Anda di halaman 1dari 19

Peran mikroorganisme dalam

bidang pertanian
Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR)
Pendahuluan
 Rhizosfer merupakan habitat yang kaya nutrisi dan tempat hidup
berbagai bakteri dan jamur yang masing-masing dapat bersifat
netral, menguntungkan atau merugikan bagi tanaman.

 Beberapa dari organisme ini dapat meningkatkan pertumbuhan


tanaman dengan mekanisme yang berbeda.
Misal :
- Pseudomonas fluorescent dan Trichoderma merupakan
mikroorganisme yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman
dan melindungi tanaman dari infeksi patogen dengan mekanisme
antagonis dan ketahanan terinduksi (ISR)\

Rizosfer akan dikolonisasi oleh PGPR (plant growth promoting


rhozobacteria) dan PGPF (plant growth promoting fungi).
Apa itu PGPR?

 PGPR (Plant Growth


Promoting Rhizobacteria)
adalah :
sejenis bakteri yang hidup
di sekitar perakaran
(rhzosfer) tanaman.

 Bakteri itu hidupnya


secara berkoloni
menyelimuti akar
tanaman.
Rhizosfer
Latar Belakang PGPR

 Awal mula diteliti oleh peneliti asal Amerika bernama


Kloepper dan Scroth di pertengahan tahun1982.

 Hasilnya menggambarkan bahwa bakteri tanah yang


mendiami daerah perakaran tanaman yang diinokulasikan
ke dalam benih dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman.

 Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan


Scroth (1982) itulah, PGPR mengalami perkembangan
yang sangat cepat.
Latar Belakang PGPR

 Bagi tanaman keberadaan bakteri ini akan sangat


baik.

 Bakteri akan memberi keuntungan dalam proses


fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.

 Rhizobakteria adalah kelompok bakteri yang


menguntungkan yang agresif mengkolonisasi
rizosfir
Pengaruh PGPR

 PGPR sangat menguntungkan bagi tanaman baik secara


langsung maupun tidak langsung.

 Pengaruh langsung :
didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah
serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fitohormon umtuk
memacu pertumbuhan.

 Pengaruh tidak langsung:


berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas patogen
dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti
antibiotik.
Karakterisasi Fisiokimia PGPR

 Rhozobakteri adalah bakteri yang hidup bebas dan beberapa dari


mereka hidup di dalam jaringan tanaman.

 Bakteri ini dapat digunakan pada bibit atau tanaman dan dapat
melindungi, meningkatkan pertumbuhan tanaman atau
mengurangi kerusakan karena serangan patogen.

 Beberapa kelompok bakteri yang banyak digunakan dalam


pengujian PGPR antara lain Pseudomonas, Azospirillum,
Azotobacter, Klebsiella, Enterobacter, Alcaligens, Arthrobacter,
Burkholderia, Bacillus dan Serratia.
Karakterisasi Fisiokimia PGPR

 PGPR dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman


dengan cara melepaskan metabolit sekunder dan
memfasilitasi ketersediaan dan serapan nutrisi tertentu
dari lingkungan akar.

 Sayangnya, interaksi antara PGPR dan tanaman dapat


menjadi tidak stabil. Hasil yang baik pada uji in vitro
bisa tidak sama dengan pengujian di lapangan.
Rhizobakteria di akar
Akar denga rhizobacteria (kanan) dan Rhizobakteria di dalan sel
tanpa rhizobakteria (kiri)
Mikroskop
cahaya

bakteri

Mikroskop
elektron
PGPR sebagai agens biokontrol

 Kemampuannya bersaing untuk mendapatkan zat makanan,


atau karena hasil-hasil metabolit seperti siderofor, hidrogen
sianida, antibiotik, atau enzim ekstraselluler yang bersifat
antagonis melawan patogen
 Contoh : Pseudomonas sp. dapat menghasilkan siderofor daat
menekan serangan penyakit yang disebabkan Fusarium
oxysporum dan penyakit akar yang disebabkan
Gaeumannomyces graminis.
 Mekanisme kerja PGPR diketahui sebagai senyawa yang
berfungsi sebagai pemasok zat makanan, bersifat antibiosis,
atau sebagai hormon pertumbuhan, atau penggabungan dari
berbagai cara tersebut.
PGPR sebagai agens biokontrol

 Strain bakteri dengan aktivitas sebagai PGPR umumnya


berasal dari genus:

Azoarcus, Azospirillum, Azotobacter, Arthrobacter, Bacillus,


Paenibacillus, Clostridium, Enterobacter,
Gluconacetobacter, Pseudomonas, Serratia, Klebsiella,
Alcaligenes, Arthrobacter and Burkholderia.

 Genus Pseudomonas dan Bacillus adalah yang paling


banyak dipelajari
PGPR sebagai pupuk biologis (biofertilizer)

 Pertanian organik semakin berkembang dengan sejalan dengan


timbulnya kesadaran akan petingnya menjaga kelestarian
lingkungan dan kebutuhan bahan makanan yang relatif lebih sehat.
 Dalam pertanian organik yang tidak meggunakan bahan kimia
buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau
pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat
dipertimbangkan.
 Biofertilizer fungsinya antara lain membantu penyediaan hara pada
tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi tanaman membantu
dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungn rhizosfer
sehingga pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi
peningkatan tanaman.
 Contoh : Rhizobium, Pseudomonas sp. Bacillus sp. Azaosprillium,
dapat dimanfaatkan sebagai biofertilizer pada pertanian organik,
Contoh PGPR sebagai biofertilizer
Mekanisme kerja PGPR
Schematic illustration of important mechanisms known for plant growth promotion by
PGPR. Different mechanisms can be broadly studied under (1) Biofertilization, and (2)
Biocontrol of pathogens. Biofertilization encompasses: (a) N2 Fixation, (b) Siderophore
production, (c) Pinorganic solubilization by rhizobacteria. Biocontrol involves: (a)
Antibiosis, (b) Secretion of lytic enzymes, and (c) Induction of Systemic Resistance (ISR) of
host plant by PGPR
Kelebihan PGPR

 Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang –


kacangan
 Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
 Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat,
belerang, besi dan tembaga
 Memproduksi hormon tanaman
 Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
 Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
Aplikasi PGPR

 Diberikan ke tanah
 Ke benih seperti dengan cara
seed coating atau
perendaman
 Ke akar seperti dengan cara
perendaman
 Umumnya isolat bakteri
yang digunakan secara
signifikan dapat
meningkatkan pertumbuhan
tanaman, panjang akar, dan
berat kering tajuk dan akar.

Anda mungkin juga menyukai