Anda di halaman 1dari 50

Tutorial

KELOMPOK 1
Dosen Pembimbing: Juliyatin P.U., S.Si., M.Biomed
1
KELOMPOK 1
Ismi Natasya Salwa 1711111120012
Mery Novita 1711111320016
Siti Hajar Norma Gupita 1711111220032
Aanisah Ramadamayanti 1711111320002
Dewi Wulandari 1711111320011
Kholifa Aulia Nugraha 1711111320015
Laili Nurul Islami 1711111220016
A.M Della Namira Aghnina 1711111320001
Ulfa Asmawita Bancin 1711111120023
Adam Kevin Dhaniswara 1711111210001
Yanuar Agung Priambodo 1711111210036
2
Benjolan di bibir bawah

Pasien laki-laki usia 68 tahun terdapat benjolan di bibir


bawahnya sejak satu tahun yang lalu. Pasien bekerja
sebagai petani, mempunyai riwayat merokok dan
mengkonsumsi alcohol selama 30 tahun. Gambaran klinik
Nampak benjolan dibibir bawah dengan ukuran 3x4 cm,
terdapat ulser, dan berdarah. Pada pemeriksaan ekstra
oral terdapat pembesaran kelenjar submentalis. Pasien
belum menerima terapi apapun karena kondisi finansial yang
kurang mampu. Pasien kemudian dilakukan biopsi dan
didapatkan hasil seperti dibawah ini.
1. Apa diagnosa penyakit di skenario? Jawab : Squamous cell carcinoma,
tumor ganas
2. Apa pengaruh rokok dan alcohol? Jawab : mengandung bahan
karsinogenik yang dapat merusak sel
3. Apa etiologi penyakit pada skenario? Jawab : bahan karsinogenik, infeksi,
virus, riwayat keluarga, dan gangguan system imun
4. Apa manifestasi klinis selain di skenario? Jawab : st awal (tidak ada
indurasi, belum sakit), st lanjut (indurasi dan belum sakit), st serius
(berdarah)
5. Terapi apa yang harus diberikan? Jawab : bedah, radioterapi, kemoterapi

4
6. Apa pencegahan yang harus dilakukan? Jawab : gaya hidup baik, hindari rokok dan
alcohol, control stress, rajin olahraga, dan rajin cek kesehatan
7. Apakah usia berpengaruh terhadap penyakit tersebut? Jawab : tidak berpengaruh
karna bisa diturunkan gen yang bermutasi dan karna lifestyle yg buruk
8. Apa pemeriksaan penunjang selain biopsi? Jawab : anamnesa
9. Apakah jenis kelamin berpengaruh terhadap penyakit tersebut? Jawab : ya, karna
konsumen rokok dan alcohol cenderung laki-laki
10. Kenapa terjadi pembesaran pada kelenjar submentalis? Jawab : tumor ganas akan
menyebabkan proliferasi berlebihan atau karna system imun yang dipacu terus
menerus untuk melawan sel kanker
11. Apakah ukuran benjolan dapat membesar? Ya, jika dibiarkan dan tidak ditangani
karna tumor ganas bersifat hiperplasi dan destruktif

5
Laki-laki 68 tahun
perokok dan alkoholic

Ekstra Oral: Intra Oral:


Pembesaran kelenjar Benjolan di bibir bawah
submentalis 3x4 cm, ulser, berdarah

OSCC

Manifestasi Penatalaksana
Definisi Epidemiologi Etiologi Patogenesis Pemeriksaan Komplikasi Prognosis
Klinis an dan
Pencegahan

6
Definisi oscc

7
× Oral Squamous Cell Carsinoma merupakan kanker yang sering
terjadi pada rongga mulut dengan gambaran klinis berupa plak
keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, dan kemerahan.
× OSCC secara dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga
mulut. Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenis P53
paling umum dijumpai hampir 90 %.

