Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok :

1. Aisah Erviana (182500012)


2. Diajeng Amelia.P. (182500015)
 Pengertian Limbah :
• Limbah adalah bahan sisa yang merupakan
hasil sampingan dari suatu proses produksi, Klasifikasi limbah menurut
baik pada skala rumah tangga, industri, bentuknya:
pertambangan, dan sebagainya. Limbah pada
dasarnya adalah bahan yang terbuang atau
dibuang dari aktivitas manusia maupun proses
alam yang tidak atau belum mempunyai nilai
ekonomi, bahkan mungkin memiliki nilai Limbah Limbah gas
padat (udara)
ekonomi negatif. Sementara limbah B3,
menurut BAPEDAL (1995), merupakan setiap
bahan sisa (limbah) dari suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya Limbah cair
dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, (termasuk di
dalamnya air
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta limbah)
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
 Pengolahan Limbah Cair/Air Limbah :

• Air limbah berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, dan
rembesan. Air ini mengandung DOM tinggi yang akan menyebabkan
eutrofikasi dan deoksigenasi sungai. Selain itu, limbah ini juga mungkin
mengandung senyawa beracun dan organisme patogen. Untuk
menghilangkan atau meminimalisasikan kandungan limbah sebelum
dibuang/dilepaskan ke lingkungan, maka dibutuhkan pengolahan dan
perlakuan (treatment) terhadap limbah agar tidak membahayakan mahkluk
hidup maupun lingkungan. Ada 3 tahap perlakuan : primer, sekunder, dan
tersier.
1. Pengolahan Primer: merupakan pemisahan fisik bahan organik
tersuspensi (padatan) dalam bak pengendapan untuk mengurangi kebutuhan
oksigen biologis (BOD). Pemisahan fisik limbah pada sistem primer diawali
saat air limbah melewati jeruji untuk memisahkan
partikel-partikel besar, kemudian memasuki
saringan untuk menyaring partikel yang lebih kecil dan
tangki grit untuk menyingkirkan pasir dan kerikil.
2. Pengolahan Sekunder: Pada tahap ini, terjadi degradasi limbah oleh
mikroba untuk mengurangi kandungan senyawa organik. Bahan organik dan
nutrisi berkurang akibat aktivitas mikroba hingga 95% sehingga limbah aman
untuk dialirkan masuk ke sungai. Perlakuan ini dapat dibagi menjadi proses
pengolahan anoksik atau oksik.
 Pengolahan Anoksik (Anaerobik):
Pengolahan anoksik adalah serangkaian
reaksi kompleks pencernaan dan fermentasi
oleh campuran bakteri yang dapat menghapus
95% BOD, merupakan pilihan jika ada banyak
materi terlarut, selulosa, dan limbah industry
pada limbah yang diolah. Degradasi dilakukan
dalam tangki besar yaitu tangki pengolahan
lumpur atau bioreaktor. Komponen molekul
dicerna dan difermentasi menjadi bentuk FA, H2, CO2. Komponen ini merupakan
substrat untuk bakteri metanogen untuk membuat metana. Produk utamanya adalah
metana dan CO2, yang dapat digunakan ataupun dibakar.
 Pengolahan Oksik (Aerobik):
Proses dekomposisi oksis atau aerobik ada beberapa macam. Tetesan filter
dan lumpur aktif adalah yang paling umum. Filter berupa lapisan batuan berukuran
2 m. Limbah disemprotkan pada bagian atas lapisan tersebut dan perlahan
melewati saringan batu, bahan organik terserap ke dalam batu dan terjadi
pertumbuhan mikroba sehingga mineralisasi lengkap bahan organik terjadi.
Adapun proses pengolahan limbah lainnya adalah dengan kolam oksidasi, dan
merupakan pengolahan yang sangat sederhana, dapat digunakan di daerah
pedesaan, dan sangat cocok untuk daerah tropis. Kolam ini membutuhkan area
yang cukup luas dengan kedalaman kurang dari 3m sehingga memungkinkan
cahaya untuk menembus masuk. Bakteri heterotrofik mendegradasi bahan organik.
Ganggang (cyanobacteria) berkembang dan memproduksi oksigen, dan
memungkinkan pertumbuhan heterotrofik lanjutan. Proses ini menimbulkan bau
lebih dari seminggu.
3. Pengolahan Tersier : merupakan perlakuan yang
lengkap, namun tidak selalu dibutuhkan dan biayanya sangat
mahal sehingga jarang digunakan. Pengolahan ini bertujuan
untuk menghilangkan sisa senyawa organik dan mineral.
Pengolahan ini digunakan jika air dilepaskan di suatu
lingkungan yang rentan (lahan basah) atau sumber air
minum. Pengolahan tersier diperlukan untuk
menghilangkan nitrat dan fosfat, dan mengarah ke
eutrofikasi. Bedeng alang-alang (lahan basah buatan) dapat
digunakan untuk menghilangkan kandungan ini.
 Bioremediasi oleh Mikroorganisme

Tujuan Bioremediasi
yaitu :

B. Menciptakan kondisi
A. Menstimulasi lngkunngan yang sesuai untu
pertumbuhan mikroba baik meningkatkan intensitas
kontak langsung antara
yang indegenus maupun mikroba dengan senyawa
non indegenus. kontaminan di lingkungan.
 Metode Bioremediasi Limbah Cair Oleh Mikroorganisme

 Teknologi remediasi ini diterapkan untuk


melenyapkan bahan pencemar kontaminasi
perairan denga menggunakan SBR (sequencing
bath reactor) Metodenya dilakukan dengan
menambahkan bahan pencemar ke dalam suatu
bioreaktor tunggal yang telah berisi medium cair
untuk pertumbuhan mikroba. Kultur mikroba
yang digunakan adalah kultur campur. Proses
degradasi bahan pencemar berlangsung secara
suksesi hingga satu siklus degradasi lengkap
selesai.
1. Sederhana kinerja
dan pengoperasiannya.
 Kelebihan metode SBR

2. Sistemnya
memungkinkan digunakan
untuk reaksi aerobik
maupun anaerobik .

2. Waktu keberadaan
mikroba di dalam bioreaktor
dapat dipertahankan sesuai
dengan lamanya proses
degradasi influen.
 Kesimpulan
Keberhasilan bioremediasi lingkungan dari limbah
pencemar bergantung pada keberhasilan mikroba
dalam mendegradasi senyawa pencemar.
Pengetahuan tentang keanekaragaman jenis
mikroba di lingkungan, kemampuannya dalam
mendegradasi senyawa pencemar, faktor yang
menjamin aktivitasnya dalam mendegradasi bahan
pencemar, deteksi keberadaannya di lingkungan
secara cepat dan akurat amat dibutuhkan untuk
menyempurnakan upaya bioremediasi sebagai
salah satu metode alternatif pemulihan kualitas
lingkungan dari limbah pencemar.
Daftar Pustaka
• UNIVERSITAS_INDONESIA_MATA_KULIAH
_MIKROB.pdf
• https://www.academia.edu/36001389/Makalah
_Mikrobiologi_Terapan_Tenatang_Mikroba_Li
ngkungan_Ekstrim

Anda mungkin juga menyukai