َّللا َح ِديثًا
ِ ق ِم َن ه ْ َ َم ْن أ
ُ ص َد
“Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada
Allah?” (An Nisa: 87)
• Kita semua telah mengetahui bahwa takdir-takdir Allah yang
menimpa mahluk-Nya tidak semua sesuai dengan keinginan
si hamba. Ada sesuai dengan keinginan kita, adapula yang
bertentangan dengan keinginan kita. Misalnya sakit,
keadaan seperti ini bukan keinginan kita. Semua manusia
tentu ingin sehat.Contoh yang lainnya misalnya kemiskinan.
Ini juga bukan keinginan kita. Setiap manusia pasti ingin
hidup kaya atau berkecukupan.
• Akan tetapi takdir Allah dengan hikmah-Nya bermacam-
macam, sebagian ada yang disukai manusia dan ia pun
berlapang dada dengan takdir tersebut. Dan sebagian lagi
tidak disukai manusia. Maka akhlak yang baik kepada Allah
berkenaan dengan takdir-takdir-Nya adalah dengan ridha
dengan apa yang Allah takdirkan. Merasa tenang dan lapang
dengan takdir tersebut serta hendaknya kita menyadari
bahwa tidaklah Allah menakdirkan bagi kita seseuatu
• Kedua: Menerima hukum-hukum
yang Allah tetapkan dengan
mengamalkannya
Tidaklah sepantasnya bagi seseorang untuk menolak
hukum Allah. Apabila seseorang menolak hukum Allah
maka apa yang dia lakukan adalah bentuk akhlak buruk
kepada Allah. Sama saja penolakan itu dalam bentuk
pengingkaran, atau sombong tidak mau mengamalkan,
menolak atau menyepelekan pengamalannya.
Kedua:
Berteman dengan orang-orang shalih yang berakhlaq
mulia, yang dikenal dengan ilmu dan amanahnya.
Akhlak tercela terhadap sesama dibagi menjadi
beberapa :
• Diri sendiri (boros, serakah, pengecut,
bersedih terhadap barang yang hilang,
membanggakan diri, buruk sangka, )
• Sesama ( memanggil dengan gelar yang buruk,
menghina, mencela, perselisihan, mencuri
dengar, gibah, adu domba, senda gurau,
menipu)
• Ketiga:
Hendaknya seseorang memperhatikan apa yang
diakibatkan oleh akhlak yang buruk,
• Keempat:
Hendaknya dia senantiasa menghadirkan dalam
benaknya gambaran akhlak Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam
• Kelima :
Senantiasa berdoa, meminta kepada Allah agar
dianugerahi akhlaq yang mulia
• Referensi:
Makarimul Akhlaq, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Qutufun min Syamaaili Muhammadiyyah, Asy Syaikh Muhammad bin Jamil
Zainu