Anda di halaman 1dari 23

‫الر ِح ْْي ِم‬

‫الر ْح َم ِن َّ‬ ‫ب ِ ْســــــــــــــــــ ِم ِ‬


‫هللا َّ‬
HUKUM PIDANA ISLAM
SUMBER HUKUM PIDANA ISLAM:
1. Al-Qur’an
2. Sunnah (Hadits) = perbuatan, perkataan, dan perizinan
Nabi Muhammad SAW
3. Ar-Ra’yu = penggunaan akal (penalaran) manusia dalam
menginterpretasi ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits yg bersifat
umum.
Ar-Ra’yu mengandung bbrp pengertian
diantaranya:
a. Ijma’ = kebulatan pendapat fuqoha mujtahidin pd suatu masa atas sesuatu hukum
sesudah masa nabi Muhammad SAW
b. Ijtihad = perincian ajaran Islam yg bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits yg bersifat
umum.
c. Qiyas = mempersamakan hukum suatu perkara yg belum ada ketetapan hukumnya dg
suatu perkara yg sdh ada ketetapan hukumnya. Persamaan ketentuan hukum
dimaksud didasari oleh adanya unsur-2 kesamaan yg sdh ada ketetapan hukumnya dg
yg belum ada ketetapan hukumnya yg disebut illat.
d. Istihsan = mengecualikan hukum suatu peristiwa dari hukum peristiwa-2 lain yg
sejenisnya dan memberikan kpdnya hukum yg lain yg sejenis.pengecualian dimaksud
dilakukan karena ada dasar yg kuat.
e. Maslahat Mursalah= penetapan hukum berdasarkan kemaslahatan
(kebaikan, kepentingan) yg tdk ada ketentuannya
dari syara’ baik ketentuan umum maupun
ketentuan khusus.
f. Sadduz zari’ah =menghambat/menutup sesuatu yg menjadi jalan
kerusakan.
g. Urf = kebiasaan yg sudah turun temurun tetapi tidak
bertentangan dg ajaran Islam.
Sistem Peradilan Pidana dalam Pandangan Islam

Hukum pidana Islam dalam pengertian fikih dapat


FIKIH JINAYAH disamakan dengan istilah "jarimah" yang diartikan sebagai
larangan syarak yang dijatuhi sanksi oleh pembuat syari'at (Allah
SWT) dengan hukuman had atau ta'zir. Para fuqaha
menggunakan kata "jinayah" untuk istilah "jarimah" yang
segala ketentuan hukum mengenai tindak diartikan sebagai perbuatan yang dilarang (Arifin, 2011).
pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan
oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat
dibebani kewajiban), sebagai hasil dari
pemahaman atas dalil-dalil hukum yang Jarimah dapat dibagi
terperinci dari al-Qur’an dan Hadits.
menjadi:

Tindakan kriminal dimaksud, adalah tindakan- 1. Jarimah Hudud


tindakan kejahatan yang mengganggu umum
serta tindakan melawan peraturan perundang-
undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan 2. Jarimah Ta’zir
Hadits.

3. Jarimah Qishas dan Diyat


Tindak pidana Hudud
• Adalah setiap tindak pidana yang sanksinya ditentukan di
dalam Al-Qur’an maupun hadits nabi.
• Bentuk sanksinya: pidana mati atau hukuman salib, dera,
potong tangan dan/atau potong kaki dan pengasingan atau
pembuangan (diasingkan dalam jangka waktu tertentu), sanksi
religius (seperti memerdekakan budak atau puasa kaffarah).
Bentuk sanksi Tindak Pidana Hudud dikelompokkan menjadi 5
jenis pidana:
• 1. Pidana atas jiwa
• 2. Pidana atas anggota badan
• 3. Pidana atas harta kekayaan
• 4. Pidana atas kemerdekaan
• 5. dan kewajiban puasa “Kaffarah”
Tindak pidana dalam kategori Hudud:
1. Zina
2. Tuduhan (palsu) berbuat zina (al-qadzaf)
3. Minum-minuman keras (Khamar)
4. Murtad (Riddah)
5. Pencurian
6. Pemberontakan (Al-Bagyu)
7. Perampokan
JINAYAT

• Jinayat (mnrt bahasa) bermakna penganiyaan thd badan, harta,


atau jiwa.

• Jinayat (mnrt istilah) adalah pelanggaran thd badan yg di


dalamnya mewajibkan qishash atau harta (diyat). Juga bermakna
sanksi yg dijatuhkan thd tindak penganiayaan.
Tindak pidana Qisas/Diyat.
•Tindak pidana dalam kategori ini kurang serius dibanding yang
pertama (hudud) namun lebih berat daripada ta’zir. Sasaran
dari tindak pidana ini adalah integritas tubuh manusia, sengaja
atau tidak sengaja. Dalam hukum pidana modern dikenal
dengan kejahatan terhadap manusia.
Bentuk pidana Qisas / Diyat:

1. Pidana mati (Qisas atas jiwa)


2. Pidana perlukaan fisik/anggota badan lainnya (qisas atas
badan)
3. Pidana denda atas jiwa (Diyat atas jiwa)
4. Pidana denda atas perlukaan (Diyat perlukaan).
DIYAT ada dua macam: DIYAT
1. Diyat Berat, yakni 100 ekor unta, 40 ekor unta diantaranya bunting. Diambil dari
pembunuhan disengaja, asal walinya memilih untuk meminta diyat. Juga diambil
dari kasus pembunuhan mirip disengaja.
2. Diyat yg tidak berat, yakni 100 ekor unta saja. Diambil dari pembunuhan tidak
disengaja, dan pembunuhan yg terjadi tidak dg kesengajaan.

 Unta di dalam diyat, merupakan dasar diyat. Ia tidak bisa dikonversikan.


Pihak yang Wajib Membayar Diyat
1. Untuk kasus pembunuhan disengaja, diambil dari harta pembunuh, bukan aqilah-nya.
2. Pembunuhan mirip disengaja, tidak disengaja, dan pembunuhan yg terjadi karena
ketidaksengajaan, maka diyatnya dibebankan atas aqilah. Jadi, aqilah saja yg membayar
diyatnya. Aqilah laki-laki adalah keluarga-2 dari pihak laki-2, saudara-2nya, paman-2nya,
anak-2 pamannya, sampai kakek. Kemudian mulai dg sepupunya ke bawah.

Aqilah = ashabah yg tidak mewarisi kecuali sebagian yg diwariskan. Bapak dan anak tidak
termasuk aqilah dalam masalah diyat. Barang siapa tidak memilik aqilah, maka diyatnya
diambil dari baitul mal.
Ta’zir
•Jarimah Ta’zir secara harfiah bermakna memuliakan
atau menolong
•Merupakan bentuk pidana yang bertujuan mendidik
•Jarimah Ta’zir adalah perbuatan pidana yang bentuk
dan ancaman hukumannya ditentukan oleh
penguasa (hakim) sebagai pelajaran kepada
pelakunya.
Tindak pidana ta’zir dan hukumah

•Adalah setiap tindak pidana yang tidak ditentukan


sanksinya oleh al-quran maupun hadis nabi, yang
berkaitan dengan tindak pidana yang melanggar hak
Allah dan hak hamba.
•Merupakan bentuk pidana pengembangan (pidana
ijtihadi) yang tidak didasarkan kepada ketentuan
pidana qisas,diyat maupun had (hudud)
• PenjaraJenis hukuman yang termasuk Jarimah Ta’zir:
• Skorsing (pemecatan)
• Ganti rugi
• Pukulan
• Teguran dengan kata-kata
• Dan jenis hukuman lain yang sesuai dengan pelanggaran dari pelakunya
Sistem Peradilan Pidana dalam Pandangan Islam
Menurut hukum Islam peradilan adalah urusan publik yang sangat penting dan
merupakan suatu kebutuhan manusia akan sebuah peradilan dinilai besar sekali.

Tidak Boleh Menyerahkan Urusan Mengadili


Ini Pada Semua Orang, Tapi Serahkan
Kepada Yang Memenuhi Syarat Dan Sifat-
sifat Yang Telah Ditentukan Yaitu Hakim.
- Ali Haidar
Sistem Peradilan Pidana dalam Pandangan Islam
1. Yaqin
Hakim berasal dari kata dalam bahasa arab yaitu
hakimun yang diambil dari akar kata hakama-
yahkumu-hakaman yang artinya memimpin, 2. Zhan
memerintah, menetapkan, memutuskan. al-
hakimu bisa diartikan sebagai hakim pengadilan,
bisa juga diartikan sebagai orang yang arif, orang
yang bijaksana. 3. Syubhat
Dalam fiqih digunakan istilah Qadi

4. Waham
Sistem Peradilan Pidana dalam Pandangan
Islam
Dalam menentukan
Al bayyinah atau pembuktian
suatu perkara seorang
didefinisikan oleh Ibnu al-Qayyim
hakim harus
al-Jauziyah sebagai segala
berdasarkan adanya
sesesuatu yang dapat digunakan
suatu pembuktian.
intuk menjelaskan yang hak
Pembuktian menurut
(benar) di depan majelis hakim,
istilah bahasa Arab
baik berupa keterangan, saksi,
berasal dari kata
dan berbagai indikasi yang dapat
"albayyinah" yang
dijadikan pedoman oleh majelis
artinya suatu yang
hakim untuk mengembalikan hak
menjelaskan (Dahlan,
kepada pemiliknya (Dahlan, 1996)
1996).
Sistem Peradilan Pidana dalam Pandangan Islam

Ada berbagai alat bukti yang Menurut Samir 'Aaliyah, alat-alat bukti itu ada enam
dapat diajukan ke dalam dengan urutan sebagai berikut: (Anshoruddin, 2014)
persidangan di pengadilan
berdasarkan Hukum Islam.
Alat-alat bukti tersebut antara 1. Iqrar (Pengakuan)
lain: 2. Syahadah (Saksi)
3. Yamin (Sumpah)
4. Qarinah
5. Bukti berdasarkan indikasi-indikasi yang
tampak,
6. Pengetahuan hakim.
Visum et Diqiyaskan dengan alat
Repertum bukti petunjuk atau
qorinah (Fitria, 2014)

Allah SWT berfirman:

Artinya
”Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa
yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala
sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Q.S
Yasin(36): 12)
Analisis Sanksi Hukum Pidana Tentang Kasus Kekerasan Seksual
terhadap Putusan Hakim dalam Pandangan Islam
Kekerasan seksual
adalah sesuatu yang Sanksi
diharamkan dalam
Islam karena telah Zina had atau Hakim Al-bayyinah
melarangi perintah hudud
Allah swt.

Di Indonesia, pembuktian kasus kekerasan seksual sering dibutuhkan adanya surat Visum et
Repertum atau ver. Ver adalah salah satu alat bukti tertulis yang berbentuk surat keterangan.
Sedangkan dalam Islam pembuktian kasus kekerasan seksual harus adanya empat orang saksi yang
baligh, berakal, dan adil. Perbedaan terjadi juga dalam hal hukuman bagi pelaku zina.
Pada hukum Islam, hukuman terhadap pelaku zina adalah di rajam dan di cambuk, sedangkan di
Indonesia hukuman berbentuk kurungan penjara dan denda. Jadi, di Indonesia belum terlaksana
Hukum Peradilan Pidana Islam.

Anda mungkin juga menyukai