Anda di halaman 1dari 20

Olviya Trivena

Silvia Widyanti
Septian Dwi Intan Maharani
Chrystiani Benedicta Goodho
Farsil Asra
Naraswati Rambu Boba
 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut
dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
( Price & Wilson, 2006 )
 Fraktur traumatic
 Fraktur patologis terjadi pada tulang karena
adanya kelainan/penyakit yang menyebabkan
kelemahan pad tulang ( infeksi, tumor,
kelainan bawaan ) dan dapat terjadi secara
spontan atau akibat trauma ringan
 Fraktur stress terjadi karena adanya stress
yang kecil dan berulang-ulang pada daerah
tulang yang menopang berat badan. Fraktur
stress jarang sekali ditemukan pada anggota
gerak atas
 Fraktur tertutup ( simple fraktur ), bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar
 Fraktur terbuka (compoun fraktur ), bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar. Karena adanya perlukaan dikulit
 Fraktur dengan komplikasi, misal malunion,
delayed, union, nonunion, infeksi tulang
 Lokalisasi : diafisal, metafisal, intra-artikuler, fraktur
dengan dislokasi
 Konfigurasi : F. transfersal, F. oblik, F. spiral, F.Z, F.
segmental, F. komunitif (lebih dari deafragmen), F.baji
biasa pada vertebra karena trauma, F. avulse, F.
depresi, F. pecah, F. epifisis
 Menurut ekstensi : F.total, F.tidak total, F. buckle atau
torus, F. garis rambut, F.green stick
 Menurut hubungan anatara fragmen dengan fragmen
lainnya : tidak bergeser, bergeser
(bersampingan,angulasi, rotasi, distraksi, over-riding,
impaksi)
 Luka < 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada
tanda luka remuk
 Fraktur sederhana, transversal, atau
kominutif ringan
 Kontaminasi minimal
 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap /
avulsi
 Fraktur kominutif sedang
 Kontaminasi sedang
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang
luas meliputi stuktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat
tinggi
Fraktur dapat dikategorikan berdasarkan :
 Jumlah garis
◦ Simple fraktur : terdapat satu garis
fraktur
◦ Multiple fraktur: lebih dari satu garis fraktur
◦ Comminutive fraktur: lebih banyak garis
fraktur dan patah menjadi fragmen kecil
 Luas garis fraktur
◦ Fraktur inkomplit: tulang tidak
terpotong secara total
◦ Fraktur komplikasi : tulang terpotong
total
◦ Hair line fraktur: garis fraktur tidak
tampak
 Bentuk fragmen
◦ Green stick: retak pada sebelah sisi dari
tulang (sering pada anak-anak)
◦ Fraktur transversal: fraktur fragmen
melintang
◦ Fraktur obligue: fraktur fragmen
◦ miringFraktur spiral : Fraktur fragmen
melingkar
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu:

 Fraktur akibat trauma


Sebagian fraktur disebabkan oleh
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan
yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuniran
atau penarikan. Bila tekanan yang kuat
langsung mengenai tulang, besar
kemungkinan dapat menyebabkan fraktur
padda tempat yang terkena dan jaringan
lunak yang ada di sekitarnya pasti akan
ikut rusak.
 Fraktur akibat kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya


pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini sering ditemukan paa
tibia-fibula atau metatarsal terutama pada atlet,
penari atau calon tentara yang berjalan baris-
berbaris dalam jarak jauh.
 Fraktur petologik karena kelemahan pada
tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang
normal kalau tulang tersebut lunak (
misalnya oleh tumor ) atau tulang-ulang
tersebut sangat rapuh.
 Tulang bersifat rapun namun cukup mempunyai
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
kontinuitas tulang.
 Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jarigan lunak.
Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara
tepi tulang di bawah periosteum dengan jaringan
tulang yang mengatasi fraktur.
 Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan
nekrotis ditandai dengan vasodilatasi dari plasmah dan
leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki
cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyenmbuhan
tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan
peningkatan tekanan darah dalam sumsum tulang yang
kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan
lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang
mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma
menyebabkan dilatasi kapiler otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot
yang iskhemik dan menyebabkan protein plasmah hilang
dan masuk ke intersitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
edema. Edems yang terbentuk akan menekan ujung saraf,
yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan Syndrome
Comportement.
 Tidak dapat menggunakan anggota gerak
 Nyeri pembengkakan
 Terdapat trauma ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, atau jatuh dari kamar mandi pada
lansia, penganiyaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olahraga.
 Deformitas
 Kelainan gerak
 Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain
 X-ray : menentukan lokasi/luasnya fraktur
 Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
 Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada
tidaknya kerusakan vaskuler
 Hitung DL : hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan, peningkatan leukosit
sebagai respon terhadap peradangan
 Kreatinin : trauma otot meningkatakan beban
kratinin untuk klirens ginjal
 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, transfusi atau cedera hati
 Prinsip penanganan fraktur meliputi :
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi da traksi
manual. Alat yang digunakn biasanya traksi, bidai
dan lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode
eksterna dan interna mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu
dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi
yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang
mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan

Anda mungkin juga menyukai