Anda di halaman 1dari 23

HUKUM PERKOPERASIAN

ANTARA KONSEP DAN PRAKTIK

Oleh:
Munawar Kholil
(Dosen Fakultas Hukum UNS)

“Seminar Penegakan Hukum Perkoperasian di Indonesia”


Diselenggarakan oleh:
DPC Serikat Pengacara Indonesia (SPI) Surakarta

Solo, 4 Agustus 2007

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 1
KONSEP KOPERASI
 Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat.
 Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang
berwatak sosial.
 Koperasi sebagai salah satu soko guru
perekonomian nasional --- memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional
rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
UUD ’45.
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 2
Permasalahan Sistem Penegakan
Hukum Perkoperasian

 Masalah Substansi Pengaturannya.


 Masalah Struktur Hukumnya
 Masalah Kultur Hukumnya

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 3
PENGATURAN KOPERASI
 UU No. 25 Tahun 1992 ttg Perkoperasian.
 PP No. 17 Tahun 1994 ttg Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah
dan Petunjuk Pelaksanaannya.
 PP No. 9 Th 1995 ttg Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi.
 Kep. Menkop & UKM No. 226/KEP/M/V/1996 ttg Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
 Kep. Menkop & UKM No. 351/KEP/M/XII/1998 ttg Petunjuk
Pelaksanaan Simpan Pinjam Koperasi.
 Kep. Menkop & UKM No. 194/KEP/M/IX/1998 ttg Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit
Simpan Pinjam.
 Kep. Menkop & UKM No. 139/KEP/M/VII/1998 ttg Penunjukan
Pejabat yang Berwenang utk Memberikan Pengesahan Akte
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar serta Perubahan Koperasi
 Dan peraturan perundangan lainnya.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 4
PENGERTIAN KOPERASI
Koperasi adalah Badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.

Landasan 3 asas : - Pancasila & UUD ’45


- Asas kekeluargaan
5
Tujuan : memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional rangka
mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD ’45.

Fungsi & peran koperasi  lihat Pasal 4

6
Prinsip Koperasi (Pasal 5)
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka.
2. Pengelolaan secara Demokrasi.
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil
seimbang dengan besarnya jasa usaha
masing-masing aggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal.
5. Kemandirian

7
Pendirian Perkoperasian
Kerjasama Antar Koperasi

Bentuk Koperasi:
1. Koperasi Primer
Anggota orang perorang sekurang-kurangnya
20 orang
2. Koperasi Sekunder
Anggota badan-badan hukum koperasi
minimum 3 koperasi
8
Keuntungan Koperasi
Koperasi sekarang ini merupakan Badan
Usaha yang paling “menguntungkan”:
a. Mudah pendiriannya;
b. Dibebaskan dari pemungutan pajak;
c. Banyak bantuan fasilitas pemerintah;
d. Tidak diaudit oleh lembaga pengawas
keuangan Pemerintah secara ketat —(spt
halnya Bank, Asuransi dan lembaga
keuangan lainnya).
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 9
Pendirian Koperasi
1. Koperasi Primer
Anggota orang perorang sekurang-kurangnya
20 orang ---- (penyimpangan keanggotaan,
anggota bisa “fiktif”, hal ini dapat dilakukan oleh
“pemodal besar”/”hitam” utk pendirian KSP –
sarana utk mengeruk keuntungan pribadi/
keluarganya)
2. Koperasi Sekunder
Anggota badan-badan hukum koperasi
minimum 3 koperasi
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 10
Lanjutan …
 Pembuatan Akte Pendirian yang memuat
Anggaran Dasar.
 Permohonan Ijin Pendirian ke Pemerintah.
 Pengesahan Akte Pendirian oleh Pemerintah.
Status Badan Hukum (recht persoon) Koperasi
diperoleh sejak Akte Pendirian mendapat
pengesahan dari Pemerintah. – sejak saat itulah
Koperasi sbg “Subyek Hukum”.
 Pengesahan tsb sekaligus merupakan ijin usaha
Koperasi (lihat PP No. 9/95 Psl 3 ayat (3). ---
Kemudahan ini yang tidak ada dalam pendirian
badan usaha lainnya.
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 11
Masalah Keanggotaan Koperasi
 Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus
pengguna jasa Koperasi.
 Sepanjang tidak merugikan kepentingannya,
Koperasi dapat pula memberikan pelayanan
kepada bukan anggota sesuai dengan sifat
kegiatan usahanya, dengan maksud untuk
menarik yang bukan anggota menjadi anggota
Koperasi. --- Berapa proporsinya pelayanan kpd
yang bukan anggota/calon anggota dapat
diberikan?
 Keanggotaan Koperasi didasarkan pada
kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup
usaha Koperasi.
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 12
Lanjutan …
 Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau
diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam
AD dipenuhi.---- bolehkah koperasi mengatur
secara ketat persyaratan anggota, misal:
masuknya anggota harus diputuskan RAT?
 Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindah
tangankan.
 Setiap anggota mempunyai hak & kewajiban
yang sama.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 13
TANGGUNG JAWAB HUKUM ORGAN
KOPERASI
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
 Tindakan yg dapat dikenakan thd Pengurus yang
“Nakal” dalam UU No. 25/1992 tidak rinci & tegas,
lihat Psl 34 ayat (1): hanya mengatur ttg tindakan
kesengajaan & kelalaiannya secara bersama-sama
maupun sendiri2 menanggung kerugian yang diderita
Koperasi; ayat (2) apabila tindakan kesengajaan,
tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum utk
melakukan penuntutan. --- Hal ini berbeda dg badan
usaha PT (UU No. 40/2007).

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 14
Lanjutan …
 Sedangkan utk Pengawas yang “nakal”
tidak ada pengaturan yang jelas, jika ybs
menyalahgunakan tugas dan
kewenangannya (lihat Pasal 38 s/d 40 UU
No. 25/1992).

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 15
JENIS-JENIS KOPERASI
 Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan
kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya, seperti Koperasi Simpan
Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi
Produsen, Koperasi Pemasaran dan
Koperasi Jasa (Psl 16 UU No. 25/1992).

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 16
Permasalahan Koperasi Jasa Simpan
Pinjam
 Akhir-akhir ini banyak berkembang pesat usaha Koperasi Primer
Simpan Pinjam (KSP) maupun Unit Koperasi Simpan Pinjam (USP),
hal ini nampaknya menjadi wadah bisnis baru yang menawarkan
keuntungan berlipat, karena: tdk dikenakan pajak, pendirian mudah
dan adanya bantuan/fasilitas pemerintah, tidak diaudit oleh lembaga
pengawas keuangan Pemerintah secara ketat. Karena itulah bisa
menjadi tempat Pemodal menengah - besar utk mencuci uangnya
(money loundring) – jika uang disimpan di Bank di atas Rp 100 juta
harus dijelaskan asalnya, jadi jika Bank diawasi “melotot” tapi
koperasi tidak.

