Anda di halaman 1dari 22

PEMBENTUKAN TATA SURYA DAN

ATMOSFER

Identifikasi Planet-planet Beratmosfer dan Tidak


Beratmosfer
Rezky Shakiah Putri H22112261

Fadhila Amalia H22112272

Aulifa Andhini Putri H22112276

Ririen H22112285
OUTLINE
 Tata Surya
 Teori Pembentukan Tata Surya
 Teori Pembentukan Atmosfer
 Identifikasi Planet Beratmosfer
dan Tidak Beratmosfer
TATA SURYA
PEMBENTUKAN TATA SURYA
1. HIPOTESIS KABUT ATAU TEORI KONDENSASI
(PENGENTALAN)

 Dikemukakan oleh Immanuel Kant tahun 1755 dan


dikembangkan oleh Pierre de Laplace tahun 1796.

 Menjelaskan bahwa matahari dan Planet-Planetnya


berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin di
jagat raya. Karena putarannya itu, sebagian dari
massa kabut lepas membentuk gelanggelang
sekeliling bagian utama gumpalan kabut itu.
Gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan dan
akhirnya membeku menjadi Planet-Planet.
2. TEORI BIG BANG

 Teori big bang dikemukakan oleh ilmuwan Belgia


Abbè Georges Lemaitre pada tahun 1927.

 alam semesta berasal dari keadaan panas dan


padat yang mengalami ledakan dahsyat dan
mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan
memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada model
big bang, alam semesta berasal dari ledakan
sebuah konsentrasi materi tunggal milyaran tahun
yang lalu secara terus menerus berkembang
sehingga lama kelamaan menjadi lebih dingin
seperti sekarang.
3. TEORI PLANETESIMAL

 Dikemukakan oleh 2 orang Amerika : T.C.


Chamberlain (1843-1928) dan F.R. Moulton
(1872-1952) pada awal abad 20-an.

 Teori ini hampir mirip dengan teori kabut hanya


saja di dalam kabut itu terdapat material padat
yang berhamburan disebut Planetesimal.
Masing-masing benda padat mempunyai daya
tarik sehingga benda-benda saling tarik menarik
dan lambat laun terbentuk gumpalan besar
yang disebut Planet.
4. TEORI PASANG SURUT

 Dikemukakan oleh 2 orang Inggris : James Jeans &


Harold Jeffreys (1917).

 Menjelaskan bahwa pada permukaan matahari terjadi


proses pasang surut akibat daya tarik bintang besar
yang melintas sehingga membentuk tonjolan seperti
cerutu. Kemudian, terputus membentuk tetesan massa
gas raksasa dan membeku menjadi Planet-Planet dan
matahari memiliki gaya tarik terhadap tetesan massa
gas hingga berubah menjadi tata surya, yang
membingungkan adalah bintang sebesar apa yang lewat
dengan dekat dan hanya sekali terjadinya itu.
5. TEORI VORTEKS DAN PROTOPLANET

 Berawal dari Hipotesis Kabut Laplace dan Kant.


Dikembangkan oleh Karl Von Weiszacker dan Gerard P. Kuiper
tahun 1940-an.

 Menjelaskan bahwa nebula terdiri atas vorteks-vorteks yang


merupakan sifat gerakan gas yang menyebabkan pola sel-sel
yang bergolak (turbulen). Pada batas antar sel turbulen
terjadi tumbukan antarpartikel yang kemudian membesar
menjadi Planet. Menurut Kuiper, Planet terbentuk melalui
golakan (turbulensi) nebula yang membantu tumbukan
Planetesimal sehingga membesar menjadi protoPlanet dan
kemudian menjadi Planet. Teori ini kemudian disebut teori
protoPlanet.
PEMBENTUKAN ATMOSFER
Proses Terbentuknya Bumi
4,6 milyar tahun yang lalu

Out gassing

Disosiasi Fotokemis
2 milyar tahun

Pendinginan Bumi
1 milyar tahun
IDENTIFIKASI PLANET
Markurius

Di Merkurius variasi suhuberkisar


dari 90 K sampai 700 K. Hari-hari
panas yang lama dan laju
penurunan suhu yang sangat cepat
menandakan bahwa Merkurius tidak
memiliki atmosfer.

Merkurius hanya
memantulkan 6 persen
cahaya matahari yang
diterimanya (albedo
Merkurius adalah sekitar
0,06)
Venus

Atmosfer Venus mengandung kira-kira


96 % karbondioksida, 3 % nitrogen,
sejumlah argon, sedikit uap air
(bervariasi antara 0,1% hingga 0,4 %),
oksigen, hidrogen klorida, hidrogen
flourida hidrogen sulfida, sulfur
dioksida, helium, dan karbon
monoksida.
Tekanan atmosfer venus 92 kali
dibandingkan tekanan atmosfer pada
permukaan bumi. Atmosfer yang tebal ini
juga membuat temperatur siang dan
malam hari tidak terlalu berbeda,
meskipun rotasi venus yang sangat
lambat. Sembilan puluh persen massa
atmosfer planet ini berada pada
Bumi

Atmosfer bumi merupakan selubung gas yang


menyelimuti permukaan padat dan cair pada
bumi. Selubung ini membentang ke atas sejauh
beratus ratus kilometer, dan akhirnya bertemu
dengan medium antar planet yang
berkerapatan rendah dalam sistem tata surya.
Atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas
permukaan tanah sampai dengan sekitar 560
km dari atas permukaan bumi.
Komposisi unsur penyusun atmosfer
Bumi antara lain gas Nitrogen (N)
sekitar 78 %, gas Oksigen (O2) sekitar
21 %, gas Argon (Ar) sekitar 0,9 %,
dan Karbon dioksida (CO2) sekitar 0,3
%. Selain itu juga terdapat sejumlah
kecil unsur-unsur lain seperti gas
Neon, hidrogen, helium, kripton, ozon,
dan uap air.
Mars

Atmosfer Mars sangat tipis, sehingga


tekanan pada permukaan sangat rendah,
yaitu sekitar 0,005 kali tekanan pada
permukaan Bumi. Atmosfer Mars yang tipis
ini mengandung 95 % karbondioksida, 0,1
sampai 0,4 % molekul oksigen, 2 sampai 3
% molekul nitrogen, dan kira-kira 1 sampai
2 % argon
Akibat atmosfer Mars yang tipis, maka
tidak dapat melindungi sebagian
besar permukaannya terhadap
perubahan suhu dan radiasi ruang
angkasa. Ionosfer Mars, yaitu lapisan
atmosfer Mars yang bermuatan listrik,
sangat lemah sehingga radiasi
berbahaya dari Matahari dan ruang
angkasa dengan mudah dapat
mencapai permukaan Mars.
Jupiter
Planet ini memantulkan 70 % cahaya
Matahari yang jatuh ke permukaannya
(albedo Jupiter = 0,70). Zat-zat dalam
atmosfer Jupiter bersifat racun yang dapat
mematilemaskan makhluk hidup yang
berasal dari Bumi. Zat-zat berbahaya
tersebut antara lain adalah hidrogen,
helium, dan senyawa metana penghasil
hidrogen, amoniak, dan mungkin hidrogen
sulfida.

Atmosfer Jupiter sangat sedikit


mengandung unsurunsur atmosfer
Bumi seperti molekul oksigen,
nitrogen, dan karbon dioksida yang
bebas. Pada Planet Jupiter diduga
terkandung unsur air.
Saturnus

Hasil analisis spektroskopi menunjukkan


bahwa atmosfer Saturnus cukup tebal.
Unsur penyusun atmosfer Saturnus dapat
dikatakan mirip dengan unsur penyusun
atmosfer Jupiter, terutama mengandung
hidrogen dan helium.

Seperti halnya Jupiter, pada atmosfer


Saturnus terkandung amoniak
maupun gas metana. Tetapi jika pada
atmosfer Jupiter amoniak lebih banyak
dari metana, sebaliknya pada
atmosfer Saturnus metana lebih
banyak dari amoniak.
Uranus

Massa jenis Uranus yang sangat rendah


menunjukkan bahwa Uranus tersbentuk
dari unsur-unsur ringan. Diperkirakan unsur
pembentuk Uranus adalah 15 % hidrogen
dan helium, 60 % bahan es yaitu air,
metana dan amoniak, dan 25% bahan-
bahan yang terdapat di Bumi seperti silikat
dan besi

Seperti halnya Jupiter dan Saturnus,


atmosfer Uranus mengandung
melekul hidrogen dan helium.
Atmosfer Planet ini juga mengandung
gas metana. Suhu atmosfer Uranus
bagaian atas sangat dingin, yaitu
sekitar 58 K.
Neptunus

Unsur utama penyusun Planet Neptunus


adalah molekul hidrogen dan helium, serta
sejumlah kecil metana. Berdasarkan gasil
analisis foto inframerah diperkirakan
bahwa suhu Neptunus sekitar 60 K (-
213oC).

Neptunus merupakan pemantul


cahaya matahari terbesar dibanding
Planet-Planet lainnya. Albedo
Neptunus adalah 0,84, lebih besar
dari Planet Venus yang cerah (albedo
0,76). Induksi magnetik di Neptunus
besarnya kira-kira seperlima induksi
magnetik di Bumi.
Kesimpulan

Tata surya merupakan sekelompok benda


langit yang terdiri atas matahari sebagai
pusat dan sumber cahaya yang dikelilingi
oleh Planet-Planet beserta satelit-
satelitnya, asteroid (Planetoid), komet dan
meteor.

Planet-planet di komponen tata


surya memiliki atmosfer. Hanya
saja beberapa planet memiliki
atmosfer yang tipis sehingga
mengindikasikan bahwa planet
tersebut tidak memiliki atmosfer.
Sumber

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-
MODES/KONSEP_DASAR_BUMI_ANTARIKSA_UNTUK_S
D/BBM_7.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai