Anda di halaman 1dari 50

Peran Asosiasi Fasilitas Kesehatan Lanjutan

Dalam
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
Rekapitulasi Rumah Sakit By Kategori RS
per 17 September 2013
Kategori Kepemilikan RS Umum RS Khusus Total
Pemerintah 745 88 833
- Kemkes 14 18 32
- Pemda Propinsi 52 42 94
- Pemda Kabupaten 442 11 453
RS PUBLIK - Pemda Kota 79 13 92
- Kementerian Lain 3 0 3
- TNI 114 4 118
- POLRI 41 0 41
Swasta Non Profit 521 199 720
Swasta 361 198 559
RS PRIVAT
BUMN 60 7 67
TOTAL : 1,687 492 2,179
Rekapitulasi RS By Klas RS
per 17 September 2013
JENIS RS Kelas RS A B C D Non Kelas Total
Kemkes 25 6 1 0 0 32
Pemprop 18 44 19 3 10 94
Pemkab 0 66 234 117 36 453
Pemkot 3 46 32 9 2 92
RS PUBLIK
Organisasi Non Profit 1 56 240 202 221 720
TNI 1 9 10 13 85 118
Polri 1 2 8 2 28 41
Kementerian Lain 0 1 0 1 1 3
Swasta/ Lainnya 4 42 95 95 89 325
Perusahaan 0 10 53 38 71 172
RS PRIVAT
Perorangan 1 1 13 20 27 62
BUMN 2 7 22 11 25 67
TOTAL : 56 290 727 511 595 2,179
Data RS per 17 September 2013 (RS online)
RS Umum RS Khusus
No Propinsi
RS Publik RS Privat RS Publik RS Privat
1 N.A.D 41 9 3 0
2 SUMATERA UTARA 102 36 12 3
3 SUMATERA BARAT 35 4 11 11
4 RIAU 25 19 4 6
5 JAMBI 16 10 2 1
6 SUMATERA SELATAN 32 7 9 1
7 BENGKULU 17 1 1 0
8 LAMPUNG 28 10 4 5
9 KEP. BANGKA BELITUNG 11 2 1 0
10 KEPULAUAN RIAU 17 5 2 1
11 DKI JAKARTA 52 37 33 25
12 JAWA BARAT 105 84 32 30
Data RS per 17 September 2013 (RS online)
RS Umum RS Khusus
No Propinsi
RS Publik RS Privat RS Publik RS Privat
13 JAWA TENGAH 162 33 53 18
14 D I YOGYAKARTA 37 11 15 6
15 JAWA TIMUR 164 63 44 44
16 BANTEN 21 29 7 19
17 BALI 30 14 7 6
18 NUSA TENGGARA BARAT 17 5 1 0
19 NUSA TENGGARA TIMUR 37 1 3 0
20 KALIMANTAN BARAT 28 4 4 4
21 KALIMANTAN TENGAH 16 0 1 0
22 KALIMANTAN SELATAN 21 3 5 0
23 KALIMANTAN TIMUR 25 13 4 10
24 SULAWESI UTARA 34 2 1 2
Data RS per 17 September 2013 (RS online)
RS Umum RS Khusus
No Propinsi
RS Publik RS Privat RS Publik RS Privat
25 SULAWESI TENGAH 19 1 5 1
26 SULAWESI SELATAN 49 5 18 5
27 SULAWESI TENGGARA 19 1 1 4
28 GORONTALO 9 1 1 0
29 SULAWESI BARAT 8 0 0 0
30 MALUKU 26 0 1 0
31 MALUKU UTARA 18 0 0 0
32 PAPUA BARAT 13 3 0 0
33 PAPUA 31 1 2 0
Total : 1,266 421 287 205
Kondisi RS Saat ini
• RS : input driven  dipengaruhi perkembangan teknologi 
biaya tinggi
• Evolusi teknologi kedokteran sangat cepat  biaya semakin
tinggi
• Kompetisi didasarkan pada teknologi kedokteran dan
kemampuan dokter
• Belum membudayanya pembayaran prospektif
• Kemauan politis pemerintah : alat kedokteran termasuk
barang mewah (?)  Insentif pajak bagi RS belum
diberlakukan. Kebijakan terhadap RS publik dan RS privat
PERUBAHAN PARADIGMA TARIF RS DENGAN TARIF INA CBG
• Perubahan dari pola “fee for service” (retrospektif) menjadi pola INA-
CBG (prospective)  Perlu usaha yang sungguh sungguh  karena
paradigma utilitas menjadi paradigma “efisiensi”
• Rumah sakit sebagian besar menghitung tarif pelayanan berdasarkan
perhitungan unit cost per kasus (menggunakan pathway atau metode
lain) yang biasa disebut sistem. “micro costing”
• Tarif INA-CBG menggunakan data biaya keseluruhan rumah sakit, yang
kemudian diuraikan berdasar bobot kasus dan jumlah kasus rata-rata
di rumah sakit, sehingga sifatnya “agregat”.
• Pada saat micro costing dibandingkan dengan tarif INA-CBG yang
bersifat agregat, maka bisa terjadi disharmonisasi tarif, ada yang
terlalu kecil, tetapi ada yang lebih besar tarif INA – CBG.
1. PERSI sejak awal mendukung Sistem Jaminan Sosial
Nasional, khususnya Jaminan Kesehatan Nasional
2. PERSI menyadari : perlu persiapan jauh hari
a. Model baru : FFS  Prospective payment
b. Perubahan mindset : utilisasi  kendali mutu
kendali biaya
3. Langkah – langkah integratif
a. Membentuk Tim Koordinasi 15 September 2012
b. Asosiasi – asosiasi bergabung : Formal kesepakatan
pada Kongres PERSI 2012 : Selasa 6 Nov 2012  12
asosiasi : ARSADA, ARVI, ARSPI, ARSSI, MUKISI,
PELKESI, PERDHAKI, Asosiasi RS BUMN, Asosiasi RS
TNI/POLRI, ARSAWAKOI, ARSABAPI, ARSGMPI
c. Deklarasi bersama 12 Maret 2013
1. Internal : PERSI mendorong RS :
a. Agar mengutamakan Keselamatan Pasien
b. Kendali mutu & Kendali Biaya
c. Melaksanakan pelayanan berbasis rujukan
d. Mengembangkan pelayanan terstandarisasi dan
aman bagi pasien, pemberi pelayanan dan
masyarakat
2. Kepada Pemerintah :
a. Menetapkan besaran tarif sesuai perhitungan biaya
ke-ekonomian yang mendukung keberlangsungan
pelayanan
b. Merealisasikan anggaran kesehatan sesuai UU
36/2009
c. Merealisasikan Teknologi Informasi untuk
mendukung penerapan sistem rujukan
SK Tim Koordinasi PERSI

16
Tugas Tim

17
1. UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
2. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
3. Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang JKN
4. PMK Nomor 69 tahun 2013
5. PMK Nomor 71 tahun 2013
6. KMK Nomor 455 tahun 2013
Pasal 24
1. Besarnya pembayaran kepada FASKES (fasilitas
kesehatan) untuk setiap wilayah ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS dan
asosiasi FASKES di wilayah tersebut
2. BPJS wajib membayar FASKES atas pelayanan yang
diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima
belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima.
Pasal 11 huruf d (penjelasan pasal pasal)
Pemerintah menetapkan standar tarif setelah mendapatkan
masukan dari BPJS bersama dengan asosiasi fasilitas
kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Besaran tarif di suatu wilayah (regional) tertentu dapat
berbeda dengan tarif di wilayah (regional) lainnya sesuai
dengan tingkat kemahalan harga setempat, sehingga
diperoleh pembayaran fasilitas kesehatan yang efektif dan
efisien.
Pasal 37
1. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan
dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Menteri.
2. Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Menteri memutuskan besaran pembayaran atas
program Jaminan Kesehatan yang diberikan
Pasal 46
1. Sengketa antara BPJS dengan Asosiasi FasKes,
diselesaikan dengan cara musyawarah oleh para pihak
2. Dalam hal sengketa tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, sengketa diselesaikan dengan cara
mediasi atau melalui pengadilan
3. Cara penyelesaian sengketa melalui mediasi atau melalui
pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 4
2) Penetapan regional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan huruf e, bagi setiap Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan merupakan hasil
kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan
Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
Pasal 11
PERSI ikut membantu penyelesaian keberatan atas hasil
kredensialing dan re-kredensialing (tim yang dibentuk oleh
Kadinkes yang terdiri dari unsur dinas kesehatan dan
asosiasi faskes)
Pasal 30 :
2) Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan
yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan
medis sejumlah Peserta ditetapkan oleh dinas
kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS
Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
Pasal 30 :
6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan
dan penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf
c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan,
organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi
fasilitas kesehatan.
Pasal 32 :
2) Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan
dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah Fasilitas
Kesehatan tersebut berada serta mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Menteri.
3) Asosiasi fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) untuk Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan ditetapkan dengan
Keputusan Menteri
Pasal 32 :
4) Kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
antara BPJS Kesehatan dengan perwakilan asosiasi fasilitas
kesehatan di setiap provinsi.
5) Dalam hal besaran pembayaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak disepakati oleh asosiasi fasilitas kesehatan dan
BPJS Kesehatan maka besaran pembayaran atas program
Jaminan Kesehatan sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 34 :
2) Penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan usulan dari asosiasi fasilitas
kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan BPJS
Kesehatan
Keputusan Kesatu :
PERSI sebagai perwakilan Asosiasi Rumah Sakit
Keputusan Kedua :
PERSI, ADINKES, Asklin, PKFI bergabung dalam Forum
asosiasi Fasilitas Kesehatan
Keputusan Ketiga :
PERSI, ASKLIN, dan PKFI untuk membahas tarif INA-
CBG’s bagi rumah sakit dan klinik utama
Keputusan Keempat :
Negosiasi untuk membahas tarif INA-CBG’s sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Ketiga dibawah koordinasi PERSI
Keputusan Keenam :
mensosialisasikan hasil kesepakatan besaran
pembayaran kepada anggota masing-masing
Keputusan Ketujuh :
memberikan masukan dan pertimbangan kepada Menteri
Kesehatan tentang besaran pembayaran pelayanan
kesehatan kepada fasilitas kesehatan; dan
menyelenggarakan rapat forum sesuai kebutuhan
Peran PERSI
1. Berperan aktif dengan melakukan advokasi pembuatan
kebijakan, mengkritisi usulan tariff NCC
2. Koordinasi dengan Askes yang akan bertransformasi menjadi
BPJS. Koordinasi semakin intens  MoU; kesepakatan draft
Kerjasama antara BPJS dengan RS
3. Draft KS : sepakat keterlibatan PERSI mulai dari awal
4. Hasil koord : unggah di web PERSI
5. Sosialisasi ttg terjadinya perubahan besar dalam implementasi
JKN agar RS dapat survive
Peran PERSI
5. Menjembatani RS dan BPJS
6. Koordinasi dengan PERSI Daerah
7. Mendorong terbentuknya PERSI Daerah bagi Provinsi yang
belum ada PERSI Daerah
8. PERSI akan berperan pada evaluasi pelaksanaan JKN 
masukan kepada Kemenkes
9. Akan membuat email hotline
10.Konsisten dgn deklarasi khususnya ke dalam perumahsakitan
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA
BPJS CABANG ……………. DENGAN RUMAH SAKIT ……….……
TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN BAGI
PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Nomor : .......................................
Nomor : .......................................

Sepakat bahwa Kerjasama :


• Para Pihak Memiliki Posisi Sama
• Sejak Awal Persi Terlibat, Jadi Dalam KS PERSI Juga Punya
Peran
REGIONALISASI TARIF INA – CBG
Hasil Negosiasi tgl 9 Desember 2013
Regionalisasi Tarif
Tambahan diberikan untuk mengkompensasi
biaya distribusi/transportasi AMHP
Dasar perhitungan Regionalisasi
Selisih Tarif INA-CBG antar Regional

• Regional 1 – 2 : 0,9 %
• Regional 2 – 3 : 0,3 %
• Regional 3 – 4 : 1,5 %
• Regional 4 – 5 : 0,8 %
• Regional 1 – 5 : 3,6 %
Indeks Harga Konsumen
• Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang
menggambarkan perubahan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi/digunakan oleh masyarakat dari waktu ke waktu.
• IHK dihitung menggunakan paket komoditas yang tetap dari
waktu ke waktu, yaitu paket komoditas yang dikonsumsi
rumah tangga selama setahun pada tahun dasar.
• Paket komoditas, bobot, dan nilai konsumsi dasar, diperoleh
dari Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan setiap 5
tahun.
Indeks Harga Konsumen
• IHK yang dihitung oleh BPS saat ini adalah IHK perkotaan.
Kota-kota yang menjadi sampel diasumsikan telah
mewakili karena kota yang dipilih adalah kota yang
perkembangan ekonominya cukup pesat.
• Komoditas yang sama dan ada di 66 kota pada paket
komoditas untuk jasa kesehatan adalah:
a. Tarif rumah sakit
b. Dokter umum
c. Dokter spesialis
REGIONALISASI TARIF BERDASAR IHK
RATA-RATA REGION RATA-RATA REGIONA
NO PROPINSI NO PROPINSI
IHK AL IHK L
1 ACEH 132 REG1 18 NTB 149 REG4
2 SUMUT 142 REG3 19 NTT 153 REG5
3 SUMBAR 140 REG2 20 KALBAR 143 REG3
4 RIAU 138 REG1 21 KALSEL 145 REG4
5 JAMBI 141 REG3 22 KALTENG 147 REG4
6 SUMSEL 134 REG1 23 KALTIM 152 REG5
7 BENGKULU 144 REG3 24 KALTARA REG5
8 LAMPUNG 148 REG4 25 SULUT 133 REG1
9 KEPRI 133 REG1 26 SULTENG 143 REG3
10 BABEL 151 REG5 27 SULTRA 141 REG3
11 DKI JAKARTA 135 REG1 28 GORONTALO 140 REG2
12 JABAR 136 REG1 29 SULBAR 139 REG2
13 JATENG 133 REG1 30 SULSEL 142 REG3
14 JATIM 137 REG1 31 MALUKU 143 REG3
15 DIY 137 REG2 MALUKU
32 137
16 BANTEN 138 REG3 UTARA REG1
17 BALI 139 REG2 33 PAPUA 133 REG1
34 PAPUA BARAT 150 REG5
KRITERIA

