Bed Site Teaching
Bed Site Teaching
N OV I A G I A N A N U R J A N A H
12100118611
P R E S E P TO R
W E D I I S K A N D A R , D R . , S PA
B U R H A N , D R . , S PA
B A G I A N I L M U K E S E H AT A N A N A K
RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
F A K U LT A S K E D O K T E R A N U N I S B A
2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. F
• Usia : 6 tahun 10 bulan
• JK : Perempuan
• Alamat : Jalan Jupiter
• BB : 17 Kg
• TB : 110 cm
• Tanggal pemeriksaan : 12 Juni 2019
IDENTITAS ORANGTUA
I BU AYA H
Orangtua pasien menyangkal keluhan panas badan disertai ruam merah dengan bentol
berisi cairan dan gatal pada kulit kepala, wajah, leher, dan seluruh tubuh. Orangtua pasien
menyangkal keluhan panas badan disertai nyeri sendi yang berat dan menetap selama
berbulan bulan. Orangtua pasien menyangkal keluhan panas badan disertai bintik
kemerahan yang berawal dari belakang telinga lalu menyebar keseluruh tubuh, mata
menjadi merah dan hidung meler. Orangtua pasien menyangkal keluhan panas badan
disertai benjolan pada leher, nyeri tenggorokan , nyeri sendi dan mata merah. Orangtua
pasien menyangkal keluhan panas badan disertai mual muntah, nyeri di bagian atas perut.
KOMPLIKASI
Keluhan ini pertama kali dialami oleh pasien. Sebelumnya pasien belum pernah
didiagnosis apapun oleh dokter.
ANAMNESIS
Riwayat Keluarga
Kesimpulan
Ibu pasien mengatakan bahwa ada tidak keterlambatan
baik sosial, berbicara dan motorik pada anaknya
1 Hari
Teman dan SMRS
keluarga dgn - Tidak ada
Keluhan yang
sama panas badan Ke Rumah Sakit
3 Hari
7 Hari Hari ke-2
SMRS
SMRS di RS
Panas badan
(tiba-tiba, Mimisan, bercak kemerahan Hari
Lemah, letih, lesu tinggi, Di lengan dan kaki.
Pemeriksaan
terus- BST
Sakit Kepala menerus)
Nafsu makan menurun Panas Badan
Nyeri Perut
PEMERIKSA AN
FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 82 kali/menit regular, equal,
isi cukup.
Suhu : 36,6oC
Pernapasan : 20 kali/menit
Antropometri :
BB : 17 kg
TB : 110 cm
Status Gizi :
BB/U : -1 s/d -2 SD normal
TB/U : -1 s/d -2 SD normal
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• Bentuk : normocephal
• Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
• Rambut : hitam halus, distribusi normal
• Mata : edema palpebrae (-), konjungtiva anemis -/-, sclera putih +/+, pupil bulat
isokor, reflex cahaya +/+, injeksi konjungtiva (-/-)
• Telinga : lokasi normal, simetris, bentuk normal, sekret (-)
• Hidung : lokasi normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-),
blood clot (+)
• Mulut :
• Bibir : sianosis perioral (-)
• Mukosa : lembab, basah
• Lidah : normoglosia
• Palatum : tidak ada kelainan
• Faring : (-) kemerahan
• Tonsil : T1/T1
PEMERIKSAAN FISIK
• Leher
– JVP : tidak meningkat
– KGB : teraba membesar pada submental kiri
– Kel. Tiroid: tidak ada pembesaran
• Thoraks
Paru-paru:
– Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris, retraksi intercostal (-)
– Palpasi : gerakan simetris, sela iga tidak melebar.
– Perkusi : sonor, batas paru hepar ICS V, peranjakan 1 sela iga
– Auskultasi:
Kanan Kiri
anterior VBS + VBS +
R=L R=L
posterior VBS + VBS +
R=L R=L
–
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) slam (-/-)
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis pada ICS V, tidak kuat angkat
• Perkusi : Batas jantung normal
• Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 murni regular, murmur (-), Gallop
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen
– Inspeksi : datar, massa abdomen (-), retraksi epigastrik (-)
– Auskultasi : bising usus (+) normal
– Palpasi : lembut, turgor kembali cepat, NT epigastrium (+), ascites (-)
– Hepar tidak teraba
– Spleen tidak teraba
– Perkusi : timpani
– Ketok CVA : (-/-)
• Genita dan Anus : tidak ada hiperemis, lesi
• Ekstremitas
– Bentuk normal
– Sianosis perifer (-)
– Akral hangat
– CRT < 2 detik
– Ruam merah
– Petekie (+)
– Tes tourniquet (+)
PEMERIKSAAN FISIK
Neurologis:
Refleks fisiologis
• Tanda rangsang meningens: Biceps tendon reflex : +/+
– Kaku kuduk (-) Triceps tendon reflex : +/+
– Burdzinski I, II, III : (-) Knee- patellar reflex : +/+
• Pasien DD yg tdk memiliki komordibitas (pasien dengan thalassemi, sindrom nefrotik, HIV AIDS, risiko asma
bronkial) dan indikasi sosial rawat jalan
• Dengan diberikan:
simtomatik antipiretik
Paracetamol 10-15mg/kgBB/dosis dapat diulang 4-6 jam bila demam
• Edukasi:
- Upaya menurunkan panas dengan Metode fisik seperti kompres, diperbolehkan.
