Anda di halaman 1dari 72

DIKLAT DRAINASE JALAN

YANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN

PERENCANAAN DRAINASE
PERMUKAAN
1
SISTEMATIKA PENYAJIAN
• KETENTUAN TEKNIS
• DAERAH ALIRAN
• BENTUK-BENTUK SALURAN
• PROSEDUR PERENCANAAN
DRAINASE PERMUKAAN
• PENUTUP

2
TUJUAN
SETELAH MEMPELAJARI MODUL SISTEM
DESAIN DRAINASE INI, PESERTA
PELATIHAN HARUS DAPAT :
1. Memahami ketentuan Teknis Perencanaan
drainase
2. Mengenali penentuan daerah aliran
3. Mengenali type dan bentuk saluran
drainase
4. Mendesain drainase permukaan 3
KETENTUAN TEKNIS

1. DAERAH ALIRAN
2. LIMPASAN
3. ALIRAN PEMBUANGAN
4. AIR TANAH, CURAH HUJAN / KONDISI
BANJIR

4
DAERAH ALIRAN
DAERAH ALIRAN SUATU BANGUNAN
DRAINASE ADALAH DAERAH
TANGKAPAN HUJAN YANG
MENGALIRKAN AIR HUJAN KE
BANGUNAN DRAINASE TERSEBUT

5
DAERAH ALIRAN SUNGAI

6
DAERAH ALIRAN SUNGAI

7
DAERAH ALIRAN SUNGAI

8
MENENTUKAN DAERAH ALIRAN
1. Daerah Aliran Saluran Samping
2. Daerah Pelayanan Permukaan
Jalan
3. Daerah Pelayanan Lingkungan
4. Jaringan Saluran Samping

9
Daerah Pengaliran Saluran Samping
Memanfaatkan RUTRK

10
Daerah Pelayanan Permukaan Jalan

11
Konsep Moderat Penampang Melintang Jalan

12
LIMPASAN
LIMPASAN ADALAH BANYAKNYA
AIR YANG MENGALIR KELUAR DARI
SUATU DAERAH ALIRAN

13
BETNUK-BENTUK SALURAN

• SALURAN SAMPING TERBUKA


• GORONG-GORONG

14
SALURAN BENTUK SEGITIGA
• Sudut dasar saluran Ø = 90o - 15o
• Ø = 90o  F = d2
• Ø tidak 90o  F = (b x d)/2

15
SALURAN BENTUK
SEGIEMPAT
• Umumnya lebar saluran (b) ≥ kedalaman
saluran (d); F = bd
• Lahan tersedia terbatas

16
SALURAN BENTUK
TRAPESIUM
• Kemiringan talud disesuaikan dengan debit air
• F = d ( b + md)
• Lahan tersedia cukup

17
SALURAN BENTUK
SETENGAH LINGKARAN
• F = ⅛πD2

18
SALURAN BENTUK LINGKARAN /
GORONG-GORONG
• F = ⅛ (Ø – sinØ)D2

19
TIPE GORONG-GORONG

• Pipa Beton; tunggal atau lebih


• Pipa Baja Bergelombang;
tunggal atau lebih
• Persegi (Box Culvert) dari
beton bertulang

20
DIMENSI PENAMPANG
LINGKARAN
JENIS DIAMETER
(cm)

Beton Bertulang 60, 80, 100, 120

Beton Tidak Bertulang 60, 80

Baja 80, 100, 120, 140


21
Gorong-gorong Beton Bertulang
Keuntungan ;
• Dapat menahan beban agak berat
• Diameter > 1,00 m perlu penulangan
• Dapat dicor ditempat

22
Kerugian; Gorong-
• Pengangkutan cukup gorong
sulit Beton
• Kapasitas terbatas
Bertulang
• Pemeliharaan cukup sulit
Saran;
• Untuk keperluan jalan
raya menggunakan
diameter ≥ 60 cm
23
Penyebaran beban lalulintas

