Anda di halaman 1dari 99

PERDARAHAN

KEHAMILAN
TRIMESTER III
PENGERTIAN
Perdarahan pada kehamilan Trimester III
merupakan perdarahan yang terjadi pada ibu
hamil dengan perdarahan antepartum dan
terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.
(Mochtar, R, 1998)
KLASIFIKASI PERDARAHAN
ANTEPARTUM
1. Kelainan implantasi plasenta
 PLASENTA PREVIA
 PLASENTA LETAK RENDAH

2. Kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput amnion VASA
PREVIA

3. SOLUSIO PLASENTA
KELAINAN IMPLANTASI
PLASENTA
PLASENTA PREVIA

prae= di depan
vias = jalan
Jadi maksudnya adalah placenta yang implantasinya tidak normal ( rendah sekali )
hingga menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir (ostium internum)
Klasifikasi plasenta previa

 Placenta previa totalis: seluruh ostium


internum tertutup
 Placenta previa lateralis: hanya
sebagian dari ostium tertutup
 Placenta previa marginalis: hanya pada
pinggir ostium terdapat jaringan
placenta
 Plasenta letak rendah : bila plasenta
berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Gejala Plasenta Previa :
 Perdarahan tanpa nyeri
 Perdarahan berulang-ulang sebelum partus
 Perdarahan keluar banyak
 Darah berwarna merah segar
 Bagian depan tinggi
 Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan placenta.
 Robekan selaput marginal
Penatalaksanaan:
1. Konservatif bila :
Kehamilan kurang 37 minggu.
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam
batas normal).
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat
menempuh perjalanan selama 15 menit).
2. Penanganan aktif bila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Anak mati
VASA PREVIA
Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi
dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban.

Penyebab vasa previa belum jelas.


Diagnosis:
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput
ketuban.
Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut
jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi,
khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah
selaput ketuban pecah.
Penatalaksanaan :
 Tergantung pada status janin.
Bila ada keraguan tentang maturitas janintentukan lebih dahulu
umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan
kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi.
 Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar
segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan
persalinan pervaginam.
VASA PREVIA PLASENTA NORMAL
SOLUSIO PLASENTA
Solutio placenta adalah pelepasan

placenta sebelum waktunya.
 Solusio plasenta  pelepasan sebagian
atau seluruh placenta yang normal
implantasinya antara minggu ke22
sampai lahirnya anak.
Klasifikasi solusio plasenta:
 Solutio placenta dengan
perdarahan keluar
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi
(haematoma retroplacenta)
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi dan
keluar
Gejala solusio plasenta
 Perdarahan disertai nyeri.
 Perdarahan hanya keluar sedikit
 Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan adanya nyeri tekan.
 Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
 Rahim keras seperti papan.
 Anemi dan syock, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.
 Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus karena isi rahim
bertambah.
 Darah berwarna merah tua/kehitaman.
 Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain verteks
 Malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai
titik referensi
 Tulang Panggul :
1. Gynecoid
2. Android
3. Anthropoid
4. Platypelloid
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Umum Obstetri

Keadaan umum Inspeksi


Kesadaran Palpasi (leopold)
Tanda-tanda vital perkusi
 Pelvimetri radiologik : akhir trisemester 3, untuk perhitungan jalan lahir.
 Ultrasonografi (USG)
1. Presentasi dahi
2. Presentasi muka
3. Presentasi majemuk
4. Presentasi bokong
5. Kelainan letak lintang
 Presentasi dahi terjadi manakala kepala janin dalam sikap ekstensi sedang.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada di antara ubun-
ubun besar dan pangkal hidung
 Diagnosis presentasi dahi dapat ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat
diraba pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis, dan ubun-ubun besar,
tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut janin.
 Mekanisme persalinan : Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk
kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala, presentasi muka,
atau tetap presentasi dahi.
 Apabila presentasi dahi yang menetap dibiarkan berlanjut, maka akan terjadi
molase yang hebat sehingga diameter oksipitomental akan berkurang dan terbentuk
caput succedaneum didaerah dahi.
 Saat lahir melalui pintu bawah panggul, kepala akan fleksi sehingga lahirkan dahi,
sinsiput, dan oksiput. Proses selanjutnya terjadi ekstensi sehingga lahirkan wajah.
 Presentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput
mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya.
 Faktor predisposisi : malformasi janin, BBL < 1500gr, polihidramnion, postmaturitas,
multiparitas.
 Diagnosis presentasi muka ditegakkan apabila pada pemeriksaan vaginal dapat
diraba mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. Penunjuk presentasi muka adalah dagu.
Pada palpasi abdomen kadang-kadang dapat diraba tonjolan kepala janin didekat
punggung janin
 Mekanisme persalinan : presentasi muka serupa dengan persalinan presentasi
belakang kepala. Secara berurutan akan terjadi proses kepala mengalami penurunan
(descent), rotasi internal, fleksi, ekstensi, dan rotasi eksternal.
 Posisi dagu di anterior adalah syarat yang harus dipenuhi apabila janin presentasi
muka hendak dilahirkan vaginal.
 Presentasi majemuk adalah terjadinya prolaps satu atau lebih ekstremitas pada
presentasi kepala ataupun bokong.
 Faktor predisposisi : prematurasitas, multiparitas, panggul sempit, kehamilan
ganda, pecahnya selaput ketuban dengan bagian terendah janin yang masih tinggi.
 Diagnosis : Apabila pada presentasi kepala teraba juga tangan/lengan dan/atau kaki
atau apabila pada presentasi bokong teraba juga tangan/lengan, maka diagnosis
presentasi majemuk dapat ditegakkan.
 Mekanisme persalinan : Kelahiran spontan pada persalinan dengan presentasi
majemuk hanya dapat terjadi apabila janinya sangat kecil atau apabila janin mati
yang sudah mengalami maserasi.
 Penanganan : Dorong ekstremitas yang prolaps kearah kranial, tahan hingga timbul
his yang akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul. Seiring dengan
turunnya bagian terendah janin, jari penolong dikeluarkan perlahan-lahan.
Keberhasilan upaya ini ditunjukkan dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang
prolaps.
 Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Atau dengan kepala difundus uteri dan
bokong dibagian bawah cavum uteri.
 Macam presentasi bokong:
1. Presentasi Bokong murni
2. Presentasi Bokong Kaki / bokong sempurna
3. Presentasi lutut
4. Presentasi kaki
 Presentasi bokong murni (frank breech presentation)
Bagian terbawah adalah bokong saja, sendi paha dan sendi lutut dalam keadaan
ekstensi. Presentasi bokong murni adalah yang tersering pada presentasi bokong
 Presentasi Bokong Kaki (Complete breech presentation)
Bagian Terbawah adalah bokong, dengan kaki disampingnya, sendi paha dan sendi
lutut dalam keadaan ekstensi.
- Presentasi bokong kaki sempurna : bagian terbawah ada bokong dan dua kaki
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna : bagian terbawah ada bokong dan satu kaki
 Presentasi lutut
Bagian terbawah adalah lutut
 Terbagi lagi menjadi 2:
- Presentasi lutut sempurna : bagian terbawah adalah kedua lutut
- Presentasi lutut tidak sempurna : bagian terbawah hanya ada satu lutut
 Presentasi Kaki
Bagian terbawah adalah kaki
 Terbagi lagi menjadi 2:
- Presentasi kaki sempurna : bagian terbawah adalah kedua kaki
- Presentasi kaki tidak sempurna : bagian terbawah hanya ada satu kaki
 Faktor Predisposisi
 Faktor Ibu: kelainan bentuk rahim, multiparitas, riwayat presentasi sungsang,
panggul sempit, bentuk panggul platiloid/ android.
 Faktor Janin: prematuritas, malformasi congenital, polihidramnion,
oligohidramnion, kehamilan multiple hamil kembar, plasenta previa, implantasi di
daerah kornu
Penolongan persalinan
spontan secara bracht :
 Persalinan pada presentasi bokong
1. Setelah tali pusat lahir,
1. Persalinan spontan Bracht dan dikendorkan, bokong
dipegang dengan kedua
tangan secara femuro
pelvik
2. Dengan pelan-pelan,
tidak menarik, bokong
dituntun ke arah perut
ibu
3. Setelah subocciput ada
dibawah simfisis, badan
janin diputar pada perut
2. Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan spontan tidak berhasil, atau jika scapula
inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan sebanyaki 2-3 kali.
 Fase Persalinan pada ekstraksi parsial :
1. Fase Lambat (bokong sampai umbilicus -> kendorkan tali pusat)
2. Fase cepat (lahir umbilicus – mulut, maks 8 menit)
3. Fase lambat (lahir mulut – hidung, dahi, dan seluruh kepala)
 Ektrasksi parsial dapat dilakukan dengan tiga cara :
1. Cara klasik (prinsip : melahirkan bahu belakang terlebih dahulu)
2. Cara muller (prinsip : melahirkan bahu depan terlebih dahulu)
3. Cara Lovset ( prinsip : melahirkan bahu depan dengan cara memutar badan janin
180 derajat, kemudian setelah bahu depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah
berlawanan untuk melahirkan bahu belakang)
 Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada
sumbu panjang ibu.
 Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka juga disebut presentasi
bahu atau presentasi akromion.
 Jika punggung terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan jika dibelakang
disebut dorsoposterior.
1. Posisi oksiput posterior
 Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke depan
dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan.
 Kadang-kadang UUK tidak berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang
disebut POSITIO OCIPUT POSTERIOR.
Etiologi
 Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
 Letak punggung janin dorsoposterior
 Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
 Perut gantung
 Janin kecil atau janin mati
 Arkus pubis sangat luas
 Panggul sempit
Diagnosis
 Pemeriksaan abdomen, Bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba
anterior
 Auskultasi, DJJ terdengar disamping
 Pemeriksaan vagina, Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior dengan
mudah teraba jika kepala dalam keadaan defleksi.
Penanganan :
 Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ lebih dari 180 atau kurang dari 100
pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
 Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban dengan pengait amnion atau klem kocher.
 Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda abstruksi, akselerasi
persalinan dengan desitoksin.
 Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran
periksa kemungkinan adanya obstruksi. Jika tidak ada obstruksi, akselerasi
persalinan dengan aksitoksin.
 Tujuan
 Definisi fetal distress
 Pengawasan janin dalam persalinan
 Auskultasi
 Guideline
 Resusitasi intrauterin
FETAL DISTRESS
adalah
BRADIKARDIA JANIN PERSISTEN
yang bila tidak diperbaiki
akan menimbulkan
DEKOMPENSASI RESPON FISIOLOGIS
dan menyebabkan
KERUSAKAN PERMANEN SSP DAN ORGAN LAIN
SERTA KEMATIAN
 Etiologi fetal distress- Ibu
 penurunan kemampuan membawa oksigen
ibu
 Anemia yang signifikan
 penurunan aliran darah uterin
 posisi supine atau hipotensi lain,
preeklampsia
 kondisi ibu yang kronis
 hipertensi
 Etiologi – Faktor Uteroplasental
 Kontraksi uterus