NO REGIONALISASI RANGE IHK

1 REG 1 ≤ 138

2 REG 2 139 SD 140

3 REG 3 141 SD 144

4 REG 4 145 SD 148

5 REG 5 ≥ 149
REGIONALISASI TARIF

RATA-RATA REGION
NO PROPINSI
IHK AL RATA-RATA REGIONA
NO PROPINSI
1 ACEH 132 REG3 IHK L
2 SUMUT 142 REG3
3 SUMBAR 140 REG2 18 NTB 149 REG2
4 RIAU 138 REG2 19 NTT 153 REG5
5 JAMBI 141 REG3 20 KALBAR 143 REG3
6 SUMSEL 134 REG2 21 KALSEL 145 REG4
7 BENGKULU 144 REG3 22 KALTENG 147 REG4
8 LAMPUNG 148 REG2 23 KALTIM 152 REG5
9 KEPRI 133 REG3 24 KALTARA REG5
10 BABEL 151 REG5 25 SULUT 133 REG3
11 DKI JAKARTA 135 REG1 26 SULTENG 143 REG3
12 JABAR 136 REG1 27 SULTRA 141 REG3
13 JATENG 133 REG1 28 GORONTALO 140 REG3
14 JATIM 137 REG1 29 SULBAR 139 REG3
15 DIY 137 REG1 30 SULSEL 142 REG3
16 BANTEN 138 REG1 31 MALUKU 143 REG5
17 BALI 139 REG2 MALUKU
32 137
UTARA REG5
33 PAPUA 133 REG5
34 PAPUA BARAT 150 REG5
Pengelompokan Regionalisasi
Persiapan RS
• Menyiapkan Diri Untuk Bermitra Dengan BPJS  memenuhi
ketentuan UURS Akreditasi
• Menyiapkan Diri Agar Pelayanan Makin Bermutu Dan Makin
Meningkatkan Keselamatan Pasien
• Susun standar pelayanan, standar profesi, kepatuhan mengikuti
standar, Menyusun Tim RM dan Tim Tarif  informasi unit cost
 pengendalian biaya & pengendalian mutu
• Susun sistem keuangan agar mampu menghasilkan informasi unit
cost sebagai dasar perbandingan dengan pola tarif BPJS 
untung ruginya rumah sakit tergantung dari informasi unit-cost
• Menyiapkan seluruh SDM agar terbiasa dengan sistem BPJS
Kecermatan Petugas terkait klaim
Unit
RM

IGD/IRJ RANAP Koder


Unit
Kode : klaim
Dx/Prosedur :
Utama
Clinical
Lab Sekunder Costing
Rekam Medik Modelling
Ro

Resume Medik Obat/


BMHP Tarif

SOURCE: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Harapan
• Pelayanan Kesehatan pada JKN berjalan lancar, berkembang
menuju kesempurnaan sistem sesuai Peta Jalan JKN
• Bila muncul masalah, dapat diselesaikan dengan musyawarah
• BPJS bisa memahami kondisi RS yang variasinya sangat luas
KESIMPULAN
• PERSI MEMILIKI TANGGUNGJAWAB BESAR DALAM JKN
• PERUMAH SAKITAN INDONESIA HARUS SOLID DAN BERSATU
MENGAJAK SELURUH STAKE HOLDER UNTUK MENCIPTAKAN WIN WIN
SOLUTION DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
• RUMAH SAKIT YANG SURVIVE ADALAH :
1.RS YG MEMPERSIAPKAN DENGAN BAIK DAN MENJADIKAN
PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SEBAGAI PELUANG
2.RUMAH SAKIT YG MENJAGA STANDAR MUTU DAN STANDAR BIAYA
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai