Anda di halaman 1dari 41

Indria Meliana Rizky Saputra

Kania Putri A. Salsabilla Shiddiqoh


Qorifa Azzahra Yulia Inda P.
KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN

Pengertian
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Menurut bahasa Indonesia,
kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syariat, nikah itu berarti
melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-
laki dan seorang perempuan serta menghasilkan hubungan kelamin antara
keduanya dengan suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga
(rumah tangga) bahagia, yang di ridai oleh Allah SWT.
Dalil tentang Pernikahan
QS. Ar-Rum 30:21
‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أ َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أ َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُوا ِإلَ ْي َها َو َجعَ َل‬
‫ون‬ ُ ‫ك‬ َ ‫ف‬َ ‫ت‬‫ي‬ ٍ ‫و‬َ َ‫ل‬ ٍ‫ا‬ ‫ي‬ََ ‫ك‬ ‫ل‬ َ َٰ
َ ُ َ ْ ِ َ َ ِ ‫بَ ْينَ ُك ْم َم َودَّة ً َو َر ْح َمةً ۚ ِإ َّن ِفي‬
َّ ‫ذ‬
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Ketentuan Hukum
Menurut sebagian besar ulama, hukum nikah pada dasarnya adalah mubah,
boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Hukum nikah dapat berubah menjadi
sunah, wajib, makruh, atau haram. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
• Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula
mengendalikan diri dari perzinaan, walaupun tidak segera menikah, maka hukum
nikah adalah sunah.
• Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina
jika tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
• Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap
istri dan anak-anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
• Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum
nikah adalah haram.
Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
• Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19
tahun), beragama Islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji
atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.
• Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun):
bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain,
bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan ihram haji atau
umrah.
• Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan
mempelai wanita atau mengizinkan pernikahannya
• Ada dua orang saksi
• Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul.
Ijab adalah ucapan wali (dari pihak mempelai wanita), sebagai penyerahan
kepada mempelai laki-laki. Qabal adalah ucapan mempelai laki-laki sebagai tanda
penerimaan. Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada istrinya, tetapi
mengucapkannya dalam akad nikah hukumnya sunnah. Suruhan untuk
memberikan mas kawin terdapat dalam Al-Qur’an yang artinya: “Berikanlah mas
kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan…” (Q.S. An-Nisa’, 4: 4)
WALI NIKAH
• Wali Nasab
orang yang merupakan anggota keluarga pihak mempelai wanita yang memiliki
hubungan darah dan bisa menikahkan wanita tersebut dengan seorang pria.
Berdasarkan mahzab Syafi’i maka urutan wali nasab adalah sebagai berikut:
 Bapak, kakek (orangtua bapak) dan seterusnya keatas.
 Saudara laki-laki kandung sebapak-seibu.
 Saudara laki-laki sebapak lain ibu
 Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
 Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya.
 Paman, yaitu saudara sekandung dari bapak.
 Paman sebapak, yaitu saudara dari bapak, sebapak lain ibu.
 Anak-anak paman kandung (saudara sepupu).
 Anak laki-laki paman sebapak.
• Wali Hakim
Apabila wali nasab tidak memenuhi syarat, maka kuasa untuk menjadi wali
nikah diberikan kepada kepala Negara dalam hal ini yang diwakili oleh menteri
agama dan selanjutnya diserahkan kepada petugas pencatat nikah atau yang
dikenal dengan sebutan wali hakim (biasanya berasal dari KUA).
Syarat wali hakim dapat menjadi wali apabila ditemui kondisi berikut:
 Wali nasab memang tidak ada/telah meninggal.
 Wali nasab sedang berpergian jauh atau tidak berada di tempat pernikahan
dilangsungkan dan ia tidak memberi kuasa kepada wali nasab lainnya.
 Wali nasab kehilangan hak atas perwaliannya.
 Wali nasab sedang pergi menunaikan ibadah haji atau umrah.
 Wali nasab menolak bertindak sebagai wali.
 Wali nasab tersebut menjadi mempelai laki-laki dari wanita yang ada dibawah
perwaliannya seperti halnya jika seorang wanita menikah dengan anak dari
saudara ayahnya atau sepupu yang tidak termasuk pernikahan sedarah.
