Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI PROFESI PERTEMUAN KE 15

MOTIVASI

FAKTOR PENDUKUNG
AKTIVITAS FAKTOR SOSIAL DAN BUDAYA
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK

FAKTOR
PENDIDIKAN/PENGETAHUAN
 Dalam melayani pasien/klien salah satu modal penting yang dimiliki oleh para
Tenaga Kesehatan (TK) adalah Motivasi (motivation) selain modal kesediaan waktu
dan kesabaran.
 Istilah motivasi (Motivation) bersumber dari bahasa Latin, yaitu movere yang berarti
menggerakkan (to move).
 Menurut McDonald dalam Notoatmodjo, (2003) mengatakan motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
 Motivasi sendiri memiliki banyak istilah seperti; kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive).
 Menurut Hasibuan, (2005) teori-teori motivasi dikelompokkan menjadi:
 Pertama, teori kepuasan (content theory), dengan pendekatannya atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku
dengan cara tertentu. Teori yang memfokuskan pada faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya, yang
memotivasi semangat seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan.
 Kedua, teori motivasi proses (process theory) pandangan ini merupakan proses sebab-
akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang diperolehnya. Jika bekerja
baik saat ini, maka hasilnya akan diperoleh baik di hari esok. Jadi hasil yang
diperolehnya tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang,
hasil hari ini merupakan kegiatan hari kemarin. Dan teori motivasi proses sendiri ini
meliputi teori harapan, teori keadilan dan teori pengukuhan.
 Dalam melaksanakan aktivitas komunikasi terapeutik, seorang Tenaga Kesehatan
perlu memperhatikan faktor sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi terapeutik. Kemampuan profesionalisme TK belum dirasa
cukup ketika tidak memahami budaya orang lain (pasien/klien).
 Ruhl, (1976), mengatakan kemampuan seseorang untuk keluar dari kebudayaan
sendiri dan menyadari perbedaan di dalam situasi yang membingungkan, maka
dapat membuat orang lain merasa lebih nyaman dan percaya diri jika orang
merasa budayanya serupa dengan budaya setempat.
 Pemahaman dan pengetahuan yang benar pada diri TK tentang budaya pasien/klien,
baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat umum, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition. Culture shock terjadi saat TK
mencoba beradaptasi dan memahami budaya pasien/klien. Sedangkan culture
imposition terjadi ketika TK memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan
yang dimilikinya pada pasien/klien dengan keyakinan bahwa budayanya lebih tinggi
dari budaya pasien/klien.
 Marriner Tomey, (1994), menerapkan konsep Leininger (Transcultural Nursing) yang
menekankan pentingnya peran TK dalam memahami budaya psien/klien. Dalam
pandangannya fisioterapi transcultural merupakan suatu arah utama yang berfokus
pada studi komparatif dan analisis tentang perbedaan budaya untuk menghargai
perilaku caring, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat dan sakit, serta pola tingkah laku
untuk memberi tempat pada budaya tertentu maupun budaya universal.
 Dimensi budaya dipengaruhi tujuh faktor yakni; teknologi, agama, falsafah hidup,
status sosial, ekonomi, pengetahuan dan kekerabatan.
 Pola komunikasi pasien/klien dengan latar belakang pendidikan dan pengetahuan
terbatas, tidak dapat disamaratakan dengan pasien/klien yang memiliki tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang memadai. Artinya penggunaan bahasa dan
kata-kata yang digunakan disesuaikan latar belakang pendidikan dan
pengetahuan pasien/klien demi terwujudnya komunikasi yang terapeutik. Situasi
ini mendorong TK menggunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dipahami,
mudah dimengerti dan mudah dicerna pasien/klien.
 Dalam konteks keperibadian pasien/klien, pada hakekatnya setiap orang
pasti memandang dirinya sebagai individu yang memiliki tubuh, otak dan
kulit yang berfungsi sebagai batas antara dirinya dan dunia di luarnya.
Setiap orang pada umumnya menyadari bahwa mereka sebagai individu
memiliki sejumlah sifat dan karakteristik yang membuat dirinya sebagai
individu berbeda dengan individu lainnya, sehingga penting memahami
latar belakang individu saat berkomunikasi dengan orang lain, (Morissan,
2013).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai