Anda di halaman 1dari 14

Kelompok II

HPP
HPP (hemoragic perdarahan
postpartum)
Perdarahan post partum ditetapkan oleh world health organization
(2002) sebagai kehilangan darah nifas 500 ml atau lebih yang
terjadi setelah anak lahir.

HPP/ perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang


masif, berasal dari tempat implatasi placenta, robekan pada jalan
lahir dan jaringan sekitarnya, serta Perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir, (Prawirohardjo, 2016)
Etiologi HPP
1. Atonia uteri
ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Kegagalan kontraksi dan
retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan perdarahan
yang cepat dan parah serta syok hipovolemik.
2. Laserasi atau robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi (Prawirohardjo, 2016).
3. Retensio plasenta
palsenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah
anak lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
- Plasenta akreta : implantasi ,menembus desidua basalis dan
nitabuch layer
- Plasenta inkerta : plasenta menembus miometrium
- Plasenta perkreta : bila vili korialis sampai menembus
primetium.
4. Inversi uterus
keadaan dimana lapisan didalam uterus atau endometrium
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang bersifat
inkomplit dan komplit.
5. Preeklamsia dan eklamsi
Klasifikasi HPP
1. Perdarahan postpartum primer
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa
sebagian plasenta.
2. Perdarahan postpartum sekunder
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan, dan
biasanya oleh karena sisa plasenta.

(Prawirohardjo, 2016)
Woc perdarahan postpartum
hpp\4. WOC HPP.docx
Manifestasi klinis postpartum

1. Perdarahan pervaginam masif


2. Konstruksi uterus lemah
Atonia uteri
3. Anemia
4. Konsistensi rahim lunak

1. Darah segar yang mengalir segera


setelah bayi lahir
2. Uterus kontraksi dan keras Robekan jalan lahir
3. Plasenta lengkap
4. Pucat dan lemah
1. Syok
2. Perdarahan yang bergumpal
3. Endometrium terbalik dengan
ataupun tanpa placenta yang masih Inversi uterus
melekat
4. Uterus mengalami iskemia,
nekrosis, infeksi

1. Perdarahan tidak berhenti


2. Encer, tidak terlihat gumpalan
darah, Gangguan
3. Faktor predisposisi : emboli air pembekuan darah
ketuban
Pemeriksaan diagnostik perdarahan
postpartum
 Pemeriksaan darah perifer lengkap
 Pemeriksaan fibrinogen yaitu untuk memastikan apakah
fibrnogen yang menyebabkan proses pembentukan bekuan
darah
 Pemeriksaan ultrasonografi
Penatalaksanaan medis
Secara umum tindakan yang dilakukan ialah
 Bantuan anastesi dan memasang infus untuk cairan atau darah
pengganti dan pemberian obat
 Pemberian tokolotik MgSO₄ untuk melemaskan uterus.
 Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manua dan jika
berhasil dikeluarkan dari rahim sambil dibeikan uteonika lewat
infus atau IM
 Pemberian antibiotik atau transfusi darah
 Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang
keras. Maka dilakukan laparotomi.
Askep pada perdarahan post partum.

Pengkajian
1. Data biografi meliputi (nama, umur, alamta, pekerjaan, dll).
2. Riwayat persalinan yang lalu.
- Gravida, partus, abortus.
- Lamanya gestasi
3. Riwayat persalinan : normal, sc.
- Tipe anastesi dan penyulit.
- Banyaknya perdarahan
- BB lahir bayi.
- Komplikasi ibu selama kehamilan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit tertentu yang dapat
memperberat/menimbulkan komplikasi pada ibu hamil,misal : HT, DM,
TB paru, dll.
Riwayat kesehatan sekarang
5. Aktivitas/istirahat
Kelelahan berlebihan.
6. Sirkulasi
Kehilangan darah ± 400-500 ml (kehilangan pervagina), ± 600-800
(kehilangan pada saat sc).
Riwayat anemia kronis.
Defek koagulasi congenital/insiden.
Idiopatik trombositopenia purpura.
7. Integritas ego
Cemas, ketakutan, khawatir.
8. Seksualitas
Persalinan lama atau induksi, mendadak/traumatic penggunaan forcep
anesthesia umum, terapi tokolitik ( obat untuk mengurangi motilitas
uterus).
9. Kelahiran sulit atau manual dari plasenta
Diagnosa keperawatan

 Kekurangan volume cairan b/d perdarahan


pervaginam
 ketidakefektifan perfusi jaringan
 nyeri akut
 resiko infeksi b/d perdarahan
 resiko syok hipovolemik
Intervensi

Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam


Tu : mencegah disfungsional bledding dan memperbaiki volume
cairan
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 2 jam perdarahan
pada klien berkurang.
- Monitor TTV
- Resusitasi cairan infus atau intravena
- Tidurkan pasien kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
- Batasi pemeriksan dalam atau vagina
- Kolaborasi pemberian urotonika dan antibiotik

Anda mungkin juga menyukai