(Langlais RP et al., 2014)

8
× Suatu neoplasma invasif pada jaringan epitel rongga mulut, biasa
terjadi pada bagian lidah, bibir bawah, dasar mulut,
palatum,mukosa pipi dan gingiva. SCC bersifat invasif dan
merusak jaringan sekitar dan dapat bermetastasis jauh

(Ginting R, 2015)

9
epidemiologi
oscc

10
• Menurut WHO 2012, wilayah Asia Tenggara menunjukkan kejadian yang lebih tinggi
dibandingkan Amerika, Afrika, dan Eropa. OSCC adalah kanker pada rongga mulut
yang paling banyak terjadi (90%). Saat ini OSCC merupakan kanker peringkat ke-6
dari semua kanker pada tubuh manusia.
• Rasio laki-laki dan wanita penderita OSCC di negara Asia adalag 6 : 1-1,45. Risiko
OSCC juga meningkat seiring usia yaitu pada usia dekade ke-5 hingga ke-7.
• Rata-rata usia pasien penderita OSCC disebagian besar negara Asia lebih muda
dibanding AS dan Inggris yaitu sekitar usia 51-55 tahun. Variasi ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti gaya hidup dan kultur yang berbeda.

(Gracia et al., 2017)

11
etiologi
oscc

12
× Faktor lokal ; OH pasien yang buruk, iritasi kronis dari restorasi,
karies gigi
× Faktor luar ; merokok, peminum alcohol, menyirih, pekerjaan,
mikroorganisme
× Faktor host ; usia, jenis kelamin, nutrisi imunologik, gen.

(Sirait, 2013)

13
× Tembakau
Paparan tembakau menyebabkan perubahan yang progresif dari
mukosa mulut dan penggunaan dalam waktu lama menyebabkan
transformasi keganasan terutama perubahan dalam ekspresi
mutasi p53.
× Alcohol
Penggunaan alcohol waktu lama dapat meningkatkan respon
enzim sitokrom p450 yang berfungsi untuk mengaktivasi
prokarsnogen menjadi karsinogen.
( Wahyuni, 2012 )

14
× Faktor gigi dan mulut
Keadaan rongga mulut dengan higien yang jelek ikut berperan
memicu timbulnya karsinoma. Iritasi kronis yang terus menerus
berlanjut dari gigi yang kasar atau runcing, gigi yang karies, akar
gigi dan gigi palsu yang letaknya tidak sesuai akan dapat memicu
terjadinya keganasan.

( Wahyuni, 2012 )

15
× Mikroorganisme
Kemungkinan mekanisme Flora RM yangberkontribusi untuk
pengembangan kanker meliputi: 1) metabolisme prokarsinogen
(misalnya, konversi etanol untuk asetaldehida oleh Candida,
Neisseria, dan streptococci), 2) produksi karsinogen (misalnya,
produksi nitrosamine oleh Candida), 3) induksi peradangan kronis
(misalnya, oleh bakteri penyebab penyakit periodontal) dengan
produksi sitokin yang meningkatkan proliferasi sel dan
menghambat apoptosis, 4) pengaruh langsung bakteri pada siklus
sel signaling, dan 5) kerusakan DNA oleh racun bakteri.
(Chi et al., 2015)

16
Polutan Lingkungan
× Konsentrasi tanah yang mengandung logam berat
karsinogenik (seperti arsenik, Kromium, dan nikel).
Heritable Conditions
× Ada peningkatan resiko oral/pharyngeal SCC pada pasien
dengan kondisi langka yang diwariskan seperti Fanconi
anemia, dyskeratosis congenita, dan Bloom syndrome.

(Chi et al., 2015)

17
patogenesis
oscc

18
Paparan kronis
Merusak gen Aktivasi onkogen
(karsinogen,
individu dan inaktivasi
mikroorganisme,
(kromosom) TSG
dll)

Terbentuk Sel kanker


Proliferasi sel
pembuluh darah merangsang sel
meningkat
baru endotel

OSCC metastasis
dan invasi (Chandra A, 2013)

19
manifestasi
oscc

20
• Tahap Awal
Asimtomatis, kemerahan tanpa rasa sakit, plak putih, persisten ulserasi (10
hari), erosi dengan krusta

• Tahap Lanjut
Pembesaran dan indurasi, perubahan warna, ulserasi denga batas ireguler
tanpa rasa sakit, kerusakan periodontal, pembesaran limfe node

• Tahap Serius
Rasa sakit karena makanan pedas atau berbumbu dan perdarahan spontan

(Apriasari, 2019)

21
• Ulcer yang tidak kunjung sembuh (dengan atau tanpa indurasi)
Secara khas, OSCC tampan sebagai ulcer merah atau putih, tanpa rasa sakit
dengan margin tinggi dan tidak jelas

• Leukoplakia (Bercak Putih)


Lesi tampak putih yang disebabkan pantulan spektrum cahaya oleh keratin
abnormal dan jaringan hiperkeratotik dalam saliva

• Erythroplakia (Bercak Merah) / Campuran bercak merah dan putih


Lesi tampak seperti beludru dan terlihat jelas, berwarna merah homogen
hingga bergranular atau lesi heterogen yang berbintik

(Muthu K, 2018)

22
• Pertumbuhan Eksofitik (Lesi Superfisial)
Menggambarkan pertumbuhan patologis yang tidak terkontrol pada
permukaann mulut dengan penampilan eritema

• Mobilitas gigi / gigi non vital


Karena keterlibatan jaringan periodontal dengan lesi kanker

• Gigi terasa sakit


Akibat pola pertumbuhan endofit histologis yang mengakibatkan faktor risiko
untuk nyeri spontan (27,5% penderita OSCC mengeluhkan gigi sakit)

(Muthu K, 2018)

23
Dari seluruh karsinoma di rongga mulut keladian karsinoma bibir adalah sekitar
2% hingga 42%. Karsinoma bibir biasanya terjadi pada laki-laki yang berusia
lanjut akibat paparan sinar matahari. Metastasis nodus getah bening pada
karsinoma pada bibi jarang terjadi, 10% pada bibir bawah dan 20% pada bibir
atas.
Tanda awal dari karsinoma pada bibir adalah terdapat daerah yang menebal,
indurasi, krusta atau ulkus bibir yang dangkal, diameter kurang dari 1 cm.
Karsinoma yang parah jarang di temui sekarang. Penyebaran ke nodus getah
bening adalah lambat. Nodus yang pertama kali terkena adalah submental
(Ghali GE, 2014)

24
25
pemeriksaan
oscc

26
Palpasi bimanual pada tumor primer sangat
penting dilakukan karena ukuran tumor
yang teraba biasanya lebih besar dibanding
yang terlihat. Palpasi daerah leher penting
dilakukan untuk menentukan lokasi, ukuran,
permukaan, konsistensi dan mobilitas
kelenjar getah bening leher.

(Wahyuni, 2012)

27
Pemeriksaan OSCC dari aspek histologis
yang menunjukkan perkembangan dilihat
dari tingkat displasia sel
- Well Differentiated
- Moderately Differentiated
- Poorly Differentiated

(Bunget AM, 2018)

28
Mengandung sel-sel skuamosa yang
terdiferensiasi dengan baik disusun
dengan pulau-pulau dengan bentuk dan
ukuran yang berbeda dengan keratin di
dalamnya. Sel-sel asidofil dengan
nukleotida dan karolisis.

(Bunget AM, 2018)

29
Gambaran pulau-pulau sel epitel atipikal
neoplastik, bentuk oval, bundar yang
menyusup ke stroma tunggal. Nukleus sel
neoplastik memiliki bentuk dan ukuran yang
berbeda dan nukleolus besar. Tersebar
secara difus

(Bunget AM, 2018)

30
Berbentuk seperti pulau atau sel yang mirip
epitel dengan berbagai bentuk dan ukuran
yang berbeda dengan epitel normal

(Bunget AM, 2018)

31
× Sitopatologi Eksfoliatif
- Well Differentiated
Terlihat nukleus ireguler sampai lebih dari 1
yang ber membran tebal atau memiliki
vesikel yang jelas
- Poorly Differentiated
Berupa kelompokkan. Sitoplasma terwarna
biru gelap dan tidak padat, nukleus
hiperkromatik, kromatin ireguler dengan
nukleolus biasanya eosinofilik dan lebih
besar dari sel normal (Rahmayani, 2015)

32
Autofluorescence mendeskripsikan
karakteristik biologis dari suatu jaringan
yang mengkilap saat dipaparkan cahaya
dengan gelombang yang sesuai, efek ini
disebabkan oleh adanya fluorophores
seperti flavin, tryptophan, elastin, dan
collagen. Saat distimulasi oleh cahaya biru,
flavin memancarkan cahaya hijau sehingga
dapat membedakan jaringan sehat dengan
jaringan kanker yang terlihat gelap

(Lingen et al., 2017).

33
Digunakan untuk menentukan batas dan
ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar
getah bening leher. Pembesaran kelenjar
getah bening >1 cm dapat dideteksi dengan
pemeriksaan CT Scan. Pemeriksaan CT scan
juga dapat mendeteksi penjalaran
karsinoma ke tulang. Sedangkan MRI dapat
mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak

(Wahyuni, 2012)

34
terapi dan
pencegahan
oscc
35
× Anamnesis
Perlunya komunikasi yang baik antara dokter-pasien saat
didapatkan diagnosis keganasan. Selanjutnya, dilakukan perawatan
dengan pembedahan tanpa atau disertai dengan radioterapi dan
kemoterapi. Terakhir, lakukan rehabilitasi untuk mengembalikan
estetika dan fungsi organ tubuh pasca bedah.

(Apriasari, 2013)

36
× Radioterapi
External beam (teletherapy) dan implanted radioactive seed/needles
(plesiotherapy) dapat digunakan untuk mengobati kanker rongga
mulut. Radioterapi juga dapat digunakan sebagai terapi tambahan
dikombinasi dengan pembedahan.
Radioterapi pasca operasi adalah perawatan utama untuk
mengurangi kekambuhan. Oleh karena itu, bagaimana
mengoptimalkan area target radioterapi dan secara akurat
memberikan radioterapi ke jaringan tumor, dan untuk melindungi
jaringan normal sebanyak mungkin
(Li Y et al., 2019)
(Longe, 2013)
37
× Pembedahan
Pembedahan dengan atau tanpa radioterapi biasanya diindikasikan
untuk kanker stadium 1 dan 2
× Kemoterapi
Untuk mengurangi tumor awal dan memberikan perawatan dini pada
mikrometastase. Obat-obat yang digunakan seperti methotrexate,
bleomycin, tasol dan turunannya, serta platinum dan turunannya
(cisplatin dan carbopatin)

(Markolpoulos, 2012)

38
× Program skrining untuk populasi beresiko tinggi dengan
mengidentifikasi gangguan mulut yang berpotensi ganas
× Tidak mengkonsumsi alkohol dan penggunaan tembakau dan
sirih.
× Peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran segar dalam
makanan (mengurangi kejadian OSCC hampir 80%)

(Feller, 2012)

39
Kebanyakan orang akan menerima 80% dari paparan sinar matahari
seumur hidup mereka sebelum mereka mencapai usia 20 tahun.
Karena alasan ini, pencegahan harus dimulai selama masa kanak-
kanak dan remaja. Beberapa langkah penting untuk mencegah
karsinoma sel skuamosa, serta kanker kulit lainnya termasuk:
× Kenakan pakaian pelindung dan topi bertepi lebar di bawah sinar
matahari.
× Jauhkan dari sinar matahari dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore.
× Gunakan tabir surya yang memiliki faktor perlindungan matahari
(SPF) minimal 15.
× Hindari gerai berjemur.
(Longe., 2013)
40
Obat-obatan yang terkait dengan vitamin A (termasuk beta-karoten
dan retinoid), vitamin E, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan
selenium mungkin dapat mencegah beberapa kanker kulit, tetapi
efektivitasnya masih dipertanyakan.

(Longe., 2013)

41
komplikasi
oscc

42
• Metastasis ke kelenjar limfe
• Metastasis ekstrakapsular
• Distance metastase

(Majumdar B et al., 2017)

43
prognosis oscc

44
Prognosis tergantung atas stadium yang di derita, jika pada tahap
awal terdiagnosis maka akan lebih memudahkan dalam
perawatan dan kualitas hidup yang lebih baik pasca perawatan.
Tetapi jika terdiagnosa pada tahap lanjut maka tumor dapat
menyebar ke bagian tubuh atau metastase sehingga akan
menjadi ancaman bagi penderita. Semua pasien dengan riwayat
OSCC harus diamati dalam jangka panjang untuk mendeteksi
adanya kekambuhan tumor atau perkembangan lesi primer lebih
jauh

(Herndon, 2016)

45
diagnosa
banding
oscc
46
1. Oral TB
• Merupakan infeksi yang berasal dari bakteri basilus tuberkel yang kronis pada paru-paru
• Gambaran klinis; ulser tidak beraturan, tidak sakit, pinggir meninggi, dikelilingi daerah
inflamasi, dan ulser ditutupi pseudomembran putih keabu-abuan serta jaringan granulasi
sangat infeksius.

2. Ulkus Traumatikus
• Merupakan lesi yang berbentuk tukak yang terjadi karena adanya jejas pada mukosa
rongga mulut
• Gambaran klinis; rasa sakit, ulser dengan dasar kuning dikelilingi kemerahan, pinggiran
ireguler, dan tidak ada indurasi
• Paling sering terjadi pada lateral pinngiran lidah, mukosa bukal pipi, bibir, palatum, dan
dasar mulut.

( Apriasari MH, 2013)

47
DAFTAR PUSTAKA

• Apriasari ML. 2019. Ulserasi Mukosa Mulut. Pustaka Panasea: Yogyakarta


• Markolpoulos AK. Current Aspects on Oral Squamous Cell Carsinoma. The Open Dentistry Journal.
2012; 6(1).
• Schiff BA. Oral Squamous Cell Carsinoma. MSD Manual Professional Version. 2019; 1(1).
• Wahyuni SS, Kentjono WA. Diagnosis dan Pentalaksanaan Karsinoma Lidah. Jurnal THT-KL. 2012;
5(1).
• Chandra A, Sebastian BT, Agnihotri A. Oral Squamous Cell Carsinoma Pathogenesis and Role of P53
Protein. Universal Research Journal of Dentistry. 2013; 3(3).
• Gracia I, et al. Epidemiologic Profile of Oral Squamous Cell Carsinoma in Yogyakarta, Indonesia.
Padjajaran Journal of Dentistry. 2017; 29(1).
• Feller L, Lemmer J. Oral Squamous Cell Carcinoma: Epidemiology, Clinical Presentation and
Treatment. Journal of Cancer Therapy. 2012; 2012(3): 263-268.
• Rahmayani SIP. Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral Sebagai Pemeriksaan Penunjang di Kedokteran
Gigi. 2015; 2(1): 157-161.
• Bunget AM et al. Histopathological Aspects in Oral Squamous Cell Carcinoma. Open Access Journal
of Dental Sciences. 2018; 3(3): 3-4.
• Muthu K, Vaishnavi V, Sivadas G. Warning Signs and Symptoms of Oral Cancer and its Differential
Diagnosis. Journal of Young Pharmacists. 2018; 10(2): 138-143.
DAFTAR PUSTAKA
• Herndon J, Steve Kim MD. Squamous Cell Cancer. Healthline. 2016.
• Ginting R, Betty, Michelle. Karakteristik Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut. Jurnal Ilmiah
PANNMED. 2015; 10(1): 11-13.
• Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. 2017. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations – 7th
Edition. Missouri : Elsevier.
• Longe JL. 2013. The Gale Encyclopedia of Medicine – 5th Edition. Toronto : Gale Cengace Learning.
• Lingen MW., et al. 2017. Evidence-based clinical practice guideline for the evaluation of potentially
malignant disorders in the oral cavity: A report of the American Dental Association. JADA. 148(10):
712-727.
• Li Y., et al. 2019. Risk Factors Analysis of Pathologically Confirmed Cervical Lymph Nodes Metastasis
in Oral Squamous Cell Carcinoma Patients with Clinically Negative Cervical Lymph Node: Results
from a Cancer Center of Central China. Journal of Cancer. 10(2019): 3062-3069.
• Ghali GE, Connor MS. 2014. Oral Cancer. Classification, staging and diagnosis. In: Miloro M. eds.
Peterson’s of principlrs of oral maxillofacial surgery. Canada: BC Dectar Inc.
• Chi AC, et al. 2015. Oral Cavity and Oropharyngeal Squamous Cell Carcinoma—An Update. A
Cancer Journal for Clinicians; 65: 404-407.
• Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrics JS. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering Ditemukan.
Jakarta: EGC 2014.
• Sirait AM. Faktor Risiko kanker Rongga Mulut dan Tenggorokan di Indonesia. Media Litbangkes.
September 2013: 23(3); 122-127.
THANKS!
Any questions?

50

Anda mungkin juga menyukai