Anda di halaman 1dari 16

Pemicu 5 neuropsikiatri

Rika sukma 405150094


Tingkat Kesadaran Kualitatif
• Kompos mentis : tingkat kesadaran yang normal.
• Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran dpt pulih penuh bila dirangsang. Somnolen disebut
juga sebagai : letargi, obtundasi. Tingkat kesadaran ini ditandai o/ mudahnya penderita
dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
• Sopor (stupor) : kantuk yg dalam. Penderita masih dpt dibangunkan dng rangsang yg kuat,
namun kesadarannya segera menurun lagi. Masih dapat mengikuti suruhan yg singkat & masih
terlihat gerakan spontan. Dng rangsang nyeri, penderita tdk dpt dibangunkan sempurna. Reaksi
thd perintah tdk konsisten & samar. Tidak dpt diperoleh jawaban verbal dr penderita. Gerak
motorik u/ menangkis rangsang nyeri masih baik.
• Koma ringan (semi koma) : tidak ada respons thd rangsang verbal. Refleks (kornea, pupil, dsb)
masih baik. Gerakan terutama timbul sbg respons thd rangsang nyeri. Reaksi thd rangsang nyeri
tdk terorganisasi, merupakan jawaban “primitif”. Penderita sama sekali tidak dpt dibangunkan.
• Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali thd
rangsang nyeri yg bagaimanapun kuatnya.
Tingkat Kesadaran Kuantitatif
• Untuk mengetahui perkembangan tingkat kesadaran dpt suara mengerang)
digunakan skala koma Glasgow (GCS) yg memperlihatkan • 1 : tidak ada jawaban
tanggapan (respons) penderita thd rangsang &
• Respons motorik (gerakan)
memberikan nilai pd respons tsb.
• 6 : menurut perintah (mis : suruh angkat tangan)
• Tanggapan/respons yg perlu diperhatikan adalah :
• 5 : mengetahui lokasi nyeri (beri rangsang nyeri,
• Membuka mata mis menekan pd supraorbital. Bila o/ rasa nyeri
• 4 : spontan ps angkat tgn sampai lewati dagu u/ maksud
• 3 : terhadap bicara (suruh ps buka mata) menapis rangsang tsb berarti dia dapat
mengetahui lokasi nyeri)
• 2 : dng rangsang nyeri (tekan pd saraf
supraorbital atau kuku jari) • 4 : reaksi menghindar
• 1 : tidak ada reaksi (dng rangsang nyeri ps tdk • 3 : reaksi fleksi (dekortikasi) (beri rangsang nyeri,
buka mata) mis : menekan dng objek keras  reaksi fleksi
thd nyeri)
• Respons verbal (bicara)
• 2 : reaksi ekstensi (deserebrasi) (dng rangsang
• 5 : baik & tidak ada disorientasi (dpt menjawab
nyeri tsb tjd ekstensi pd siku. Ini selalu disertai
dng kalimat yg baik & tahu dimana ia berada,
fleksi spastik pd pergelangan tgn)
tahu waktu, hari, bulan)
• 1 : tidak ada reaksi
• 4 : kacau “confused” (dapat bicara dlm kalimat,
namun ada disorientasi waktu & tempat) • Bila menggunakan GCS sbg patokan koma, maka koma =
• 3 : tidak tepat (dpt mengucapkan kata2, namun tdk dpt respons membuka mata, bicara, & gerakan, dng
tdk berupa kalimat & tdk tepat) jumlah nilai = 3
• 2 : mengerang (tdk mengucapkan kata, hanya
Meningitis