Anak dianjurkan cukup minum
Tanda kecukupan cairan adalah diuresis setiap 4-6jam.
- Kembali kontrol 2-3hari untuk evaluasi lebih lanjut. Ditemukan penyulit seperti dehidrasi akibat asupan yang
kurang, muntah, perdarahan hebat
TATALAKSANA RAWAT INAP
• Pengobatan DBD bersifat simptomatis dan suportif. Berupa penggantian cairan sebagai pokok
utama tatalaksana DBD.
• Pada DBD sudah terjadi kebocoran plasma yg apabila banyak makan akan menimbulkan syok
hipovolemi DSS yang mortalitasnya tinggi.
• Pemeriksaan nilai Ht merupakan indikator yg sensitif untuk mendeteksi derajat perembesan
plasma. Perembesan plasma bersifat sementara sehingga pemberian cairan yg banyak dan waktu
yg lama dapat menimbulkan kelebihan cairan
• Diberikan terapi simtomatis antipiretik
1. TERAPI CAIRAN
Indikasi
1. when the patient cannot have adequate oral fluid intake or is vomiting.
2. when HCT continues to rise 10%–20%
3. impending shock/shock
Jenis cairan
- Cairan kristaloid isotonik
- Dalam keadaan normal setelah 1jam pemberian cairan hipotonis, hanya 1/12 volume yg bertahan dlm ruang
intravaskular sdgkan cairan isotonis ¼ volume dapat bertahan, sisanya terdistribusi ke intraselular dan ekstraselular.
- Permeabilitas yg meningkat volum cairan yg bertahan akan semakin berkurang sehingga lebih mudah terjadi kelebihan
cairan pada pemberian cairan hipotonis
- Cairan koloid hiperonkotik (osm >300 mOsm/L) contoh: dextran, HES dapat bertahan lebih lama di intravaskular
namun memiliki efek samping seperti alergi, gg. Fungsi koagulasi, gg. Fungsi ginjal. Dapat diberikan pada:
1. Plasma leakage masif, Ht makin meningkat/tetap tinggi
2. Keadaaan syok yg tidak berhasil dgn pemberian cairan kristaloid ke-2
PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN
PADA PASIEN DHF
- Kristaloid isotonik mulai diberikan pada fase kritikal kecuali bayi <6bulan, hanya boleh diberikan
0.45% sodium chloride
- Cairan koloid Hyperoncotic dengan osmolaritas >300mOsm/l seperti dextran 40 • dapat
diberikan pada pasien dengan massive plasma leakage dan tidak berespon dengan, crystalloid
- Durasi intravenous fluid therapy tidak boleh melebihi 24 - 48 jam (untuk pasien dengan plasma
leakage)
- Durasi intravenous fluid therapy untuk pasien dengan shock selama 60 – 72 jam atau lebih.
Jumlah cairan
- Sesuai BB, kondisi klinis dan hasil Lab
- Pada pasien DBD terjadi kebocoran plasma >20% oleh karena itu jumlah cairan yg diberikan
diperkirakan sebesar kebutuhan rumatan (maintenance) ditambah dgn perkiraan defisit
cairan 5% sehingga mencapai volume yg adekuat dalam intravaskular dan sirkulasi.
- Pemberian cairan dihentikan apabila keadaan umum stabil. Pd umumnya setelah 24-48jam maka
keadaan anak akan stabil.
- Apabila Ht meningkat jumlah cairan harus dinaikan dan bila menurun jumlah cairan dikurangi
- Contoh:
Anak BB 20kg, maka kebutuhan cairan 2.500ml/24jam dengan kecepatan 5ml/kgBB/jam
3. ANTIPIRETIK
• Parasetamol 10-15mg/kgBB/kali
• Maximum dose 500mg PO q 4 hr
WHO
• Keep body temperature below 39 °C. If the temperature goes beyond 39 °C, give the • patient
paracetamol. Paracetamol is available in 325 mg or 500 mg doses in tablet form or in a
concentration of 120 mg per 5 ml of syrup. The recommended dose is 10 mg/kg/dose and
should be administered in frequencies of not less than six hours. The maximum dose for adults
is 4 gm/day. Avoid using too much paracetamol
3. NUTRISI
- Apabila pasien masih bisa minum, dianjurkan minum yang cukup, terutama cairan elektrolit.