24
Elevasi muka perkerasan terhadap
gorong-gorong < 60 cm

25
Pipa Baja Bergelombang

Keuntungan;
• Pemasangan di tempat pekerjaan
• Pengangkutan lebih mudah
• Kapasitas mengalirkan debit lebih
besar
26
Pipa Baja
Bergelombang
Kerugian;
• Harus pesan ke pabrik
• Dapat terjadi korosi atau
karatan
• Pemasangan perlu
keahlian khusus
27
DIMENSI PENAMPANG PERSEGI
TIPE UKURAN (m)
Tunggal 1,00 x 1,00; 1,00 x 1,50; 1,00 x 2,00; 2,00 x 1,00;
2,00 x 1,50; 2,00 x 2,50; 2,00 x 3,00; 3,00 x 1,50;
3,00 x 2,50; 3,00 x 2,50; 3,00 x 3,00

Double 1,50 x 1,00; 2,00 x 1,00; 2,00 x 1,50; 2,00 x 2,00;


2,00 x 1,50; 2,00 x 3,00; 2,50 x 1,50; 2,50 x 2,00;
2,50 x 2,50; 2,50 x 3,00; 3,00 x 1,50; 3,00 x 2,00;
3,00 x 2,50; 3,00 x 3,00
Triple 1,50 x 1,00; 1,50 x 1,55; 1,50 x 2,00; 1,50 x 2,50;
1,50 x 3,00; 2,00 x 1,00; 2,00 x 1,50; 2,00 x 2,00;
2,00 x 2,50; 2,00 x 3,00; 2,50 x 1,50; 2,50 x 2,00;
2,50 x 2,50; 2,50 x 3,00; 3,00 x 1,50; 3,00 x 2,00;
3,00 x 2,50; 3,00 x 3,00
28
Gorong-gorong Persegi

Keuntungan;
• Menampung debit air yang besar
• Timbunan dapat tinggi
• Pemeliharaan mudah
• Pengecoran setempat atau tempat
lain
29
Kerugian;
• Pekerjaan
pengawasan ketat
• Daerah terpencil
kemungkinan Gorong-gorong
kesulitan
mendapatkan Persegi
material
• Perlu waktu yang
cukup, menunggu
proses pengeringan

30
Penampang Melintang Standar
Box Culvert

31
DETAIL SINGLE BOX
CULVERT

32
Penampang Melintang Standar
Box Culvert

33
Penampang Melintang Standar
Box Culvert

34
DETAIL DOUBLE BOX
CULVERT

35
Penampang Melintang Standar
Box Culvert

36
BENTUK TRIPLE BOX
CULVERT

37
• Estimasi arus dari daerah
Bagian- penampungan dan situasi
bagian banjir
Desain • Drainase kanal/selokan
samping jalan
• Drainase melintang/
gorong-gorong
• Kelengkapan dari drainase
38
• Q = K S1/2
• K = 1/n AR2/3
Keterangan;
• Q = debit (m3/ detik)
• S = kemiringan garis energi (m/m)
• A = luas penampang (m2)
• R = jari-jari hidrolik
• n = faktor kekasaran
Perumusan • K = hantaran (m3/detik)

Debit Air • Q = [(K1 + K2)]1/2 S1/2


Keterangan;
• K1 = hantaran pada penampang hulu (m3/
detik)
• K2 = hantaran pada penampang hilir (m3/
detik)

39
KECEPATAN ALIRAN
Bahan Selokan Kecepatan Izin
(m/detik)
Pasir halus 0,45
Pasir berlumpur 0,50
Lanau aluvial 0,60
Pasir lempung padat 0,75
Kerikil halus 0,80
Rumput dipotong pendek 1,00
Lempung keras 1,10
Kerikil kasar 1,20
Batu beronjal 1,50
40
• Pasir halus 0,45
• Lempung Kepasiran 0,50
• Lanau Aluvial 0,60
• Kerikil halurs 0,75
Kecepatan Aliran • Lempung kokoh 0,75
Air yang diizinkan
• Lempung padat 1,10
berdasarkan
• Kerikil kasar 1,20
Jenis Material
• Batu-batu besar 1,50
(m/detik)
• Pasangan batu 1,50
• Beton 1,50
• Beton bertulang 1,50
41
ALAS
• kerikil
• pasir
GORONG-GORONG

Uraian Satuan Uji

Ukuran partikel maximum 20 mm


Lolos 0,07 mm saringan no 200 Maximum 15%
Batas cair Maximum 25%
Index Plastisitas Maximum 6%
42
Bahan alas/penutup gorong-gorong

43
Pipa diletakkan sesuai
alinyemen
Sambungan tidak melekat
5 cm
Sambungan dibungkus
anyaman filter
Bagian atas dilindungi
kertas ter
Ditutup urugan porous
44
Pipa grong-gorong
dipasang
Ditimbun kembali
Bahan timbunan pasir,
sirtu, bahan berbutir
(granular)
Bergradasi baik
ukuran butiran maximum
29 mm

45
• Penempatan urugan
disekeliling pipa
• Dipadatkan lapis demi
lapis, maximum tebal
15 cm Pemadatan
• Setiap lapis khusus yang
dipadatkan, 95% diperlukan
maximal kepadatan
kering (standar proctor)

46
Desain Saluran Drainase Kecil
• Kedalaman minimum 70 cm di bawah elevasi
permukaan perkerasan
• Lebar dasar saluran minimum 50 cm
• Landai minimum 1:200 (0,5%)
• Penampang melintang minimum 0,65 m2

47
ANALISA KEMIRINGAN
Sta 1

t1

Sta 2
L (m)
t2

• i = [ t1 – t2 ] / L x 100%  0,5 – 2%
• Kemiringan memanjang atau kemiringan dasar saluran
• Kemiringan talud saluran atau kemiringan dinding saluran
• Perbedaan tinggi dan jarak antara dua ruas saluran, hulu
dan hilir
48
Kemiringan Memanjang Teoritis
• V = 1/n ( R2/3 ) ( i )1/2

i = { V.n / R2/3 }2

• V = kecepatan aliran (m/detik)


• n = koefisien kekasaran Manning
• R = jari-jari hidrolis (m)
• F = luas penampang basah (m3)
• P = keliling basah (m)
• i = kemiringan saluran yang diizinkan

49
Kemiringan Tanah
t1 – t2
i = ---------- x 100%
L

• t1 = elevasi tanah di bagian tertinggi (m)


• t2 = elevasi tanah di bagian terendah (m)
• L = jarak antara sta ybs
• Kemiringan minimum 0,5 – 2 %; kurang dari
harga ini air akan menggenang
50
Bentuk Umum Gorong-gorong

51
Saluran Pemasukan dan
Pengeluaran
• Inlet dengan bak kontrol

52
Saluran Pemasukan dan
Pengeluaran
Akhiran Biasa

• Akhiran Bentuk U

53
Bangunan
Transisi
• Penampung dua
aliran (sementara)
• Air Terkumpul
• Masuk gorong-
gorong
• Selanjutnya
dibuang

54
PEMECAH ARUS
• Untuk mengurangi kecepatan aliran
• Saluran samping jalan yang panjang
• Kemiringan dasar saluran cukup besar

Hubungan Kemiringan Saluran Samping Jalan (i) dan Jarak Pemecah Arus (L)

6% 7% 8% 9% 10%
i (%)
L (M) 16 M 10 M 8M 7M 6M

i%

55
Kurva Basis

56
Variasi Yt
Periode Ulang (tahun) Variasi yang berkurang
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
57
Nilai Yn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5252 0,5220

20 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353

30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,5432

40 0,5436 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5519 0,5518

60 0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545

70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5555 0,5567

80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5585 0,5586

90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

58
Nilai Sn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565

20 1,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1086

30 1,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1265 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388

40 1,1413 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590

50 1,1607 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844

60 1,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844

70 1,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930

80 1,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1934 1,2001

90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060

59
Intensitas Curah Hujan
1) Dapat digunakan rumus Mononobe:

Bila :
• I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
• XT = Besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun
(mm)/24 jam
• TC = Waktu konsentrasi (jam)

60
Waktu Konsentrasi
• 2) Dihitung dengan menggunakan rumus Kirpich

• TC = 0.0195.L0.77.S-0.385

• Bila :
• TC = Waktu dalam (menit)
• L = Panj saluran dari titik yang terjauh sampai ke
titik yang ditinjau (m)
• S = Kemiringan dasar saluran
61
Kala Ulang
• 3) dihitung dengan menggunakan rumus Gumbel :

• XT = X + Sx K

• Bila :
• XT = Curah hujan harian maksimum tahunan untuk
kala ulang T tahun
• X = Harga rata-rata sample dalam mm/hari
• Sx = Penyimpangan baku sample (Standar deviasi)
dalam mm/hari

62
DEBIT ALIRAN
1
Q= CIA
3,6

C = KOEFISIEN PENGALIRAN
I = INTENSITAS HUJAN SELAMA
WAKTU KONSENTRASI
A = LUAS DAERAH PENGALIRAN

63
Tabel C-1 : Koefisien Pengaliran (c)
Sumber : “Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, SNI-03-3424-1994”,

Koefisien Pengaliran C
Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran ( c )
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu jalan
0,40 – 0,65
1. - Tanah berbutir halus
0,10 – 0,20
1. - Tanah berbutir kasar
0,70 – 0,35
1. - Batuan masif keras
0,60 – 0,75
1. - Batuan masif lunak
4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggiran kota 0,60 – 0,70
6. Daerah industri 0,60 – 0,90
7. Pemukiman padat 0,60 – 0,80
8. Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman & kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80 64
12. Pegunungan 0,75 – 0,90
MENENTUKAN INTENSITAS
CURAH HUJAN
1. AMBIL DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM SELAMA 10 TAHUN
DARI LEMBAGA METEOROLOGI DAN GEOFISIKA TERDEKAT
2. TETAPKAN PERIODE ULANG 5 TAHUN (XT)
3. LAMA CURAH HUJAN TERKONSENTRASI 4 JAM = 90%
HUJAN 24 JAM
4. GUNAKAN RUMUS:
SX
XT = x+ (YT-YN)
SN

90%
I = XT mm/jam
4 65
Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan
data-data sebagai berikut:

• 1) Data curah hujan


• Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam
setahun dinyatakan dalam mm/hari, data curah hujan ini
diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika,
untuk stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi
sistem drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit
dalam jangka 10 tahun.

66
Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan
data-data
2) Periode sebagai berikut:
ulang

2) Periode Ulang
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar
tertentu mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang
rencana untuk selokan samping dan ditentukan 5 tahun dan
untuk gorong-gorong 10 tahun

3) Lamanya waktu curah hujan


Ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen, bahwa
hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan
sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam.
4) Menghitung intensitas curah hujan (I) menggunakan analisa
distribusi frekuensi menurut rumus sebagai berikut :

keterangan :
XT = Besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm)/24 jam
X = Nilai rata-rata arimatik hujan kumulatip
Sx = Standar deviasi
YT = Variasi yang merupakan fungsi periode ulang (lihat Tabel C-2)
Yn = Nilai yang tergantung pada n (lihat Tabel C-3)
Sn = Standar deviasi merupakan fungsi dari n (lihat Tabel C-4)
I = Intensitas curah hujan mm/jam

68
MENENTUKAN KOEFISIEN
ALIRAN:

C1 + A1 + C2 + A2 + C3 + A3 + ….
C=
A1 + A2 + A3 + ….

69
WAKTU KONSENTRASI SUATU
DAERAH ALIRAN:
Nd
T1 = (2/3 x 3,28 Lo )0,167
S
L
T2 =
60 V

Tc = t1 + t2
70
Latihan Tahun Pos A Pos B
1991 170 121
• Data Curah Hujan mm/jam
1992 146 174
• Lebar perkerasan beraspal (landai
2%) = 2 x 3,50 m 1993 82 98
• Lebar bahu tanah berumput (landai 1994 129 99
4%) = 2,50 m 1995 53 48
• Lebar bagian luar jalan (perkebunan 1996 138 133
landai 15%) = 100 m 1997 156 140
• Panjang selokan = 400 m 1998 119 106
• Elevasi + 8.900 m (awal) 1999 107 95
• Elevasi + 8.100 m (akhir) 2000 108 193
• Saluran dari lempung padat 2001 136 177
• Desain saluran air 2002 106 116
2003 90 84
2004 196 188
2005 124 118
71
TERIMA KASIH

72

Anda mungkin juga menyukai