 Prinsip aturan Koperasi “dari anggota untuk anggota” kemungkinan


mudah disimpangi. Penyimpan dan pengguna dana KSP diredusir di
dlm PP No. 9 Th 1995 dengan dibolehkannya calon anggota (lihat
Psl 17 jo 18). Dalam praktiknya calon anggota, selamanya/berkali-
kali menyimpan/meminjam dana koperasi bisa tidak mjd anggota,
dg alasan tdk memenuhi syarat.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 17
Lanjutan …
 Psl 18 ayat (2) PP No. 9/1995 dinyatakan: 3 bulan setelah melunasi
simpanan pokok harus menjadi anggota. Kata “harus” dalam PP
tsb jika tidak dilaksanakan juga tidak ada sanksinya.
 Penarikan Bunga Pinjaman yang tinggi, jauh di atas bunga bank.
Mungkin kita bisa sepakat kalo KSP yang seperti itu bisa mrpk
“rentenir/bank plecit” yg berbadan hukum. Dalam PP No. 9 Th 1995
sendiri juga tidak jelas pengaturannya, berapa proporsi utk
calon/bukan anggota yang dpt menyimpan dan/atau meminjam
dana KSP. Pengawasan utk hal inipun masih lemah.
 Bunga tinggi yang dipatok mrpkan kesepakatan anggota. Apakah
dibenarkan dengan berlindung dari anggota ke “anggota/calon
anggota” dengan dasar kesepakatan --- bisa mjd “rentenir” yg
dilegalkan. “Cepat kaya bikin koperasi”, bernaung di bawah hk
kesepakatan anggota koperasi. Maka perlu ada regulasi yang adil,
patut dan wajar tentang simpan pinjam koperasi.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 18
PEMBINAAN KOPERASI
 Pembinaan Koperasi dalam PP No. 9 Th 1995 jo Kep
Menkop & UKM No. 351/KEP/M/XII/1998, oleh pejabat
terkait dg tugas: memantau perkembangan KSP & USP
secara berkala melalui laporan keuangannya, melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh baik yang menyangkut
organisasi maupun usahanya, termasuk pelaksanaan
program pembinaan anggota, serta melakukan penilaian
kesehatan KSP & USP.
 Nampaknya tugas tersebut dalam relaitasnya belum
dapat dilakukan secara optimal --- perlu dilakukan
perubahan struktur dan kultur birokrasi untuk
terwujudnya koperasi yang sehat, wajar dan mandiri.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 19
PENILAIAN KESEHATAN
 Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
dan Unit Simpan Pinjam yang diatur dlm Kep.
Menkop & UKM No. 194/KEP/M/IX/1998, masih
berorientasi pada “uang/nilai uang”. Mestinya
dalam penilaian kesehatan koperasi perlu
dibedakan dengan lembaga keuangan lainnya
(karena konsepnya beda), misalnya perlu dilihat:
SDM, kesejahteraan “anggota”, pemberlakuan
bunga yang wajar, dan lain sebagainya.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 20
PEMBUBARAN KOPERASI

1. Pembubaran oleh Rapat Anggota.


2. Pembubaran oleh Pemerintah.

• Perlukah pengaturan Kepailitan suatu


badan usaha Koperasi hanya bisa
diajukan oleh Menteri Koperasi? (lihat Psl
32 PP No. 9/1995 --- ketentuan yang
ragu2/malu2)
11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 21
PENUTUP
 Perlu regulasi yang jelas dan tegas tentang KSP kaitanya
dengan bunga, setoran modal, keanggotaan, penilaian
kesehatan, agar tidak menjadi wadah para “pemodal
hitam” untuk mencuci uangnya, yang justru merusak citra
koperasi itu sendiri.

11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 22
Lanjutan…
 Perlu regulasi & kerjasama pengawasan thd KSP antara Kantor
Kemenkop dan Depkeu utk mewujudkan koperasi yang sehat, wajar
dan, mandiri.
 Kebijakan pembebasan pajak dan pemberian bantuan/fasilitas dari
pemerintah (skim bunga ringan) untuk Koperasi perlu ditinjau ulang,
agar lebih tepat sasaran.
 “MAN BEHIND THE GUN”, berlakunya hukum dan penegakan hukum
sangat tergantung dari: substansi, struktur, dan kultur hukum
masyarakat yang bersangkutan. Bagaimanapun baiknya hukum
koperasi dan adanya sarana prasarana/institusi yg lengkap untuk
menegakkan hk namun itu semua tergantung pada kultur hukum
masyarakat yang bersangkutan. Pekerjaan berat Kantor
Kementerian Koperasi dan UKM serta jajarannya adalah
membangun budaya hukum masyarakat Koperasi agar sesuai
dengan yg dikonsepkan dalam hukum koperasi itu.

Terima Kasih – Matur nuwun


11/27/2019 e-mail:kholil@uns.ac.id 23

Anda mungkin juga menyukai