Anda di halaman 1dari 72

+

ANTIHIPERTENSI

Kepaniteraan Farmakologi & Terapi Periode 17 Juni 2019- 20 Juli 2019


+
HIPERTENSI

 Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan


darah yang persisten.

 Hipertensi adalah peningkatan tekanan arteri yang abnormal


dan menetap serta dapat mengakibatkan fatal kalau tidak
diobati
+ Faktor yang Menentukan Tekanan
Darah

VOLUME KELUARAN Resistensi


DARAH JANTUNG Pembuluh
Darah
Perifer
+

Sumber : Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi 6 . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2016
+Tipe Hipertensi berdasarkan
Penyebab
1. Hipertensi Primer / Esensial / Idiopatik :
penyebab pasti tidak diketahui, meliputi 95 % kasus
 Usia (40+)
 Obesitas
 Inaktivitas Fisik
 Merokok dan minuman alkohol
 Predisposisi genetik
+
2. Hipertensi Sekunder : penyebab diketahui (teridentifikasi)
 meliputi 5 % kasus yang terdiri dari :
 Penyakit (ginjal kronis, hiperaldosteronisme)
 Obat (kortikosterois, esterogen (pil KB), NSAID,
fenilpropanolamin, siklosporin dan takrolimus, eritropoetin,
antidepresan)
+ KLASIFIKASI
+
Penatalaksanaan Terapi
Tujuan terapi:

 Penurunanan mortalitas dan morbiditas yg berhubungan dengan


kerusakan organ target (mis: kejadian kardiovaskular atau
serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)

Target TD:

 Normal : < 140/90 mmHg

 Pasien diabetes: < 130/80 mmHg

 Pasien ginjal kronis: < 130/80 mmHg


GOLONGAN
OBAT
ANTIHIPERTENSI
Diuretik
+
+ Diuretic Tiazid (lini pertama)

1. Mekanisme kerja di awal tubulus distal: hambat Na/ Cl


kotransporter pada membran luminal. >> sekresi K dan H,
<< ekskresi Ca dengan mekanisme stimulasi pertukaran
Na/Ca di membran basolateral; oleh << Na di sel tubulus.
2. I: HTN, edema sekunder GJK, penyakit hati/ sindrom
nefrotik, dan profilaksis batu ginjal (Ca).
3. CI: hipoK, hipoNa, hiperCa. Tidak untuk pasien yang
mendapat glikosida jantung atau DM (hiperglikemia).
4. SE: hipoK, hiperurisemia, hipoNa, hiperMg, hiperCa,
alkalosis metabolik.
+ Diuretik (lini kedua)
 Loop:
a. Kerja di lengkung Henle asenden tebal.
b. Mekanisme: hambat Na/K/2Cl kotransporter di membran
luminal. Na>> di duktus koligentes, >> sekresi K dan H.
Reabsoprsi Ca dan Mg terhambat karena << perbedaan
potensial sepanjang sel (biasanya dihasilkan oleh K).
c. I: edema paru akut, oliguria oleh gagal ginjal akut, GJK
resisten dan HTN.
d. CI: gagal ginjal berat, perhatian untuk glikosida jantung
(hipoK → kerja glikosida >> → aritmia), AB
aminoglikosida berinteraksi dengan diuretik kuat →
ototoksik dan hearing loss.
e. SE: hipoK, hipoNa, hiperurisemia, hipotensi, hipovolemia.
Alkalosis metabolik oleh >> sekresi dan ekskresi H.
HipoCa dan hipoMg.
● Hemat kalium
a. Kerja di ujung tub. Distal dan duktus koligentes..
b. Mekanisme:
i. Hambat kanal Na
Misal amilorid dan triamteren. Hambat reabsorpsi Na oleh sel utama → <<
potensial sepanjang sel dan << sekresi K, H dari sel tambahan juga <<.
i. Antagonis aldosteron
Misal spironolakton. Antagonis kompetitif reseptor aldosteron → reabsorpsi Na <<,
<< sekresi K dan H.
a. I: dengan diruteik kuat atau tiazid untuk GJ dan HTN, pertahankan kadar Na serum
Normal. Antagonis aldosteron → hiperaldosteronisme.
b. CI: berinteraksi dengan ACEi → hiperK. Tidak untuk pasien gagal ginjal. .
c. SE: gangguan GI tract, hiperK, hipoNa. Antagonis aldosteron dapat menyebabkan
ginekomastia, gangguan menstruasi dan disfungsi seksual pria.
ACE inihibitor
ANTI HIPERTENSI GOLONGAN
ACE - INHIBITOR
Mekanisme kerja
Mekanisme Kerja ACE-Inhibitor
1.Menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II >
vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone > ekskresi air dan
natrium dan retensi kalium
2.Menghambat degradasi bradikinin > kadar meningkat >
vasodilatasi
MEKANISME KERJA ANGIONTENSIN II
EFEK SAMPING ACE INHIBITOR
Indikasi
 Hipertensi ringan, sedang, maupun berat
 Krisis hipertensi (Kaptopril dan enalaprifat)
 Hipertensi dengan gagal jantung kongestif
 Hipertensi pada diabetes, dislipidemia, dan obesitas
 Hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri
 Hipertensi dengan penyakit jantung koroner
Kontraindikasi
 Pemberian pada ibu hamil
 Pemberian pada ibu menyusui
 Kadar kreatinin tinggi
 Stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada keadaan
ginjal tunggal
 Hipersensitivitas
Sediaan dan Dosis ACE-Inhibitor
Obat Dosis Frekuensi Pemberian Sediaan
(mg/hari)

