tidur
4. Jaga lantai jangan
sampai basah
5. WC, dibuat ada
pegangan
6. Temani pasien kalau
berjalan
7. Tempat tidur lebih
rendah, sehingga klien
bisa mencapai lantai
Berikan penerangan
yang cukup
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
 D:\implementasi dan evaluasi present.docx

Anda mungkin juga menyukai