 hiperstimulasi, solusio plasenta

 disfungsi uteroplasental
 infark plasental
 korioamnionitis
 disfungsi plasental ditandai oleh IUGR,
oligohidramnion
 Etiologi – Faktor Janin
 kompresi tali pusat
 oligohidramnion
 prolaps tali pusat
 puntiran tali pusat
 Penurunan kemampuan janin membawa
oksigen
 anemia berat
• misal : isoimunisasi, perdarahan feto-
maternal
 Kesejahteraan Janin dalam Persalinan
 Asfiksia intrapartum dan komplikasi:
 Skor Apgar 0-3 selama >/= 5 menit
 sekuele neurologis neonatal
 disfungsi multiorgan neonatal
 pH arteri tali pusat 7,0
 defisit basa arteri tali pusat >/= 16 mmol/L
FETAL DISTRESS
merupakan
ASFIKSIA JANIN PROGRESIF
Yang bila tidak diperbaiki atau dihindari
akan menimbulkan
DEKOMPENSASI RESPON FISIOLOGIS
dan menyebabkan
KERUSAKAN PERMANEN SSP DAN ORGAN LAIN
SERTA KEMATIAN
 Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah
ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban
pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida) atau sebelum 5 cm
(multigravida) (Hilal Ahmar, 2010).

 Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban


sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (Sarwono, 2008).

 Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture


of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tandatanda persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini
terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu
tidak terlalu banyak.
 Idiopatik
 Infeksi (bakterial vaginosis)
 Polihidramnion
 Cervical Incompeten
 Uterin abnormal
 Following cervical cerclage atau amniosintesis
 Trauma
 keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes
 Janin mudah diraba.
 tidak adanya his dalam satu jam
 nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta
perdarahan pervaginam sedikit (jrg terjadi)
 Tentukan pecahnya selaput ketuban,dg adax cairan ktuban di vagina
 Tentukan UK
 Tentukan ada tidaknya infeksi
 Tentukan tanda2 persalinan
Konfirmasi I
• Bau cairan ketuban yang khas.
• Jika keluarnya sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1
jam kemudian.
• Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
Konfirmasi II
Jika mungkin lakukan:
 Tes lakmus (tes nitrazin). Jika kertas lakmus merah
berubah jadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis).
Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
 Tes pakis. Dengan meneteskan cairan ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Permeriksaan mikroskopik
menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis.
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
# Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin:
• Ampisilin 4 x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per
oral 3 kali per hari selama 7 hari.
# Berikan kotikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan
paru janin:
• Betametason 12mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam,
• Atau deksmetason 6mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6 jam.
(catatan: Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi)
# Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
# Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan
preterm.
Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
# Jika ketuban telah pecah > 18jam, berikan antibiotika
profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi streptokokus grub
B:
• Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam,
• Atau penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6jam sampai
persalinan,
( Jika tidak ada infeksi paskapersalinan, hentikan
antibiotika)
# Nilai serviks:
• Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan
dengan oksitoksin,
• Jika serviks belum matang, matangkan dengan
prostaglandin dan infus oksitosin, atau lahirkan dengan
seksio sesarea.
 Frekuensi :
Hellin  1 : 89 (gemelli)
1 : 89² (triplet)
1 : 89³ (kuadruplet)
 Ras : negro >
 Umur : tua >
 Paritas : multi >
 Bangsa, hereditas, umur
 Obat klomid & hormon gonadotropin
 Dizigotik
 Hambatan fase pra blastula, pasca blastula
 Hambatan pra primitive streak & pasca primitive streak
1. Kehamilan kembar monozigotik
- Identik, homolog atau uniovuler
- 1/3 dari monozigotik
- Jenis kelamin sama
- 2 amnion, 2 korion & 2 plasenta (1/3)
- 1 plasenta, 1 korion & 1-2 amnion (2/3)
2. Kehamilan kembar dizigotik
- Heterolog, binovuler atau fraternal
- Jenis kelamin sama atau berbeda
- 2 plasenta, 2 korion & 2 amnion
Saat segmentasi Keadaan ketuban
0 -72 jam Diamniotik, dikorionik
4 – 8 hari Diamniotik, monokorionik
9 -12 hari Monoamniotik, monokorionik
13 - hari Monoamniotik, monokorionik
 kembar siam
Monozygotic twin pregnancy
Bi-chorial and bi-amniotic
Monozygotic twin pregnancy
Mono-chorial and bi-amniotic
Monozygotic twin pregnancy
Mono-chorial & mono-amniotic
Dyzygotic twin pregnancy
Bi-chorial and bi-amniotic.
 Berat badan janin kembar < janin tunggal
 partus prematurus
 Berat diantara ke 2 janin tidak sama
monozigotik dapat terjadi akardiakus dan sindrom transfusi fetal (hidramnion,
polisitemia, edema >< oligohidramnion, anemia, dehidrasi)
 Letak memanjang (kepala-kepala)
 Letak memanjang (kepala-bokong)
 Letak memanjang (bokong-bokong)
 Kombinasi kepala-bahu, bokong-bahu dan bahu-bahu (jarang)
1. Besar uterus > lamanya amenore
2. Uterus tumbuh lebih cepat
3. Penambahan berat badan ibu yang mencolok tidak disebabkan
edema / obesitas
4. Banyak bagian kecil teraba
5. Teraba 3 bagian besar janin
6. Teraba 2 balotemen
1. Teraba 2 kepala, 2 bokong & 1/2 punggung
2. Terdengar 2 denyut jantung yang berjauhan dengan perbedaan paling sedikit 10
3. Ultrasonografi (triwulan 1)
4. Rontgen foto abdomen
 Hidramnion
 tentukan dengan USG

 Kehamilan dengan mioma atau kistoma ovarii


Ibu Anak

Anemia Hidramnion
Hipertensi Malpresentasi
Partus prematurus Plasenta previa
Atonia uteri Solusio plasenta
Perdarahan postpartum Ketuban pecah dini
Prolapsus funikuli
PJT
Morbiditas & mortalitas ↑
 ANC ( frekuensi >>)
 Istirahat >>
 Cegah partus prematurus
 Preparat besi (sulfas ferrosus 3 x 100 mg)
 Diet kaya protein
 Resusitasi & perawatan bayi prematur
 Hindari sedative, lakukan episiotomi
 Persalinan bayi II  waspada
Tenggang waktu 5-15 menit
 Letak lintang bayi II  versi luar dan / versi ekstraksi
 Indikasi SC : Lintang bayi I, prolaps funikuli, plasenta previa,
bokong kepala (interlocking)
• Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau
lingkaran perut kurang atau sama dengan persentil 5 atau FL/AC >24
• Bayi PJT(pertumbuhan janin terhambat) atau IUGR (intrauterine
growth restriction) sering disamakan dengan bayi SGA(small for
gestational age)
• Dua per tiga PJTberasal dari kelompok kehamilan yang beresiko
tinggi, misalnya hipertensi, perdarahan antepartum, penderita
penyakit jantung, multiple pregnancy)
• Sepertiga lainnya berasal dari kelompok kehamilan tidak mempunyai
resiko.
• Penelitian di 4 pusat fetomaternal di Indonesia tahun 2004-2005
didapatkan 571 bayi SGAdalam 14.702 persalinan atau rata-rata
4,40%
• Simetris: ukuran badannya secara proporsional kecil  gangguan
pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu
 sering disebabkan oleh kelainan khromosome atau infeksi
• Asimetris: ukuran badannya tidak proporsional  gangguan
pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III sering
disebabkan oleh isufisiensi plasenta
• Maternal:
Hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung sianosis, DM,
hemoglobinopati, penyakit autoimun, malnutrisi, merokok, kelainan
uterus
• Plasenta dan tali pusat:
Kelainan plasenta, solusio plasenta khronik, plasenta previa, kelainan
insersi tali pusat, kelainan tali pusat,kembar
• Infeksi: HIV, Cytomegalovirus, rubella, herpes, toksoplasmosis,
syphilis.
• Kelainan kromosom/ genetik : anensephali
Faktor Resiko
• Faktor yang terdeteksi sebelum Terdeteksi selama kehamilan
kehamilan a) Peninggian MSAFP/hCG
a) Riwayat PJTsebelumnya b) Riwayat makan obat-obatan
b) Riwayat penyakit kronis tertentu (coumarin, hydantoin)
c) Riwayat APS(Antiphospholipid c) Perdarahan pervaginam
syndrome) d) Kelainan plasenta
d) Indeks masa tubuh yang rendah e) Partus prematurus
e)Maternal hypoksia f) Kehamilan ganda
g) Kurangnya pertambahan BB
selama kehamilan
• Suspek PJTjika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini :
a) TFU 3 cm atau lebih dibawahnormal
b) Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu
atau < 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan
BMI < 30)
c) Estimasi berat badan < 10 persentil
d) Ibu merasa gerakan janin berkurang
• Pemeriksaan USGuntuk memeriksa:
a) HC/AC >1
b) Amniotic Fluid Index 5 cm atau kurang
c) Sebelum UK 34 minggu plasenta grade3
• Estimasi berat janin (EFW) dan abdominal circumference (AC) lebih
akurat untuk diagnosis KMK
• Pemeriksaan penunjang lain yang mencoba untuk mencari etiologi di
sisi maternal. Misal : pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi
anemia atau defisiensi zat nutrisi tertentu
• Mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada
sejak umur kehamilan 20 minggu sampai aterm
• Jika ada perbedaan sama atau lebih besar dari 3 cm dengan kurva
standard, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
• Kehamilan yang berisiko terjadi PJT:USGdilakukan pertama kali pada
kehamilan trim I untuk konfirmasi usia kehamilan, pertengahan trim II
(18-20 minggu) untuk mencari kelainan bawaan dan kehamilan
kembar
• Pemeriksaan USGdiulang pada umur kehamilan 28-32 minggu untuk
deteksi gangguan pertumbuhan dan brain sparing effect
• Rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
• Pemberian nutrisi tinggi protein
• Bed rest
• PJTdapat memicu terjadinya : morbiditas dan mortalitas perinatal,
persalinan preterm yang iatrogenik, dan gawat janin dalam persalinan
• Angka kematian pada bayi PJTdapat meningkat 10 kali lipat
• Sementara 40% kelahiran mati dengan bayi yang tidak ada kelainan
bentuk berasal dari bayi PJT

Anda mungkin juga menyukai