Anda di halaman 1dari 15

Efek Samping

KEMOTERAPI :
Ekstravasasi

Kelompok 4
LATAR BELAKANG
Kemoterapi adalah penatalaksanaan
pengobatan kanker yang Umumnya diberikan
secara intravena dan dapat menimbulkan
efek samping pada lokasi injeksi, salah
satunya Ekstravasasi . kecelakaan
kejadiannya jarang sekitar 0,1-6,5%, namun
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang
serius.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan secara sistemik
dalam pengobatan kanker selain terapi hormonal dan
terapi target, jenis obat kemoterapi berdasarkan potensi
untuk menimbulkan kerusakan jaringan dibagi menjadi
3:
 Obat vesicant: menyebabkan pembentukan lepuh atau
lecet dan/atau menyebabkan kerusakan jaringan
 Obat iritan: menimbulkan rasa sakit pada tempat
injeksi atau sepanjang vena, dengan atau tanpa
menimbulkan reaksi inflamasi.
 Obat nonvesicant: Bila terjadi ekstravasasi, biasanya
jarang menimbulkan reaksi akut atau nekrosis jaringan.
EKSTRAVASASI
Salah satu efek samping dari kemoterapi
adalah ekstravasasi. Ekstravasasi yaitu
proses dimana cairan (fluid atau obat)
mengalami kebocoran ke dalam jaringan
sekitarnya yang menimbulkan rasa sakit
dan eritema, ulkus, serta kerusakan
jaringan. Beberapa obat sitostatika dapat
bersifat vesicant, iritan, dan nonvesicant.
Etiopatologi Ekstravasasi
Kerusakan jaringan terkait dengan
ekstravasasi terjadi oleh berbagai
mekanisme yaitu: Beberapa
kemoterapi yang mengikat asam
nukleat dalam DNA, dan Obat-
obatan yang tidak mengikat DNA
Faktor Resiko

Ekstravasasi bisa terjadi karena beberapa hal,


seperti seleksi vena yang tidak baik, faktor vena
yang multipel dalam pemakaian IV/injeksi,
obesitas, dehidrasi, dan rasa kesakitan pada waktu
memakai alat injeksi. Ada beberapa faktor yang
dapat menimbulkan munculnya risiko ekstravasasi
1. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
2. Berkurangnya vaskularisasi dan menurunnya
integrasi vaskular
3. Kurangnya pengetahuan dan keahlian
seseorang yang melakukan pemberian obat-
obatan
Manifestasi Klinis
1. Nyeri lokal
2. Rasa panas
3. Bengkak
4. Eritema
5. Kurangnya kembalian aliran darah
6. Ulkus muncul dalam periode beberapa
hari sampai minggu
7. Kerusakan jaringan terjadi 2-3 minggu
pasca-ekstravasasi
8. Luka ekstravasasi menimbulkan
komplikasi daerah iskemia jaringan oleh
karena kerusakan endotelial dan
trombosis vessel.
9. Munculnya ulkus diikuti dengan
kerusakan progresif serta
berkembangnya ulkus nekrosis yang
akan mengelupaskan jaringan dan
terlihat seperti dry black eschar.
Pencegahan Ekstravasasi
Semua kemoterapi yang menyebabkan bengkak,
terutama jika membutuhkan infus yang kontinyu,
harus diberikan melalui akses vena sentral untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Untuk meminimalkan risiko ekstravasasi, dalam
infus dan pengelolaan obat sitotoksik harus terlatih
untuk mengimplementasikan beberapa protokol
pencegahan. Jika terjadi ekstravasasi, penting
untuk diingat bahwa tingkat kerusakan tergantung
pada jenis obat, konsentrasi obat, lokalisasi
ekstravasasi dan lamanya waktu obat
mengembangkan potensinya kerusakan.
Penatalaksanaan Ekstravasasi
Bila terjadi ekstravasasi, data mengenai
waktu, jalur infus, lokasi dan jumlah
percobaan penusukan vena, obat yang
diberikan, jumlah obat yang masuk, teknik,
gambaran lokasi injeksi, dan tindakan yang
dilakukan harus dicatat. Bila
memungkinkan, foto dari lesi juga didata.
Pada semua kasus yang terpapar,
tahap pertama harus segera
dihentikan pemberian
cairan intravena.
Mekanisme antidot dalam mengatasi ekstravasasi
adalah sebagai berikut:
 Hyaluronidase merupakan enzim yang
mengubah permeabilitas jaringan ikat melalui
hidrolisis asam hyaluronik, merusak ikatan
jaringan dan membantu difusi obat menuju
ruang interstisial dan meningkatkan penyerapan
substansi yang disuntikkan.
 Sodium thiosulfate menetralkan efek edema
dari mechlorethamine dengan memberikan
target alternatif untuk alkilasi (inaktivasi oleh
alkalinisasi) untuk membentuk tioester yang
tidak beracun, yang dapat diekskresikan ke
dalam urin.
 Dimethyl sulfoxide (DMSO) adalah pelarut umum,
yang berpenetrasi ke dalam jaringan dan
meningkatkan permeabilitas kulit yang dapat
memfasilitasi penyerapan obat yang terekstravasasi
(terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi).
 topoisomerase II inhibitor dan iron chelating agent
yaitu dexrazoxane dapat melindungi jaringan normal
dari sitotoksisitas toksin topoisomerase II seperti
doxorubicin, epirubicin, dan daunorubicin dan dapat
digunakan sebagai antidot ekstravasasi
anthracycline.
 Debridement merupakan metode yang
paling efektif untuk menurunkan ukuran
ulkus dan membantu mempercepat
penyembuhan dan lebih baik dibandingkan
menggunakan antidot seperti hidrokortison
atau DMSO.
 Debridement dilakukan segera dalam 24
jam – 1 minggu yang dilanjutkan dengan
penutupan luka dengan flap.
 Tidak ada panduan yang jelas mengenai
kapan harus dilakukan tindakan bedah.
Namun secara umum disepakati bahwa
nyeri yang berat pada lokasi ekstravasasi
merupakan indikasi mutlak dilakukan
operasi.
Follow Up
Penting untuk merekomendasikan
bahwa pasien harus ditinjau
secara teratur, mungkin setiap
hari atau setiap 2 hari untuk
tindak lanjut selama yang pertama
minggu kemudian mingguan
sampai resolusi gejala lengkap.
Jika diperlukan, rujukan ke ahli
bedah (plastik) disarankan. Pasien
harus diberitahu tentang kebijakan
tindak lanjut sebelumnya
meninggalkan area perawatan.
PENTING !!!

Anda mungkin juga menyukai