Kaptopril 25-100 2-3x Tab 12,5 dan 25 mg

Benazepril 10-40 1-2x Tab 5 dan 10 mg

Enalapril 2,5-40 1-2x Tab 5 dan 10 mg

Fosinopril 10-40 1x Tab 10 mg

Lisinopril 10-40 1x Tab 5 dan 10 mg

Perindopril 4-8 1-2x Tab 4 mg

Quinapril 10-40 1x Tab 5, 10, dan 20 mg

Ramipril 2,5-20 1x Tab 10 mg

Imidapril 2,5-10 1x Tab 5 dan 10 mg


Angiotensin Receptor
Blocker
(ARB)
ANGIOTENSIN RECEPTOR
BLOCKER (ARB)

RESEPTOR ANG II

Cth : Lorasartan selektif


AT1 mempengaruhi AT1 AT2
semua efek Ang II

Vasokonstriksi, sekresi OTOT POLOS


GINJAL, OTAK,
aldosteron , Efek PEMBULUH SSP, MEDULA
MEDULA
sentral Ang II, hipertrofi DARAH & ADRENAL
ADRENAL
otot polos dan miokard. JANTUNG
Mekanisme Kerja
• Antagonis kompetitif dari reseptor Angiotensin II menghambat semua efek
Angiotensin II:
– Vasokonstriksi
– Sekresi aldosterone
– Rangsangan saraf simpatis
– Efek sentral AngII (sekresi vasopressin, rangsangan haus)
– Stimulasi jantung
– Efek renal
– Efek jangka panjang berupa hipertrofi otot polos pembuluh darah dan
miokard
Interaksi Obat
• Pemberian dengan diuretik hemat kalium dan
AINS retensi kalium (hiperkalemia)
• Indikasi: Hipertensi renovaskular dan
hipetensi genetik (kadar renin tinggi)
• Hipotensi
EFEK • Hipovolemia, gagal jantung,
hipertensi renofaskular
SAMPING • Hiperkalemia
• Fetotoksik

• Kehamilan trimester 2 & 3


KONTRAINDIKASI • Ibu menyusui
• Stenosis arteri renalis bilateral
Sediaan dan Dosis ARB
Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi pemberian Sediaan
Losartan 25-100 1-2x Tab 50 mg
Valsartan 80-320 1x Tab 40 dan 80 mg
Irbesartan 150-300 1x Tab 75 dan 150 mg
Telmisartan 20-80 1x Tab 20, 40, dan 80 mg
Candesartan 8-32 1x Tab 4, 8, dan 16 mg
Calsium
Channel Blocker
(CCB)
GOLONGAN CCB
EFEK SAMPING
1. Hipotensi
2. Serangan Angina
3. Sakit Kepala dan Wajah Memerah
4. Edema
5. Gangguan Konduksi
6. Konstipasi dan Retensi Urin
PENGHAMBAT
ADRENORESEPTOR BETA
(ß BLOCKER)
+

Penghambat Adrenoreseptor Alfa


(α-blocker)
+
Mekanisme Kerja
 Hambatan reseptor a1  vasodilatasi di arteriol dan venula 
menurunkan resitensi perifer

 Keunggulan alfa-bloker antara lain :


 Efek positif terhadap lipid darah ( menurunkan LDL dan trigliserida
dan meningkatkan HDL)
 Mengurangi resistensi Insulin
 Sangat baik untuk pasien hipertensi dengan hipertrofi prostat
 Memperbaiki insufisiensi vaskuler perifer
 Tidak mengganggu fungsi jantung, aliran darah ginjal dan tidak
berinteraksi dengan AINS.
+
Efek Samping
 Hipotensi ortostatik

 Sakit kepala

 Palpitasi

 Edema perifer

 Hidung tersumbat

 Mual
+
Dosis dan Sediaan
+

Adrenolitik Sentral
+
METILDOPA

 Mekanisme Kerja
o Sebagai prodrug dalam SSP menggantikan kedudukan DOPA
dalam sintesis katekolamin dengan hasil akhir α-
metilnorepinefrin.
o Menurunkan resistensi vaskular tanpa banyak mempengaruhi
frekuensi dan curah jantung.
o Efek maksimal mencapai 6-8 jam setelah pemberian oral atau i.v.
+
Metildopa
 Penggunaan 1. Sedasi
o Pengobatan lini 2, pilihan utama untuk 2. Hipotensi postural
pengobatan hipertensi pada kehamilan 3. Pusing
karena terbukti aman untuk janin
4. Mulut kering
o Dosis efektif 2 x 125 mg per hari dan dosis
maksimal 3 g perhari. 5. Depresi
6. Gangguan tidur
7. Impotensi
8. Kecemasan
9. Penglihatan kabur
10. Hidung tersumbat

 Efek samping
+
Klonidin

 Mekanisme Kerja
o Bekerja pada reseptor α-2 di SSP dengan efek penurun
simpathetic outflow  penurunan resistensi perifer dan curah
jantung

 Farmakokinetik
o Absorpsi oral berlangsung cepat dengan bioavailabilitas 95%
o Bersifat non linier dengan waktu paruh 6-13 jam
o 50% klonidin di eliminasi dalam bentuk utuh lewat urin.
+
Klonidin

 Penggunaan
o Obat lini ke 2 bila penurunan TD dengan diuretik belum optimal.
o Menggantikan penghambat adrenergik lain dalam kombinasi 3
obat bersama diuretik dan vasodilator
o Diagnostik feokromositoma
o Dosis : 0,075 mg dua kali sehari (dapat ditingkatkan sampai
0.6mg / hari)
+
Klonidin
 Efek Samping o Nyeri abdomen
o Mulut kering o Takikardia
o Sedasi o Berkeringat
o Pusing  Terjadi 18-36 jam setelah dosis
o Mual terakhir
o Impotensi  Harus bertahap 1 minggu atau lebih.
o Gejala ortostatik
o Efek sentral (mimpi buruk, insomnia, cemas,
depresi)
o Retensi cairan
o Bradikardia
o Dermatitis kontak
 Efek Samping Putus Obat
o Rasa gugup
o Tremor
o Sakit kepala
+

Penghambat Saraf Adrenergik


+
Reserpin
 Mekanisme Kerja

Reserpin terikat kuat pada vesikel di ujung saraf sentral dan perifer dan
menghambat proses penyimpanan katekolamin ke dalam vesikel 
katekolamin dipecah oleh enzim monoamin oksidase di sitoplasma.