TATALAKSANA DSS
• Syok terjadi akibat perembesan plasma. Fase awal berupa syok terkompensas dan fase
selanjutnya dekompensasi.
• Diagnosis dini syok terkompensasi disertai dengan pengobatan yg cepat dan tepat, prognosisnya
sangat baik.
• Prinsip utama tatalaksana DSS: pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yg adekuat.
DENGUE SHOCK SYNDROME
• Tachycardia • Prolonged
Decom • Severe metabolic
• Diastolic hypotension acidosis
Compensa pensated Profound
increased without • Hypoxia
shock shock • Multi organ failure
ted shock increased of
systolic
Without prompt & good treatment, patient will die in hours (“tsunami storm”)
Hadinegoro. Tata laksana infeksi dengue.
Semarang, 2014
COMPENSATED DENGUE SHOCK SYNDROME
• Give oxygen 2–4 L/minute
• Check hematocrit
•Crystalloid RL/RA 10–20 mL/kg.BW within 60 minutes
IVFD 10 mL/kg.BW, 1–2 hours Check Ht, blood gas, blood glucose,
calcium, bleeding (ABCS)
Correction soon for acidosis,
Stabile, hypoglycemia, hypocalcaemia
Decreased IVFD gradually
7, 5, 3 , and 1.5 mL/kg.BW/hour Ht increased Ht decreased
IVFD 10 ml/kg.BW, 1–2 hours Evaluated Ht, blood gas, blood glucose,
calcium, bleeding (ABCS)
Correction soon for acidosis,
Stabile, hypoglycemia, hypocalcaemia
Decreased IVFD gradually
7, 5, 3 , and 1.5 mL/kg.BW/hour Ht increased Ht decreased
Monitoring Pasien
1. Tanda vital setiap 4 jam
2. urin output setiap 4-6 jam
3. Hematokrit dan Trombosit setiap 12 jam.
RS Al Islam
Bandung, Jawa Barat
Dokter : dr. Novia
019/DU/2021
Bagian : Anak
----------------------------------------------------
Bandung, 15 Juni 2019
R/ Paracetamol syr 120mg/5ml fls No.I
S 3 dd c.orig II p.c
---------------------------------------NGN
R/ Ringer lactate 500 cc No V
Infusion set No.I
IV catheter 18 gauge No.I
S imm
--------------------------------------- NGN
• Ad vitam : ad bonam
• Ad functionam : ad bonam
• Ad sanationam : ad bonam
Source: Comprehensive guideline for prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever.
Revised and expanded edition. Regional office for South-East Asia, New Delhi,
India 2011.
DIAGNOSIS KLINIS
INFEKSI DENGUE
NATIONAL GUIDELINES, ADOPTED WHO 2011
Subnormal
temperatur
IgM/IgG
Viremia
Perubahan laboratorium
Platelet
IgM/IgG
Viremia
Potential
Dehydration Reabsorption
clinical issues Fluid overload
Syok
2. Oral intake
3. Urine output Perdarahan
Capillary permeability
Organ Impairment
Perubahan laboratorium
Platelet
IgM/IgG
Viremia
• Tachycardia • Prolonged
Decom • Severe metabolic
• Diastolic hypotension acidosis
Compensa pensated Profound
increased without • Hypoxia
shock shock • Multi organ failure
ted shock increased of
systolic
Without prompt & good treatment, patient will die in hours (“tsunami storm”)
Hadinegoro. Tata laksana infeksi dengue.
Semarang, 2014
Diagnosis Banding pada Critical Phase
• Leukemia akut
• Keganasan lain
Keganasan
Infeksi Lain-lain
• Metabolic acidosis
• Severe bleeding (DIC)
Metabolic/electrolyte
• Multi-organ failure (hepatic & renal
dysfunction)
disturbance
• hypoglycemia Unusual
• hyponatremia manifestations,
• hypocalcemia e.g. encephalopathy
• hyperglycemia
• Recurrent shock
Complications of • Prolonged shock
severe profound • Fluid overload
shock • Severe hemorrhages
Expanded Dengue
Syndrome (unusual
or atypical
manifestations)
• Uncommon
Unusual • Neurological signs (encephalopathy):
manifestations convulsions, changes in consciousness,
transient paresis
• Hepatic, renal, heart
• Co-morbidity
• Underlying disease: DM, asthma, etc
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
INFEKSI DENGUE
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
INFEKSI DENGUE
• Parameter hematologi
• Isolasi virus
• Deteksi antigen virus
• Deteksi respons imun/tes serologi antidengue
• Primer infection
IgM detected earlier than IgG or in the beginning of infection no IgG was detected
• Secondary infection
IgG detected at the beginning of infection; IgM titer sec infection <IgM primary infection
1. DETEKSI ANTIGEN DENV
• Pemeriksaan NS1 antigen virus dengue (glikoprotein yang diproduksi oleh flavivirus yg penting
bagi dlm replikasi virus)
• NS1 dapat dideteksi sejalan dengan viremia yg sejak hari pertama demam dan kemudian
menurun.
