Anda di halaman 1dari 43

1

 Fauziawidiati T.

 Ocarina O.
 Zahra Zeta K.  Ayu Yulianingrum
 Richana Maulani A.S.  Ristiani W.
 Sukma Fitria I.  Vinda Refalita
 Karenina Tya T.  Ifa Aulia
LOGISTIK BENCANA
BANJIR
Sistem manajemen logistik dan peralatan
3
penanggulangan bencana

suatu sistem yang menjelaskan tentang logistik dan peralatan yang


dibutuhkan untuk menanggulangi bencana pada masa pra bencana,
pada saat terjadi bencana dan pada pasca bencana.
syarat
4
1. Dukunguan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat
jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas dan
standar pelayanan.
2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik melalui darat,
laut, sungai, danau maupun udara.
3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang khusus (a.l.
karena keterbatasan transportasi, penyebaran kejadian, keterisolasian ketika terjadi
bencana).
4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan
pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan
sistem manajemen khusus.
5. Memperhatikan dinamika pergerakan masyarakat korban bencana.
6. Koordinasi dan prioritas penggunaan alat transportasi yang terbatas.
Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik
dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah :
5

Kemampuan infrastruktur,
ketersediaan dan jumlah alat transportasi penanggulangan bencana baik secara
nasional, regional, lokal maupun setempat.
pertimbangkan faktor politis dan konflik di masyarakat.
Efektifitas sistem logistik dan peralatan sangat dipengaruhi oleh sistem informasi dan
pengendaliannya
Rantai pasokan dalam sistem manajemen logistik dan peralatan
6
berdasar kepada:
1. Tempat atau titik masuknya logistik
2. Gudang utama
3. Gudang penyalur
4. Gudang penyimpanan terakhir di pos komando
Landasan hukum
7

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea IV


Pembukaan UUD 1945.
 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Landasan hukum
8

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Alinea IV


Pembukaan UUD 1945.
 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana.
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Proses manaJemen Logistik dan peralatan 9

» Perencanaan/Inventarisasi » Pendistribusian
Kebutuhan » Pengangkutan
» Pengadaan dan/atau » Penerimaan di tujuan
Penerimaan
» Penghapusan
» Pergudangan dan/atau
Penyimpanan
» Pertanggungjawaban
Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan 10

Dilakukan untuk mengetahui kebutuhan


(jenis,jumlah,cara penyampaian) berdasarkan
Laporan-Laporan,Tim Reaksi Cepat,Media
Massa, Instansi terkait,Rapat koordinasi
mengenai jumlah korban.
Pengadaan dan/atau Penerimaan 11

» Penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk


penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana.
» Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis logistik dan peralatan yang
diterima dari berbagai sumber (dalam negri atau luar negri),
mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang
ada, Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan, Sebagai upaya pengendalian dan pengawasan
penggunaan logistik dan peralatan, serta menyesuaikan dalam hal
penyimpanan.
Pergudangan dan Penyimpanan 12

» Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan


tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, sistem
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
» Hal ini dilakukan untuk melindungi logistik dan peralatan dari
kerusakan dan kehilangan atau berkurangnya standar mutu,
memudahkan pendistribusian, dengan menggunakan system “first-in
first-out”, dan mengetahui dan menjamin ketersediaan pada setiap
waktu.
Pendistribusian 13

» perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai


data pendukung: yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
» Hal ini dilakukan untuk mengetahui sasaran penerima bantuan
dengan tepat, mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan
peralatan yang harus disampaikan, dan merencanakan cara
penyampaian atau pengangkutannya.
Pengangkutan 14

» Penerimaan oleh penanggung jawab pengangkutan disertai dengan


berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
» Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau
dan udara, baik secara komersial maupun nonkomersial yang
berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
» Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan; Situasi dan
kondisi keadaan darurat;Kecepatan distribusi;Ketersediaan alat
angkutan dan infrastruktur yang ada; Kondisi wilayah asal dan
tujuan; Efektifitas dan efisiensi; Keamanan dan keselamatan.
Penerimaan di Tempat Tujuan 15

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan


di tempat tujuan adalah:
a. Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan
jenis bantuan yang diterima.
b. Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
c. Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu
kedatangan, sarana transportasi, pengirim dan penerima
barang.
d. Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.
Penghapusan 16