• Wali Muhakkam
Wali ini menjadi pilihan terakhir apabila wali nasab dan wali hakim menolak
bertindak sebagai wali nikah dan tidak dapat menjalankan kewajiban maupun
haknya sebagai wali.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang wali nikah adalah sebagai
berikut:
• Beragama Islam.
• Laki-laki.
• Balig dan berakal.
• Merdeka dan bukan hamba sahaya.
• Bersifat adil.
• Tidak sedang ihram haji atau umrah.
Syarat-Syarat Nikah
• Adapun beberapa persyaratan umum untuk mengajukan pernikahan di Kantor
Urusan Agama (KUA) adalah sebagai berikut:
• Surat keterangan untuk nikah (model N1),
• Surat keterangan asal-usul (model N2),
• Surat persetujuan mempelai (model N3),
• Surat keterangan tentang orangtua (model N4),
• Surat pemberitahuan kehendak nikah (model N7) apabila calon pengantin
berhalangan, pemberitahuan nikah dapat dilakukan oleh wali atau wakilnya.
• Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) I calon pengantin wanita, kartu imunisasi, dan
imunisasi TT II dari Puskesmas setempat
• Membayar biaya pencatatan nikah sebesar Rp30.000.
• Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin dari orangtua/wali,
• Pas foto ukuran 3×2 sebanyak 3 lembar, Dispensasi dari pengadilan bagi calon suami
yang belum berumur 19 tahun dan bagi calon istri yang belum berumur 16 tahun,
• Bagi anggota TNI/POLRI membawa surat izin dari atasan masing-masing,
• Surat izin Pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang,Akta cerai atau
kutipan buku pendaftaran talak/buku pendaftaran cerai bagi mereka yang perceraiannya
terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989,
• Surat keterangan tentang kematian suami/istri yang ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah atau pejabat berwenang yang menjadi dasar pengisian model N6 bagi
janda/duda yang akan menikah.
Kewajiban Suami Istri
Kewajiban Suami
• Memberi nafkah, sandang, pangan, dan tempat tinggal kepada istri dan anak-
anaknya, sesuai dengan kemampuan yang diusahakan secara
maksimal.
• Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak, agar menjadi orang yang
berguna, keluarga, agama, masyarakat, serta bangsa dan negaranya.
• Bergaul dengan istri dan anak-anak dengan baik (makruf).
• Membantu istri dalam tugas sehari-hari, terutama dalam mengasuh dan
mendidik anak-anak agar menjadi anak saleh.
Kewajiban Istri
• Taat kepada suami dalam batas-batas yang sesuai dengan ajaran Islam.
• Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami, baik di hadapan atau di
belakangnya.
• Membantu suami dalam memimpin kesejahteraan dan keselamatan
keluarga.
• Menerima dan menghormati pemberian suami walaupun sedikit, serta
mencukupkan nafkah yang diberikan suami, sesuai dengan kekuatan dan
kemampuannya, hemat, cermat, dan bijaksana.
• Hormat dan sopan kepada suami dan keluarganya
• Memelihara, mengasuh, dan mendidik anak agar menjadi anak yang saleh.
Macam-Macam Pernikahan Yang Dilarang
Nikah Mut’ah
Nikah yang diniatkan hanya untuk bersenang-senang dan hanya untuk jangka
waktu seminggu, sebulan, setahun dan seterusnya. Nikah mut’ah awalnya
diperbolehkan oleh Rasulullah Saw yaitu pada saat sering terjadi peperangan yang
menyita waktu yang sangan panjang. dikarenakan para suami meninggalkan para
istri ke medan peperangan dengan waktu yang lama. dengan pertimbangan untuk
menghindari para sahabat melakukan perbuatan zina, maka pada waktu itu
Rasulullah saw membolehkan nikah mut’ah karena dianggap darurat dan sifatnya
sementara. Tapi setelah itu, nikah Mut’ah juga dilarang oleh Rasulullah, hal ini
dikwatirkan akan terjadi pelecehan terhadap wanita dan tidak sesuai dengan tujuan
pernikahan yaitu membentuk kehidupan yang bahagia, melestarikan keturunan,
menjaga martabat manusia dan yang lainnya.
Nikah Syighar
Nikah Syighar merupakan pernikahan yang disasari oleh janji atau
kesepakatan penukaran, yaitu menjadiakan dua orang perempuan sebagai
jaminan atau mahar masing-masing. Ucapan akadnya bisa sabagai berikut : “
Saya nikahkan anda dengan anak atau saudara perempuan saya, dengan
syarat anda menikahkan saya dengan anak/saudara perempuan anda.”
Pernikahan Syighar termasuk pernikahan dalam adat jahiliyah karena
pernikahan ini dilarang oleh agama islam. Rasullah saw bersabda yang
artinya: “Dari Ibnu Umar ra, ia berkata Rasulullah saw telah melarang nikah
syighar, yaitu seorang mengawinkan anak perempuannya kepada seorang laki-
laki dengan syarat laki-laki itu harus mengawinkan anak perempuannya kepada
laki-laki pertama dan masing-masing tidak membayar mahar.” (HR Bukhari dan
Muslim)
Nikah Muhallil
Pernikahan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk
menghalalkan perempuan yang dinikahinya agar dinikahi lagi oleh mantan
suaminya yang telah menalak tiga (talak ba’in). Dengan kata lain nikah
muhallil ialah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap
perempuan yang sudah di talak tiga, dengan tujuan agar mantan suaminya yang
menalak tiga dapat menikahi kembali perempuan tersebut setelah diceraikan
oleh suaminya yang baru. Pernikahan seperti ini dilarang oleh agama bahkan
Rasullah Saw melaknatnya.
Pernikahan Silang
Pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang berbeda agama atau
keyakinan, pernikahan yang dilarang seperti ini terdiri dari dua macam.
• Laki-laki Mukmin menikahi perempuan non muslim.
Allah Swt berfirman yang artinya:” dan janganlah kamu menikahi perempuan
musyrik, sebelum mereka beriman . sungguh, hamba sahaya perempuan yang
beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun di menarik harimu.”
(QS Al-Baqarah : 221)
• Perempuan Mukmin yang menikah dengan laki-laki non muslim.
Allah Swt berfirman yang artinya : “Dan jangan kamu nikahkan orang (laki-laki)
musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun
dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah : 221)
Pernikahan Khadan
Khadan sendiri artinya adalah peliharaan, baik laki-laki yang
menjadikan wanita sebagai peliharaan maupun wanita yang menjadikan
laki-laki sebagai peliharaan. Pernikahan seperti ini pada jaman jahiliyah
menjadi tradisi dan sering terjadi dilakukan pada masa sekarang. Dan menurut
orang arab jahilyah pernikahan seperti ini apabila tidak diketahui orang maka
tidak apa-apa dan yang tercela apabila diketahui orang. Allah Swt berfirman:
Artinya: ”Dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai
peliharaannya.” (QS An-Nisa: 25) Artinya: ”Dan bukan untuk menjadikan
perempuan peliharaan.” (QS Al-Maidah: 5)
Menikahi perempuan yang berzina
• Artinya: ”Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina
perempuan atau dengan perempuan musyrik , dan pezina perempuan tidak
boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki yang
musyrik dan yang seperti itu diharamkan bagi orang-orang mukmin.” (QS
An-Nur: 3)
Hal-Hal Yang Dapat Memutus Pernikahan
• Talak
Talak berarti melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara
suka rela ucapan talak dari pihak suami kepada istrinya. Talak dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
 Talak Raj’i, yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya untuk pertama
kalinya, dan suami boleh rujuk (kembali) kepada istri yang telah ditalaknya
selama masih dalam masa ‘iddah.
 Talak Ba’i n, yaitu talak yang suami tidak boleh rujuk (kembali) kepada istri yang
ditalaknya itu, melainkan mesti dengan akad nikah baru.
• Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami-istri karena sebab-
sebab tertentu. Fasakh dilakukan oleh hakim agama, karena adanya
pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat dibenarkan.
Akibat perceraian dengan fasakh, suami tidak boleh rujuk kepada bekas
istrinya. Berbeda dengan khulu’, fasakh tidak memengaruhi bilangan talak.
Artinya, walaupun fasakh dilakukan lebih dari tiga kali, bekas suami-istri itu
boleh menikah kembali, tanpa bekas istrinya harus menikah dulu dengan laki-
laki lain.
• Khulu’
Menurut istilah bahasa, khulu’ berarti tanggal. Dalam ilmu fikih, khulu’ adalah
talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya, dengan jalan tebusan dari pihak istri,
baik dengan jalan mengembalikan mas kawin kepada suaminya, atau dengan
memberikan sejumlah uang (harta) yang disetujui oleh mereka berdua. Khulu’
diperkenankan dalam Islam, dengan maksud untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dihadapi istri. Allah SWT berfirman yang artinya, “Jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami-istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah maka tidak ada
dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 229)
Akibat perceraian dengan cara khulu’, suami tidak dapat rujuk, walaupun bekas
istrinya masih dalam masa ‘iddah. Berbeda dengan fasakh, khulu’ dapat
memengaruhi bilangan talak. Artinya, kalau sudah tiga kali dianggap tiga kali talak
(talak ba’in kubra), sehingga suami tidak boleh menikah lagi dengan bekas istrinya,
sebelum bekas istrinya itu menikah dulu dengan laki-laki lain, bercerai, dan habis
masa ‘iddah-nya.
• Li’an
Li’an adalah sumpah suami yang menuduh istrinya berzina (karena
suami tidak dapat mengajukan 4 orang saksi yang melihat istrinya berzina).
Dengan mengangkat sumpah 4 kali di depan hakim, dan pada ucapan kelima
kalinya dia mengatakan, “Laknat (kutukan) Allah akan ditimpakan atas diriku,
apabila tuduhanku itu dusta.” Apabila suami sudah
menjatuhkan li’an, berlakulah hukum rajam terhadap istrinya, yaitu dilempari
dengan batu yang sedang sampai mati. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan
tentang li’an ini terdapat dalam Surah An-Nur, 24: 6-10.
• Ila’
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri istrinya
selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak ditentukan. Jika sebelum 4
bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik, maka dia diwajibkan membayar denda
sumpah (kafarat).
Akan tetapi, jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, maka hakim berhak
menyuruhnya untuk memilih di antara dua hal, kembali kepada istrinya dengan
membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak bersedia
menentukan dengan pilihannya, maka hakim memutuskan bahwa suami telah mentalak
istrinya dengan talak ba’in sugra, sehingga ia tidak dapat rujuk lagi. Ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang Ila’ ialah Surah Al-Baqarah, 2: 226-227.
• f. Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya,
seperti suami berkata kepada istrinya, “Punggungmu sama dengan punggung
ibuku.” Jika suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak melanjutkannya
dengan mentalak istrinya, wajib baginya membayar kafarat, dan haram
meniduri istrinya sebelum kafarat dibayar.
• 8. ‘Iddah
‘Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai
dengan suaminya untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain.
Tujuan ‘iddah adalah untuk melihat perkembangan, apakah istri yang bercerai
itu hamil atau tidak. Lama masa ‘iddah adalah sebagai berikut:
 ‘Iddah karena suami wafat. “Bagi istri yang tidak hamil, baik sudah campur
dengan suaminya yang wafat atau belum, masa ‘iddah-nya adalah empat bulan
sepuluh hari.” (Q.S. Al-Baqarah, 2: 234). “Bagi istri yang sedang hamil,
masa ‘iddah-nya adalah sampai melahirkan. (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
 ‘Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’. “Bagi istri yang belum campur dengan
suami yang baru saja bercerai dengannya, tidak ada masa ‘iddah. (Q.S. Al-
Ahzab, 33: 49). “Bagi istri yang sudah campur, masa ‘iddah-nya adalah:
1. Bagi yang masih mengalami menstruasi, masa ‘iddah-nya ialah tiga kali suci.
(Q.S. Al-Baqarah, 2: 228)
2. Bagi istri yang tidak mengalami menstruasi, misalnya karena usia tua
(menopause), masa ‘iddah-nya adalah 3 bulan. (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
3. Bagi istri yang sedang mengandung, masa ‘iddah-nya ialah sampai dengan
melahirkan kandungannya (Q.S. At-Talaq, 65: 4)
• Rujuk
 Rujuk berarti kembali, yaitu kembalinya suami kepada ikatan nikah dengan
istrinya sebagaimana semula, selama istrinya masih dalam masa ‘iddah
raj’iyah. Hukum rujuk asalnya mubah, artinya boleh rujuk dan boleh pula
tidak. Akan tetapi, hukum rujuk bisa berubah, sebagai berikut:
 Sunah, misalnya apabila rujuknya suami kepada istrinya dengan niat karena
Allah, untuk memperbaiki sikap dan perilaku serta bertekad untuk
menjadikan rumah tangganya sebagai rumah tangga bahagia.
 Wajib, misalnya bagi suami mentalak salah seorang istinya, sedangkan
sebelum mentalaknya, ia belum menyempurnakan pembagian waktunya.
 Makruh (dibenci), apabila meneruskan perceraian lebih bermanfaat dari pada rujuk.
 Haram, misalnya jika maksud rujuknya suami adalah untuk menyakiti istri atau untuk
mendurhakai Allah SWT.
Rukun rujuk ada 4 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada pada
masa ‘iddah raj’iyah.
2. Keinginan rujuk suami atas kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
3. Ada dua orang saksi, yaitu dua orang laki-laki yang adil. (Q.S. At-Talaq, 65: 2)
4. Ada sigat atau ucapan rujuk, misalnya suami berkata kepada istri yang diceraikannya
selama masih berada dalam masa ‘iddah raj’iyah, “Saya rujuk kepada engkau!”
Poligami
Poligami berarti sebuah system pernikahan yang membolehkan
seseorang mempunyai lebih dari satu pasangan.
Poligami ada dua macam, yaitu poligini dan poliandri. Poligini adalah seorang
lelaki menikahi lebih dari satu perempuan, sedangkan poliandri adalah
seorang perempuan menikah dengan lebih dari satu laki-laki. Di dalam Islam,
poligini terbatas diizinkan, sedangkan poliandri dilarang secara mutlak.
• Dalil Poligini
 “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
[An-Nisaa’/4: 3].
 “… Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki…” [An-Nisaa’/4: 3]
• Dalil Poliandri
“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki.” (QS An-Nisaa` [4] : 24
Syarat Ijab Qabul Yang Sah
Syarat Ijab Nikah
• Pernikahan yang dilakukan harus pernikahan yang tepat sesuai tips menikah
dalam islam. Tepat di sini berarti tepat pada tanggal yang sudah ditentukan dan
calon mempelai yang sudah dipersiapkan untuk menikah.
• Tidak boleh merubah dan menggunakan kata kata yang dikarang sendiri.
Misalnya “saya nikahkan kamu dengan putriku Nazwa” dan calon suami
menjawab “Saya bersedia menikahi Nazwa” Kata kata ini tidak sah dalam
pernikahan.
• Ijab harus diucapkan oleh wali nikah yaitu bapak dari calon pengantin wanita
atau yang diwakilkan jika bapaknya sudah meninggal.
• Ijab tidak boleh dikaitkan dalam batas waktu tertentu atau nikah mut’ah (kawin
kontrak). Sudah jelas bahwa nikah mut’ah atau kawin kontrak haram hukumnya.
• Ijab tidak boleh memiliki persyaratan ketika ijab dilafazkan. Misalnya “saya
nikahkan kamu dengan putriku jika kamu menjadi seorang direktur hari ini”. Dan
qobul pun tidak boleh mengucapkan hal yang demikian misalnya “saya bersedia
menikahinya asalkan mengangkatku menjadi seorang pengusaha”.
Syarat Qobul Nikah
• Perkataan qobul harus sesuai dengan ucapan ijab. Seperti ‘saya nikahkan dan kawinkan …
Dengan … Binti … Dengan mas kawin … Tunai’. Qabul harus menjawab ‘saya terima nikah
dan kawinnya … Binti … Dengan mas kawin … Tunai’.
• Kata yang diucapkan tidak boleh mengandung kata kata sindiran.
• Diucapkan oleh calon pengantin pria. Jika calon suami tidak bisa berbicara boleh diwakilkan.
• Tidak boleh dikaitkan pada waktu tertentu (nikah mut’ah)
• Tidak memiliki persyaratan pada saat qobul diucapkan, seperti contoh pada ijab nikah.
• Harus menyebutkan nama calon istrinya dengan binti siapa saat qobul diucapkan.

Anda mungkin juga menyukai