• Sensitivitas tinggi pada hari ke 1-2 deam
2. DETEKSI RESPON IMUN SERUM
S – Blood sugar Blood sugar Most severe cases have poor appetite and vomiting.
(dextrostix) Those with liver dysfunction hypoglycemia. Some cases may
have hyperglycemia.
Note: profound shock or have complications, and cases with no clinical improvement
TATA LAKSANA INFEKSI DENGUE
TRIAGE SYSTEM
Patient with fever 2–7
days, to differentiate
whose patient has TRIAGE
warning signs
• Identifikasi faktor risiko penyakit yang berat: bayi, kondisi co-morbid, misal
chronic hemolytic diseases, obesitas, life-style diseases, kehamilan, usia tua
Warning signs
• No clinical improvement at afebrile phase • Bleeding tendency: epistaxis, black stool, hematemesis,
• Refused oral intake menorrhagia, black color urine (haemoglobinuria) or hematuria
• Recurrent vomiting • Giddiness
• Severe abdominal pain • Pale, cold extrimities
• Lethargy, change of behavior • Decreased diuresis within 4–6 hours
No Yes
3. Tidak ada syok dan tidak ada warning signs, TETAPI “tidak
mampu minum cukup untuk mengeluarkan urine yang cukup”
selama critical phase
Kapan Memulai dan Menyetop Terapi Cairan Intravena
Febrile phase
Batasi IV fluids (saran cairan oral)
Early IV therapy dapat menyebabkan overload cairan terutama dengan non-
isotonic IV fluid
Critical phase
Cairan IV biasanya dibutuhkan untuk 24–48 jam
Catatan: untuk pasien dengan syok, terapi IV seharusnya <48 jam
Recovery phase
Cairan IV seharusnya disetop dengan demikian cairan extravasated dapat
direabsorbsi
TATA LAKSANA CAIRAN PADA INFEKSI DENGUE
IVFD 10 mL/kg.BW, 1–2 hours Check Ht, blood gas, blood glucose,
calcium, bleeding (ABCS)
Correction soon for acidosis,
Stabile, hypoglycemia, hypocalcaemia
Decreased IVFD gradually
7, 5, 3 , and 1.5 mL/kg.BW/hour Ht increased Ht decreased
IVFD 10 ml/kg.BW, 1–2 hours Evaluated Ht, blood gas, blood glucose,
calcium, bleeding (ABCS)
Correction soon for acidosis,
Stabile, hypoglycemia, hypocalcaemia
Decreased IVFD gradually
7, 5, 3 , and 1.5 mL/kg.BW/hour Ht increased Ht decreased
Anak
Compensated shock: 10 to 20 mL/kgBB berakhir 1 jam
Decompensated shock: 20 mL/kgBB berakhir 15–30 menit
Dinyatakan oleh:
Perbaikan tanda-tanda hemodinamik
Peninggian output urine
Intake cairan oral cukup. Hematokrit menurun di bawah nilai baseline pada
pasien yang stabil
Lum L. Dengue symposium, Bangkok 2014;WHO 2011
Kapan Cairan Intravenus Disetop?
Plasma leakage adalah self-limiting
Pasti disetop:
1. Gambaran intravascular compartment overload
a. Edema palpebra
b. Bernapas sulit, edema paru
c. Hipertensi dengan volume nadi baik
2. 48 jam sesudah defervescence
1 Dung NM, Day NP, Tam DT. Clin Infect Dis. 1999;29:787–94; 2 Ngo NT, Cao XT, Kneen R. Clin Infect Dis. 2001;32:204–13. 3 Wills BA et al. N
Engl J Med. 2005;353:877–89.
PEARLS: HOW TO RECOGNIZE SEVERE BLEEDING
Remember that clinical signs come as a “package”. Mostly likely, more than one of the
above will be observed.
Group and CROSS MATCH for all dengue SHOCK (esp Decompensated) patients at admission
Lum L. Dengue symposium, Bangkok 2014
TERAPI EMERGENSI
KOMPLIKASI PERDARAHAN
Pasien Significant
obesitas bleeding
Grup
bayi, usia tua risiko Ensefalopati
tinggi