Barang logistik dan peralatan yang dialihkan kepemilikannya atau tidak


dapat digunakan atau tidak dapat dimanfaatkan atau hilang atau
musnah dapat dilakukan penghapusan. Penghapusan harus dilakukan
dengan permohonan penghapusan oleh pejabat yang berwenang melalui
proses penghapusan dan diakhiri dengan berita acara penghapusan.
Penghapusan didasarkan peraturan yang berlaku.
Pertanggungjawaban 17

Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah


dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.
Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna
untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku
proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas
dan transparansi.
18

POLA PENYELENGGARAAN
MANAJEMEN LOGISTIK DAN
PERALATAN
19


Pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana menganut pola
penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa
lembaga atau sistem kelembagaan dalam berbagai
tingkatan teritorial wilayah, mulai dari:
A. Tingkat Nasional,
B. Tingkat Provinsi,
C. Tingkat Kabupaten/Kota.
20

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


MANAJEMEN LOGISTIK DAN
PERALATAN
21

A. Pembinaan
Dalam rangka terselenggaranya sistem manajemen logistik dan
peralatan yang handal perlu dilakukan pembinaan secara berjenjang
sesuai dengan strata kelembagaan penanggulangan bencana.

B. Pengawasan
Penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan dilakukan
pengawasan pada setiap tahap dalam proses manajemen logistik dan
peralatan. Pengawasan dilakukan secara pengawasan internal,
eksternal dan masyarakat sesuai dengan peraturan dan
perundangundangan
yang berlaku.
22
Logistik adalah segala sesuatu yang berujud dan dapat
digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia yang terdiri
atas sandang, pangan dan papan atau turunannya. Termasuk
dalam kategori logistik adalah barang yang habis pakai atau
dikonsumsi, misalnya: sembako (sembilan bahan pokok),
obatobatan,
pakaian dan kelengkapannya, air, tenda, jas tidur dan
sebagainya.
Logistik Bencana Banjir 23

 Logistik memilik peran penting dalam upaya penanggulangan bencana


terutama pada saat prabencana, kesiapsiagaan, dan respon penanganan bencana.
Pengelolaan logistik yang efektif, efisien, dan andal menjadi faktor penting
dalam penanggulangan bencana.

 Umumnya bantuan kemanusiaan yang diperlukan untuk penanggulangan


bencana terdiri dari makanan, pakaian, perlengkapan mandi, perlengkapan
memasak, obat-obatan, dan peralatan.
Logistik Bencana Banjir 24

 Sementara peralatan yang sering diperlukan dalam penanggulangan bencana


antara lain (BNPB, 2017):
1. Peralatan pencarian, penyelamatan, pertolongan dan evakuasi, seperti mobil
evakuasi, lampu senter, alat komunikasi, urban SAR, dan lain-lain;
2. Peralatan untuk kebutuhan air bersih dan sanitasi, seperti tangki air, flexible
tank, water treatment portable, dan lain-lain;
3. Peralatan kesehatan, seperti mobil ambulans, tenda rumah sakit lapangan,dan
lain-lain;
Logistik Bencana Banjir 25

1. Peralatan penampungan dan tempat hunian sementara, seperti tenda, velbed,


mobil dapur lapangan, dan lain-lain;
2. Peralatan pengelolaan data, informasi, dan komunikasi, seperti SSB, repeater,
RIG, dan lain-lain;
3. Peralatan untuk perbaikan darurat sarana dan prasarana vital, seperti jembatan
belly, becho, dan lain-lain.
4. Peralatan untuk pengendalian bencana, seperti EWS, dan lain-lain;
DAPUR UMUM
PENGERTIAN DAPUR
UMUM
28

 Dapur Umum adalah Dapur Umum Lapangan yang diselenggarakan


oleh Palang Merah Indonesia untuk menyediakan atau menyiapkan
makanan dan dapat didistribusikan kepada korban bencana dalam
waktu cepat dan tepat.
 Penyelenggaraan Dapur Umum dilakukan apabila tidak
memungkinkan bantuan mentah untuk korban bencana.
Penyelenggaraan Dapur Umum untuk melayani kebutuhan makan
para penderita / korban bencana bukan monopoli organisasi PMI,
namun dapat diselenggarakan oleh siapa saja dan dapat
menyelenggarakannya.
Penyelenggaraan Dapur Umum yang diselenggarakan oleh
PMI Cabang menjadi tanggungjawab Pengurus PMI Cabang,
yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh regu yang
ditugaskan oleh Pengurus Cabang. Regu disesuaikan dengan
kebutuhan dan jumlah korban yang harus dilayani.

Pembagian Tim Pengelola ( Regu – Kelompok – Sektor )


dalam pelaksanaan Dapur Umum yang disesuaikan dengan
kebutuhaan dan jumlah sasaran penerima bantuan yang
harus dilayani.
 Satu regu yang menangani 1 unit dapur umum dengan kapasitas
maksimal melayani 500 orang sekurang-kurangnya terdiri dari : 30

o 1 orang Ketua Regu


o 1 orang Wakil Ketua Regu
o 1 orang Penanggungjawab Tata Usaha
o 1 orang Penanggungjawab Peralatan dan Perlengkapan
o 1 orang Penanggungjawab Memasak
o 1 orang Penanggungjawab Distribusi
o Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur
masyarakat di daerah bencana dan sekitarnya
Bila diperlukan lebih dari satu regu Dapur Umum sekaligus,
maka regu – regu tersebut diberi nomor urut dan dihimpun
dalam kelompok.

Kelompok dipimpin oleh Ketua Kelompok dan jika perlu


dibantu oleh seorang pembantu umum.

Apabila masyarakat yang dilayani cukup besar jumlahnya


dan terpencar di daerah yang cukup luas, maka kelompok-
kelompok Dapur Umum tersebut dapat dihimpun dalam
satu wilayah kerja yang disebut sektor. Sektor tersebut
dipimpin oleh Ketua dan seorang pembantu umum.
PELAKSANAAN
DAPUR UMUM
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan Lokasi : 33

 Letak dapur umum dekat dengan


posko/penampungan agar mudah
dicapai/dikunjungi korban
 Kebersihan lingkungan cukup memadai
 Aman dari bencana
 Dekat dengan transportasi umum
 Dekat dengan sumber air
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian 34

1. Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi


2. Lokasi/tempat penditribusian yang aman dan mudah dicapai
oleh korban
3. Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu
4. Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau
perwakilan yang sah
5. Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas
atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis dan
sehat.
Lama penyelenggaraan

1. Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan


bahan mentah tidak mungkin
2. Lamanya 1-3 hari untuk seluruh korban bencana
3. Hari ke 4-7 pemberian dilakukan secara selektif
4. Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan
berupa bahan mentah
KAITAN DAPUR UMUM
DENGAN STANDAR MINIMUM

Dalam Piagam Kemanusiaan terdapat standar-
standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan
pengan yang termasuk dalam pernyataan praktis asas-
asas dan hak-hak- setiap orang.

Selain itu, dalam Instrumen Hukum


Internasional dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas
pangan yang cukup termsuk hal untuk terbebas dari
kelaparan.
Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan
mencakup :

» Ketersediaan pangan dalam jumlah dan


kualitas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-
bahan yang merugikan, dan dapat diterima
dalam suatu budaya tertentu.
» Pangan tersebut dapat dijangkau dengan cara
berkesinambungan dan tidak mengganggu
pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya
Pentingnya ketahanan pangan dalam masa bencana :

1. Ketahanan pangan
Agar dapat hidup sehat pangan yang diberikan harus cukup, aman dan bergizi.

2. Penghidupan
Terdiri dari kemampuan, harta benda, aktifitas yang diperlukan untuk sarana
kehidupan yang terkait dengan pertahanan hidup dan keseajhteraan di masa
mendatang.

3. Kekurangan gizi
Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan gizi akut, kekurangan
gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan mineral.
Latar belakang penyelenggaraan
dapur umum
41

Apabila terjadi bencana seperti banjir, tanah


longsor, gempa bumi, tsunami maupun
bencana akibat ulah manusia lainnya. Salah
satu bantuan utama yang harus diberikan
yaitu bantuan makanan kepada para
korban.
42

Tidak semua bencana menimbulkan kekurangan


makanan sampai membahayakan gizi para
korban.

Pada bencana kelaparan, dapur umum harus


diselenggarakan berlanjut → menderita kurang
gizi

bantuan makanan selanjutnya : dalam bentuk


bahan baku
Keuntungan penyediaan bahan baku makanan

a. Terhindar dari kemungkinan timbulnya epidemi penyakit


dari satu sumber
b. Para korban mendapat kebebasan dalam menyiapkan
makanan sesuai dengan seleranya
c. Penyiapan makanan sendiri sendiri (dalam skala kecil
dibandingkan dapur umum) biasanya lebih teliti
kebersihannya.
d. Dapur umum dapat diatur menjadi dapur bersama menurut
kelompok kelompok pengungsi.

Anda mungkin juga menyukai