 Penggunaan
o Cukup diberikan sekali sehari
o Dosis harian dapat dimulai dengan 0.05mg sekali sehari + Diuretik
o Mula kerja yang lambat dan masa kerja yang lama  peningkatan dosis tidak
boleh dilakukan lebih cepat dari 5-7 hari, sedangkan penambahan obat
antihipertensi boleh diberikan setelah 3-4 minggu.
+
Reserpin

 Efek Samping o muntah


o Pada SSP : letargi, mimpi o Kongesti nasal
buruk, depresi mental. o Gangguan fungsi seksual
o Gangguan ekstrapiramidal o Meningkatkan motilitas dan
o Bradikardia tonus saluran pencernaan.
o Hipotensi ortostatik
 Kontraindikasi
o Hiperasiditas lambung
o Pasien riwayat depresi
o Eksaserbasi ulkus peptikum
+

Vasodilator
+
Hidralazin
 Mekanisme Kerja
o Merelaksasi otot polos arteriol.
o Menurunkan tekanan darah berbaring dan berdiri.

 Penggunaan
o Obat lini 2 setelah diuretik dan β- blocker.
o Dosis : oral 25-100mg dua kali sehari.
o Hipertensi darurat seperti glomerulonefritis akut dan eklampsia :
i.m. atau i.v. 20-40 mg.
o Dosis maksimal 200 mg/hari.
+
Hidralazin
 Farmakokinetik o Takikardia
 Absorpsi di saluran cerna, tapi o Palpitasi
bioavailabilitas rendah karena adanya
metabolisme lini pertama yang besar. o Angina pektoris
o Iskemi miokard
 Kontraindikasi o Retensi air dan natrium
o Hipertensi pada PJK
o Sindrom lupus
o Usia pasien >40 thn.
o Neuritis perifer
 Efek samping o Diskrasia darah
o Sakit kepala o Hepatotoksisitas
o Mual o Kolangitis akut
o Flushing
o Hipotensi
+
Minoksidil
 Mekanisme Kerja
o Bekerja dengan membuka kanal kalium sensitif ATP dengan akibat
terjadinya effluks kalium dan hiperpolarisasi membran  relaksasi
otot polos pembuluh darah dan vasodilatasi.
o Menurunkan tekanan sistol dan diastol yang sebanding dengan
tingginya tekanan darah awal.

 Farmakokinetik
 Diserap dengan baik pada pemberian per oral, bioavailabilitas 90%,
kadar puncak plasma tercapai dalam 1 jam.
 Waktu paruh 3-4 jam, tp efek terapi bertahan hingga 24 jam.
 Metabolisme terjadi di hati.
 Ekskresi terutama melalui urin.
+
Minoksidil
 Penggunaan
o Terapi jangka panjang hipertensi berat di kombinasi dengan
diuretik dan penghambat adrenergik.
o Hipertensi maligna
o Pasien dengan penyakit ginjal lanjut
o Dosis : 1,25 mg satu/ dua kali sehari, dapat ditingkatkan sampai
40 mg/hari.
+
Minoksidil
 Efek Samping
o Retensi cairan dan garam
o Sakit kepala
o Mual
o Erupsi obat
o Rasa lelah
o Nyeri tekan
o Takikardia
o Palpitasi
+
Diazoksid
 Mekanisme Kerja
Mirip dengan minoksidil.

 Penggunaan
o Hanya diberikan secara intravena, akan menurunkan tekanan darah
dalam waktu 3-5 menit, berlangsung kira-kira 30 menit.
o Mengandalikan hipertensi pada preeklampsia yang refrakter
terhadap hidralazin.
o Dosis : 50-100mg dengan interval 5-10 menit. Infus dengan dosis 15-
30 mg/ menit.
o Menghambat sekresi insulin
+
Diazoksid
 Efek Samping
o Retensi cairan
o Hiperglikemia
o Relaksasi uterus
o hiprtrikosis

 Kontraindikasi
o Pada pasien PJK
o Edema paru
o Hipertensi dengan koarktosio aorta
o shunt arterio-venosa
PEDOMAN
TATALAKSANA
HIPERTENSI
+
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai