Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK A
● Pembuatan kartu stok untuk mengendalikan jumlah obat atau bahan obat yang
masuk maupun keluar baik dengan cara manual maupun elektronik (komputerisasi)
secara terintegrasi antara stok dan penjualan. Pada sistem komputerisasi, harus ada
pendataan ED saat stok masuk sehingga sudah ada alert mendekati waktu ED.
● Penyimpanan disusun tidak hanya berdasarkan alfabetis saja, tetapi juga
mempertimbangkan jenis obat, golongan obat, bentuk sediaan dengan FIFO (Fast
moving) – FEFO (Slow moving), serta obat high alert disimpan dalam lemari
penyimpanan khusus.
● Ruang penyimpanan harus memperhatikan temperatur, kelembaban, ventilasi,
kondisi sanitasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas.
Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin
ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan
psikotropika, lemari penyimpanan khusus, serta pengukur suhu dan kartu suhu.
○ Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
○ Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
○ Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
yang dapat menyebabkan kontaminasi.
○ Melakukan pengecekan stock opname secara berkala sebulan sekali (dilakukan pada
hari libur di akhir bulan, diberikan reward berupa insentif kepada petugas apotek)
○ Mengupayakan pengembalian atau penukaran obat kepada PBF apabila obat telah
kadaluwarsa.
○ Menyimpan obat LASA tidak secara berdekatan.
○ Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotik dan psikotropik
B. Terjadi overstock dalam pengelolaan obat, dapat ditunjukkan melalui
perbandingan HPP dan Pembelian serta TOR
Tabel Perhitungan Nilai HPP, Pembelian dan TOR Apotek
Terjadi Over Stock
Seleksi:
● Melakukan seleksi item obat yang akan dibeli berdasarkan daftar obat yang disusun
dengan metode konsumsi dan ABC-VEN serta mempertimbangkan kemampuan
masyarakat, budaya masyarakat.
● Seleksi obat juga disesuaikan dengan Formularium Nasional.
Pengadaan:
● Menetapkan persediaan dana yang dialokasikan untuk pembelian obat- obatan
berdasarkan metode kombinasi konsumsi dan ABC-VEN.
● Melengkapi fasilitas apotek dengan adanya kartu stok terkomputerisasi untuk mencegah
terjadinya stok kosong dan stok berlebih
● Menghitung jumlah item obat yang akan dipesan, kapan harus memesan dan pada level
stok berapa sediaan harus sudah dipesan kembali.
● Meningkatkan kedisiplinan dalam pembayaran biaya jatuh tempo pembelian obat di PBF
dengan cara pembuatan timeline kegiatan apotek yang diperbaharui setiap satu bulan.
Pencatatan
Melakukan pencatatan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan
Melakukan pelaporan yang terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya
Distribusi:
● Melakukan pengecekan stock opname secara rutin setiap sebulan sekali
● Mengevaluasi omset apotek tiap bulan dengan cara menghitung TOR dan HPP, neraca laba rugi.
● Mengevaluasi ketersediaan obat dengan menghitung presentase obat yang kadaluwarsa atau
rusak dan presentase stok mati.
Penggunaan:
● Kerja sama dengan dokter keluarga terdekat terkait peresepan obat
● Mengevaluasi kualitas pelayanan resep dengan cara pemberian kuisioner kepada pasien
● Melakukan pengembalian atau penukaran obat kepada PBF apabila obat telah kadaluwarsa
● Melakukan pemusnahan obat yang rusak dan kadaluwarsa melalui sistem pelaporan dan berita
acara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. Identifikasi penyebab masalah dalam pelayanan apotek
• Laba kotor
= Omset – HPP
= Rp. 1.010.880.000 – Rp. 838.645.375,49
= Rp. 172.234.624 / tahun
Laba bersih Laba bersih
NPM = 𝑥 100% ROI = 𝑥 100%
𝑂𝑚𝑠𝑒𝑡 Investasi
Rp.28.885.224 Rp.28.885.224
= x 100% = x 100%
Rp.1.010.880.000 Rp.250.000.000
= 2,89 % = 11,56 %
Laba kotor Investasi
GPM = 𝑥 100% PBP =
Laba bersih
𝑂𝑚𝑠𝑒𝑡
Rp.172.234.624 Rp.250.000.000
= x 100% =
Rp.1.010.880.000 Rp.28.885.224
= 17,04 % = 8, 65 tahun
NPM : 2,86 % (5-7,5%)