• Merupakan infeksi pada lapisan meninges


• Dapat disebabkan oleh virus atau bakteri
• Virus: 90% oleh enterovirus, penyebab lainnya HSV, EBV
• Bakteri: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae
• Dapat terjadi pada semua usia, paling sering pada anak dan usia
>65thn, pd kondisi imun yg lemah, dan perokok
Meningitis Bakteri
• Definisi: inflamasi pada meningen (khusunya araknoid dan − Disertai beberapa gejala: fotofobia, mula muntah,
piameter) karena invasi bakteri ke ruang subarachnoid hemiparese, deficit neurologis fokal, kejang, bingung,
perubahan status mental, penurunan kesadaran
• Etiologi :
2) PF
• Streptococcus pneumonia (50%)
− Rangsang meningeal positif (kaku kuduk, kernig, brudzinski)
• Neisseria meningitides (25%)
− Perubahan kesadaran
• Listeria monocytogenes
− Kejang, peningkatan TIK, disfungsi saraf kranial
• Staphylococcus
− Hemiparesis, demensia, paralisis
• Gram bacilli (E.coli, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas
aeruginosa) <10% 2) PP
− Lab: leukositosis, kultur darah, peningkatan CRP, peningkatan
• Patogenesis prokalsitonin
• infeksi saluran nafas/traktus GI  kolonisasi mukosa  − LCS
invasi ke ruang intravaskuler  multiplikasi dan menembus
sawar darah otak  multiplikasi di ruang subarachnoid  • Tekanan saat opening > 100-200 mmHg
reaksi inflamasi  pleositosis dan gg permeabilitas sawar • Leukosit <5 atau > 100 mm3
darah otak • Predominan neutrophil: >80%
• Infeksi perkontinuatum (sinusitis, mastoiditis), inokulasi • Gram dari LCS: positif pada 60-90% pasien
langsung pd patah tulang cranium • Protein LCS >50mg/dL
• Glukosa LCS<40 mg/dL
• Diagnosis
• Antigen bakteri LCS
1) Anamnesis:
− Radiologi : CT Scan atau MRI bila ada tanda peningkatan TIK,
− Sakit kepala koma, dan deficit neurologis
− Demam
− Meningeal sign (kaku kuduk, kernig dll)
• Tatalaksana
• Terapi cairan: jika terdapat tanda syok, NaCl 0,9% 20ml/kg dalam 5-10mnt bolus IV
• Koreksi elektrolit
• Menurunkan tekanan intrakranial
• Antibiotik : ceftriaxone atau cefotaxime, vancomycin. Diberikan selama 10-14hari, IV
• Antiinflamasi: dexamethasone 10mg setiap 6jam selama 4 hari
• Diuresis osmotik: manitol 20% dan urea
• Antikonvulsan
• Komplikasi
• Peningkatan TIK, koma, gg jiwa, kejang berulang, deficit neurologis fokal,
abnormalitas serbrovaskular , gg intelektual
• Prognosis
• Mortalitas 21%
• Gejala sisa neurologis permanen 30-50%
Ensefalitis virus
• Definisi: inflamasi jaringan otak • Manifestasi klinis : flu like syndrome,
karena virus demam tinggi, sakit kepala, nausea,
• Etiologi : herpes, varicella, vomiting, kejang, penurunan
cytomegalovirus, Epstein-barr virus, kesadaran, (halusinasi, agitasi,
human herpes virus 6, adenovirus perubahan personaliti, kelainan
tingkah laku, kondisi psikotik),
• Patofisiologi:
• virus memasuki system nervus sentral • Diagnosis
dg cara hematogen atau diseminasi • Anamnesa: ruam (measles), cacar
neuron retrograde parotitis nyeri testicular atau abdominal
• Kerusakan otak k/ inflamasi, destruksi (pankreatitis k/ mumps).
sel sel virus, respon imun • PF:
• Virus menginfeksi parenkim otak dan sel − Drajat kesadaran
saraf, pembuluh darah. Mengakibatkan − Memeriksa kulit (ruam, exanthema)
demielinasi − Pada hiv: leukoplakia, Kaposi sarkoma
• Pemeriksaan penujang
• Pemeriksaam cairan serebrospinal
• Neuroimaging: CT scan kontas, dan MRI
• DD: abses serebri, subdural empyema, sundural hematoma, kriptokokus
• Tatalaksana
• Umum
− Oksigen
− Kebutuhan cairan
− Simptomatik
− Manitol atau deksametaspn u/ penurunan TIK
• Khusus
− Acyclovir 10mg/kg iv selama 14 atau 21 hari
− Gansiklovir, foscarnet atau cidofovir
• Pronosis
sekuel: neuropsikiatri, gg memori, perubahan personality,disfasia, epilepsy
Abses otak
• Definisi: penumpukan materi piogenik • Kejang, deficit neurologis fokal
terlokalisir di dalam/ diantara parenkim • PF: penurunan kesadaran, demam,
otak kejang, deficit neurologis fokal
• Ertiologi: • Kriteria diagnosis
• Bakteri: staphylococcus aureus, • Gambaran klinis tdk khas, kriteria infeksi,
streptococcus anaerob, streptococcus B peningkatan TIK (sakit kepala semakin
hemolitikus, streptococcus a hemolitikus, memberat, muntah, penurunan kesadaran)
E.coli, bacteroides
• Pemeriksaan darah rutin: leukositosis,
• Jamur: N.asteroids, candida, aspergillus, peningkatan LED
actinomycetes
• Ditemukan focus spt: otitis media, sinusitis,
• Parasit: E.histolitika, cystiserkosis, endocarditis, pneumonia, selulitis
schistosomiasis
• CT scan dg kontras : masa hipodens dg
• Tanda gejala penyangatan cincin pada tepinya
• Demam • DD
• Nyeri kepala • Toksoplasmosis otak, tuberkuloma, abses TB,
• Perubahan kesadaran keganasan
• PP
• Darah rutin (leukosit, LED), ureum, kreatinin, SGOT, SDPT
• Pungsi lumbal: bila tdk ada kontraindikasi, untuk kultur dan tes sensitivitas
• CT scan kepala + kontras
• MRI kepala + kontras
• Tatalaksana
• Kausal
− Ceftriaxone 2gr/12jam IV atau cefotaxime 2gr/8jam IV
− Metronidazole 500mg/8jam IV
− Diberikan hingga ada hasil tes sensitivitas kuman, bila tdk ditemukan kuman
penyebab terapi empiric dilanjutkan hingga 6-8minggu
• Antiedema
− Manitol sesuai indikasi
• Operasi bila: tindakan konservatif gagal atau diameter abses ≥2,5cm
koma
• Definisi : hilangnya kemampuan 2. Periksa kepala, leher, abdomen dan
merespon rangsangan dari luar ekstremitas  curiga trauma
maupun kebutuhan dari dalam. 3. Periksa kadar gula darah sewaktu
Pasien tidak dapat dibangunkan, 4. Pemeriksaan neurologis
mata tertutup, tidak menjawab • GCS
rangsangan suara maupun nyeri • Pemeriksaan batang otak (pupil, reflex
kornea, reflex okulosefalik, reflex
• Etiologi okuloverstibular
• Respon mototrik: pergeraan spontan,
1. kelainan struktur intrakranial pemeriksaan tonus otot, induksi
• Lesi supratentorial pergerakan
• Lesi infratentorial 5. Pola pernafasan
2. Kelainan bihemisferik (koma 6. Tes laboratorium: darah lengkap,
metabolic) kultur darah,
• Manajemen koma
1. menentukan tidak adanya respon
Mati batang otak/ brain death
• Definisi: hilangnya semua fungsi • EEG datar
otak yang ireversibel. Terdapat 2. Kriteria Minnesota
temuan penting koma, tidak ada • Hilangnya respirasi spontan setelah
refleks batang otak dan apnea 4menit pemeriksaan
• Hilangnya refleks otak: pupil dilatasi,
• Kriteria mati otak: hilangnya refleks batuk, refleks
1. Kriteria Harvard kornea dan siliospinalis, hilangnya
• Tidak bereaksi terhadap stimulus dolls eye movement, hilangny
noksius arefleks tonus otot leher
• Hilangnya kemampuan bernafas • Status penederita tidak berubah
spontan sekurangnya dalam 12 jam
• Hilangnya reflex batang otak dan • Proses patologis yang berperan tidak
spinal dapat diperbaiki
• Hilangnya aktivitas postural seperti
deserebrasi
• Apnea test dan pO2 arterial. Kemudian pasang
• Syarat: kembali ventilator  bila tidak ada
gerakan nafas dan PCO2 arterial
− Suhu >36,5 C >60mmHg  apnea test +
− Tekanan sistolik >90mmHg − Bila pCO2 >60 mmHg atau kenaikan
− Euvolemia pCO2 >20 mmHg dari nilai awal
− pCO2 normal norma  apnea test +
− pO2 normal − Bila ada gerakan nafas  apnea test –
• Cara , harus diulang
− Beri oksigen 10L/menit selama 10 − Tes ulan u/ mencegah kesalahan
menit pengamat dan perubahan tanda –
− Diskoneksi ventilator tanda. Interval waktu 25menit-24jam
− Perhatikan gerakan nafas selama
diskoneksi 8-10 menit dan ukur pCO2
• Dinyatakan mati bila:
• Fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara apsti atau
• Terbukti terjadi MBO
Pernyatan IDI No.336/PB/A.4/88
Ensefalopati Metabolik
• Etiologi : akinetik
• Hipoksia, mis akibat henti jantung, hipotensi berat • Serebelum – disartria, ataksia
• Hipoglikemia • Meskipun ensefalopati metabolik perlihatkan byk
• Gagal organ – pernapasan, ginjal, atau hepar manifestasi klinis, gangguan tertentu berkaitan dng
• Gangguan ion – hiponatremia & hipernatremia, berberapa gambaran motorik yg berbeda :
hipokalemia, gangguan metabolism kalsium atau • Tremor : komponen khas dr gejala putus alkohol
magnesium • Gerakan menyentak mioklonik : terlihat pd gagal
• Def vit ginjal & alkalosis respiratorik
• Gangguan endokrin • Asteriksis : kebalikan dr mioklonus, ditandai dng
• Toksin, mis : CO, timbal, alkohol gerakan fleksi ibu jari & pergelangan tgn yg tiba2,
sementara, & berulang (flapping tremor) yg
• Sering memberikan manifestasi bingung(konfusi) atau disebabkan o/ interupsi singkat tonus otot
koma, & kadang2 kejang
• Gagal organ kronik & gangguan sistemik progresif
lainnya dpt menyebabkan perubahan struktural sistem
saraf dng manifestasi yg agak berbeda, berlsg lambat,
khususnya mengenai :
• Korteks serebral – amnesia & defisit kognitif
laiinnya yg dpt berfluktuasi, kelainan perilaku
• Ganglia basal – diskinesia atau sindrom rigiditas-
Ensefalopati Hepatik
• Gejala :
• Terbaliknya siklus tidur-bangun yg normal
• Gangguan kognitif – dpt berfluktuasi
• Perubahan kepribadian
• Bicara tdk jelas
• Tremor
• Tanda :
• Tremor “flapping” (asteriskis)
• Apraksia konstruksional
• Hipertonis, refleks tendon meningkat
• Akhirnya menjadi koma, dng hiperventilasi
• Pemeriksaan penunjang :
• Uji psikometrik – pd tahap awal
• EEG – gelombang trifasik yg khas, melambat
• Konsentrasi ammonia darah yg meningkat

Anda mungkin juga menyukai